Friday, September 28, 2012

belajar dari benang yang ruwet....


Hai Neptunus....How’s life...? Wet I guess :p
I’m “dry” here.... :( ...yaaahhh...you know what I mean....
But...life must go on.... with or without....
Heii...aku ada satu cerita baru untukmu...?
Semalam aku mendapat pelajaran dari benang yang ruwet.
Kost-kostan sepi Nus...setelah Hitam Putih semua masuk kamar. Aku pun demikian, tetapi aku tidak tidur. Aku mengerjakan pekerjaanku mengisi waktu luang, membuat gantungan kunci dari kain flanel. Aku mulai mengguntingi semua pola yang lumayan banyak. Akhirnya selesai juga proses pengguntingan pola tersebut. Dan kulanjutkan dengan menjahit. Sebenarnya saat itu kondisiku sudah sangat capek dan mengantuk,  dan mata sudah payah dan perih rasanya tetapi aku memaksakan diri untuk menyelesaikan menjahit satu pola.



Akibatnya aku tidak konsentrasi dalam menjahit dan ditengah jalan benangnya menjadi ruwet. Aaarrrghhhh.....aku jengkel sekali Nus... pelan-pelan kucoba telusur dimana simpul keruwetannya tetapi tidak ketemu, aku semakin jengkel dan aku mulai asal saja menarik-narik benang-benang itu, bukannya keruwetannya terurai karena terburu-buru ingin menyudahi pekerjaan tapi malah semakin kencang simpul yang terbentuk. Dan aku sampai pada puncak kejengkelanku, aku tarik salah satu benangnya kuat-kuat berharap simpulnya akan terurai sehingga benang ruwet itu bisa  kembali lagi seperti semula, bukannya terurai benangnya malah putus. 









Aaaarrrrgggghhhhhh.........akupun terdiam Nus, lalu menghampiri jendela melihat ke  langit gelap mencoba mengurai kekesalanku. Dan aku tersadar akan suatu hal. Apa yang baru saja kualami itu juga sering terjadi dalam hidup ini.






Kami manusia memang terkadang memaksakan melakukan suatu hal padahal situasi kondisi baik didalam dirinya sendiri maupun di lingkungan tidak memungkinkan, akibatnya terjadilah keruwetan/masalah seperti benang jahit itu. Keruwetan yang sebenarnya tidak perlu terjadi jika manusia sedikit saja bersabar menunggu waktu yang tepat. Dan parahnya lagi keruwetan yang terjadi akibat kesalahan sendiri itu seringkali dicarikan kambing hitam dengan menyalahkan keadaan atau bahkan orang lain.  Dan sama dengan yang terjadi padaku semalam Nus, kami biasanya mencoba mengurai keruwetan tersebut pelan-pelan, tetapi setelah kami tidak juga bisa mengurainya kami akan menjadi jengkel dan mulai ajian asal-asalan dilancarkan, yang tentu saja semakin memperparah keruwetan/masalah, bahkan menambah masalah baru [biasanya], dan puncaknya sama dengan yang terjadi dengan benang jahitku yang putus, masalah menjadi besar dan butuh pemecahan yang tidak semudah seandainya mau bersabar untuk “cooling down” menunggu waktu yang tepat, kemudian baru mengurainya.

Dari peristiwa semalam aku belajar Nus, belajar untuk bersabar, untuk tidak memaksakan diri untuk suatu hal jika memang situasi dan kondisi tidak memungkinkan. Untuk suatu hasil yang sempurna diperlukan perencanaan yang matang, kondisi yang baik, semangat saja ternyata tidak cukup Nus.
Yah...itulah kami manusia Nus, kami sering melakukan kesalahan, tetapi kami istimewa Nus, Tuhan memperlengkapi kami manusia dengan akal budi dan kemampuan untuk belajar, belajar dari kesalahan yang kami buat atau belajar dari kesalahan orang lain. Sehingga kami menjadi manusia yang lebih baik lagi. Terpujilah tuhan kami Nus...Terpujilah Dia...

Itu ceritaku Nus, sampai jumpa di cerita yang lain ya....



Aku.

Thursday, September 27, 2012

Katamu......


Katamu dia tidak ada...tidak pernah ada....tapi aku menemukannya di kukuh hatimu akan cinta diatas ingkar....

Katamu dia tidak ada...tidak pernah ada....tapi aku menemukannya di janji seorang laki-laki kepada puannya....

Katamu dia tidak ada...tidak pernah ada...tapi aku menemukannya pada daun yang jatuh yang tidak pernah membenci angin....

Katamu dia tidak ada....tidak pernah ada....tapi aku menemukannya di sebuah cerita tentang pilu yang menyayat....

Katamu dia tidak ada...tidak pernah ada...tapi aku menemukannya di gurat-gurat keletihan akan luka yang terus dibawa berlari....

Katamu dia tidak ada...tidak pernah ada...tapi aku menemukannya di jatuhnya seorang laki-laki, terkapar, dan dengan segala yang tersisa, berdiri dan mencoba berjalan menjemput mimpi....

Katamu dia tidak ada...tidak pernah ada...tapi aku menemukannya di tebalnya tekad yang membaja untuk sesuatu yang ingin dibuktikan....

Katamu dia tidak ada...tidak pernah ada...tapi aku menemukannya pada setiap tantangan dan kesulitan yang coba engkau hadapi disepanjang perjalananmu itu....

Katamu dia tidak ada...tidak pernah ada...tapi aku menemukannya di kuatnya keyakinanmu bahwa engkau akan menggenggam mimpi itu dan menjadikannya pelangi....

Kamu keliru. Aku menemukan tuhan di dirimu. Tuhan yang sedang menempa dan membentukmu  menjadi laki-laki hebat. Aku bahkan bisa melihatnya, diujung jalan yang kau tempuh itu. Disana nanti engkau berdiri menjadi seorang laki-laki hasil tempaan tuhan. Beri tahu aku nanti bahwa tuhan itu ada. Aku ingin mendengarnya.

Tuesday, September 25, 2012

Dear Takita....



Dear Takita...
Senang sekali membaca surat darimu, sudah lama sebenarnya ingin membalas, tetapi baru sempat sekarang. Takita, kakak juga ingin berbagi cerita dengan Takita. Cerita tentang seorang gadis cilik berambut ikal dan bermata pelangi. Usianya baru 4 tahun. Saat ini dia duduk di TK nol kecil. Ia gadis cilik yang sangat periang. Kedua tangannya sangat kecil, Takita, tapi jika memeluk sanggup memberikan kehangatan bagi siapapun yang dipeluknya, kurang lebih sama dengan kehangatan pelukan bunda kita. Kakak selalu berusaha belajar darinya bagaimana cara memberi “pelukan” sehangat pelukannya. Kenapa orang dewasa belajar dari anak kecil? Karena ada hal-hal yang hanya dimiliki oleh anak kecil dan orang dewasa sudah kehilangan hal itu yaitu kepolosan, kasih sayang yang tulus, sehingga pelukan yang diberikan tidak bisa sehangat pelukan gadis kecil itu.  Maka dari itu jika nanti kamu bertambah besar dan dewasa jangan kehilangan kasih sayang dan ketulusan itu ya.....:)

Takita...
Selain memiliki pelukan yang hangat, dia juga memliki kedua bola mata yang cantik. Dulu kakak pikir pelangi di kedua bola mata itu hanya ada di syair lagu Jamrud, tetapi ternyata itu nyata dan ada didalam kedua bola matanya. Setiap kakak memandangnya, melihat kedua matanya, ada keindahan pelangi yang merambat masuk kedalam mata kakak yang kemudian mengirimkan pesan ke otak lalu disampaikan kepada hati yang kemudian merasakan kedamaian magis yang kakak tidak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata. Ahh...seandainya semua mata orang dewasa juga seperti mata anak kecil yang memancarkan warna-warni pelangi, betapa kehidupan ini akan penuh dengan kedamaian ya Takita...

Takita…..
Kakak banyak belajar dari gadis kecil itu. Diantaranya belajar bersyukur dan menjadi tangguh. Pada usia 3 bulan...iya 3 bulan, Takita....Ayahnya meninggal dalam suatu kecelakaan lalu lintas. Ia telah kehilangan sosok seorang ayah  sebelum ayahnya sempat melihatnya tengkurap, duduk, tumbuh gigi, merangkak, berjalan, berbicara satu dua patah kata [bahkan papa adalah kata pertama yang bisa ia lafalkan dengan baik], bersepeda, dan sampai sekarang begitu pandai bercerita dan mulai menanyakan keberadaan sosok didalam foto yang tergantung didinding.

Sungguh kakak belajar ketegaran darinya, ketika suatu hari kakak mengikutinya berlari-lari kecil menuju rumah 2 X 1 dengan batu marmer merah  dan tulisan nama ayahnya di batu nisan di sebelah gerbang utama tempat pemakaman umum di daerah tempat tinggalnya, ia langsung ikut sibuk membersihkan rumah mungil itu, menabur bunga dan kemudian mengikuti sikap mama nya berdoa. Ah…kakak selalu tidak tahan melihat mamanya menangis dalam doanya, ditambah lagi dengan sikapnya yang terdiam disamping mamanya, membuat kakak sedih sekali. Tetapi tahukah Takita, apa yang terjadi kemudian..? sejenak kemudian dia sudah ceria lagi, tertawa kembali, berlari-larian kembali dan dengan riangnya ia berbicara pada Nisan papanya...dadah Papa.... .

Takita, kakak belajar untuk bisa seperti gadis kecil berambut ikal itu. Ada waktunya sedih, terdiam, mengenang tapi ada waktunya untuk tersenyum kembali, ceria kembali, tertawa kembali, bermain kembali. Kakak belajar tegar darinya, kadang kakak merasa rapuh dan lemah sekali ketika kehilangan sesuatu atau seseorang, tapi belajar dari gadis kecil itu, kakak jadi malu. Kalau dia yang kehilangan seorang ayah saja bisa tegar harusnya kakak sebagai orang dewasa juga bisa ya Takita :)

Takita....lebih dari semua itu, gadis kecil itu membuat kakak sadar bahwa kakak masih jauh lebih beruntung darinya, 3 bulan…ya di usia 3 bulan…harus kehilangan sosok malaikat pelindungnya, sosok yang harusnya menggendongnya, sosok yang harusnya mengajarinya naik sepeda, sosok yang harusnya melindunginya dari anak laki-laki yang mengganggunya, sosok yang membelikannya aneka mainan, sosok yang menceritakan dongeng sebelum tidur, sosok yang harusnya mengambil raport kenaikan kelasnya nanti,  Setidaknya kakak masih bisa merasakan penggalan-penggalan tahap kehidupan itu. Demikian banyak alasan untuk mengucap syukur dan berterimakasih kepada Tuhan untuk setiap berkat yang kita terima bukan Takita?. Yuk ajak teman-teman yang lain untuk belajar mengucap syukur untuk setiap berkat yang telah kita terima. Oiya Takita, nama gadis kecil berambut ikal itu Kaylla Keisha Bunga Pramara.  Ini fotonya sewaktu berumur 2 tahun.



Itu dulu ceita dari kakak Takita, lainkali kakak menulis surat lagi untuk Takita. tetap Semangat Takita.

Big Hug



Bulbul (demikian ia biasa memanggil kakak)

Friday, September 21, 2012

ombak, sponge bob dan ganbatte kudasai...



Dear Neptunus, apa kabar...di laut sana...? ah hampir setahun aku tidak melihat kerajaanmu. Kangen rasanya melihat kegigihan ombak yang entah..... rasanya tak terhitung kali... ditolak pantai tapi masih saja kembali dan kembali bahkan kadang lebih tinggi dan lebih besar, belum lagi ketangguhannya mengikis karang. Banyak orang bisa seperti itu Nus, walau kegagalan bertubi-tubi melanda hidup mereka, mereka tidak berhenti, mereka seperti ombak, terus mencoba kembali dan kembali, aku selalu kagum dengan orang-orang seperti mereka Nus...karena aku tidak bisa seperti mereka, bahkan aku phobia langka pertama pada banyak hal dalam hidup, belum sampai gagal Nus....bayangkan.... rasanya lebih terhormat telah mencoba kemudian gagal ya... daripada selalu takut melangkah tanpa pernah mencoba. Itulah aku Nus....:(

Hampir bisa dihitung dengan jari keberanianku melangkahkan kaki untuk sesuatu hal yang penting dalam hidup. pertama.. dua.. empat kali Nus...ya hanya empat kali dalam hidup aku berani melangkah, yang tiga pertama aku berhasil, yang terakhir aku tidak berhasil. Pertama kali dalam hidup aku melakukannya, pertama kali dalam hidup aku mengingkari “prinsip”ku, pertama kali dalam hidup aku sedemikian fight meski tembok tebal dan kokoh yang berusaha kutembus, pertama kali dalam hidup aku sedemikian ngeyel pada Tuhan, pertama kali dalam hidup aku tidak mengenal putus asa dalam menginginkan sesuatu meski airmata, rasa letih, luka mendera, tapi aku tidak berhasil Nus :(  pahit sekali rasanya, sakit, luka menganga, tapi aku juga mendapat pelajaran dari sakit itu, bahwa setidaknya aku telah mencoba dan itu membuatku lega, meski hasilnya tidak sesuai harapan. Aku belajar menjadi kuat, aku belajar seperti sponge bob yang selalu ditolak squidward tapi tetap bisa tertawa [tawa yang aneh tapi terdengar tulus :)) ] aku belajar menerima kenyataan, meski harus kubayar dengan harga yang mahal, tapi pelajaran yang kudapat juga tidak ternilai.

Empat kali mencoba, sekali gagal, harusnya tidak boleh membuatku phobia langkah pertama bukan...Nus? ya seharusnya aku tidak phobia, tapi entah, aku masih saja takut, padahal banyak rencana ke depan di kepala ini yang tercatat, tapi aku masih saja diam tidak bergerak. Itulah kenapa Nus, aku selalu senang dan mendukung keluarga maupun teman-temanku yang berani melangkah untuk maju, untuk sesuatu yang lebih baik. Aku senang membantu tanpa pamrih apapun, ahh sebenarnya ada pamrih sih, pamrih... jika mereka berhasil, itu akan menambahkan banyak cerita sukses untuk  menguatkan aku, menginspirasi aku untuk membuatku menjadi pemberani seperti mereka, jika mereka bisa aku harusnya juga bisa bukan..?

Nus, sampaikan salamku pada ombak ya, aku kangen sekali deburnya, aku kangen sekali cara dia menyentuh kakiku, aku kangen sekali cara dia membuatku seolah aku meluncur dipantai tanpa menggerakkan kaki padahal ia yang bergerak kembali ke laut, aku kangen mereka yang berlomba-lomba menuju pantai, aku kangen putihnya yang bergulung-gulung...ahh sampai jumpa saja...aku pasti datang menemuinya.



aku.


:: untuk seorang teman yang akan memulai langkah pertama... go on man...dirimu pasti bisa... doa tulus selalu teruntai untuk kesuksesan langkahmu...aku ingin jadi saksi keberhasilanmu hingga aku juga bisa sepertimu... keep on spirit.. Ganbatte kudasai...!



Thursday, September 13, 2012

dear tuhan [ku].....


Setiap surat pasti selalu dibuka dengan menanyakan kabar, tapi aku tidak akan menanyakan kabarmu tuhan...eh..tidak apa-apa kan menuliskanmu dengan huruf kecil? Bukan bermaksud gimana, hanya masalah efisiensi waktu dalam mengetik saja tuhan...agak sedikit merepotkan untuk selalu menekan tombol shift, lagipula aku yakin engkau tidak gila hormat seperti kami manusia, engkau tidak akan peduli dengan aturan EYD bagaimana penulisan kata tuhan, engkau pasti tahu kriteria hormat bagimu bukan pada penulisan huruf besar atau kecil tapi pada attitude manusia..begitu kan...tuhan...? [sepertinya aku sok mengenalmu ya...:) ]

Tuhan... [ini otomatis membesar sendiri hurufnya tuhan..:)) bukan berarti komputer diajari manusia menghormatimu, tapi kurasa karena kata pertama dari sebuah kalimat...:) ]...beberapa malam yang lalu, aku terlibat perbincangan yang tidak selesai dengan seorang teman baik...ahh engkau pasti sudah tahu kan...? engkau pasti tersenyum-senyum mendengarnya...:) sebuah perbincangan yang mungkin bagi sebagian orang tidak menarik dan dihindari karena biasanya akan berujung ke debat kusir atau bahkan saling menjelek-jelekkan, menyudutkan satu sama lain, seperti yang dulu pernah kubaca dari sebuah group di social media milik kelompok orang yang tidak percaya kepadamu, disitu keliatan sekali yang mengaku percaya tuhan bahkan percaya garis keras ternyata attitude nya sama sekali tidak mencerminkan seorang yang percaya padamu, apalagi mereka yang tidak percaya padamu , rasanya sudah tidak layak baca lagi komentar-komentarnya. Aku jadi capek sendiri mengikuti perbincangan mereka akhirnya keluar dari group. Tidak ada sesuatu yang kudapat selain mereka yang saling mencela yang membuat aku berpikir mereka itu seperti bukan manusia saja.

Tuhan temanku ini adalah seorang teman yang sedang dalam perjalanan mencari jawaban akan engkau, dan sepertinya dia sedang berada di satu titik dimana dia tidak percaya [lagi] padamu, beberapa kenyataan-kenyataan dalam kehidupan kami umat manusia sepertinya menjadi pertanyaan dalam pikirannya kalau engkau ada mengapa ini semua terjadi...? dan argumen-argumen yang diungkapkannya memang make a sense, logic, karena referensinya memang dari mereka scientist-scientist yang tidak percaya padamu. Namanya scientist apa yang mereka ungkapkan berdasarkan penelitian ilmiah dari apa yang kami sebut ilmu pengetahuan dan teknologi yang salah satu cirinya adalah berkembang, tidak pernah berhenti dan selalu berinovasi. Sebuah fakta diuji kemudian dibuktikan lalu menjadi fakta baru, demikian terus  tidak pernah berhenti. Sebuah kebenaran sekarang bisa jadi salah dimasa yang akan datang, segala sesuatu tidak ada yang absolut di mata ilmuwan. Ini mungkin yang tidak disadari oleh teman saya tersebut. Selama 2000 tahun peradaban yang kami ketahui, belum ada satupun penelitian yang bisa membuktikan keberadaanmu, mereka hanya bisa membuktikan ketidakberadaanmu, berarti hanya ada dua kemungkinan,engkau memang tidak ada atau engkau memang sang maha tidak terbatas dalam pikiran kami yang terbatas, yang tidak akan bisa kami ungkap sampai kesudahan waktu.

Perbincangan kami tidak selesai tuhan.....karena waktu, [terkadang aku tidak suka dengan waktu, tuhan... rasanya ia tidak pernah sama berputar, terkadang 1 jam terasa hanya 30 menit terkadang terasa 90 menit dan kalau sudah in conversation with him in any media rasanya kok 1 jam hanya 30 menit :p] dan aku meneruskan perbincangan itu dalam pikiranku sendiri, karena aku merasa semua yang diungkapkannya memang logis dalam pikiranku, ketika perbuatan baik yang adalah perintahmu bagi kami yang percaya padamu di katakannya sebagai moralitas atas nama kemusiaan yang juga dilakukan oleh mereka yang tidak percaya engkau atau bahkan sama sekali tidak mengenal engkau [aku sedang membayangkan suku-suku di pedalaman yang belum mengenal engkau]. Aku kemudian bertanya dalam pikiranku, seandainya memang surga itu ada, apakah mereka yang tidak percaya padamu atau bahkan tidak mengenalmu tapi melakukan perbuatan baik seperti yang kami yakini engkau perintahkan kepada kami bukan calon penghuni surga, dan pikiranku menjawabnya rasanya engkau tidak sejahat dan sesempit itu. 

Jadi tuhan...., akhirnya aku kembali ke pemikiran akan sesuatu yang personal, azazi, bahwa ini tentang kepercayaan...keyakinan yang tidak bisa dipaksakan, dan bukan juga bicara tentang baik dan buruk, karena mereka yang percaya engkau belum tentu selalu baik dalam bertingkah laku dan sebaliknya mereka yang tidak percaya engkau belum tentu jahat, temanku salah satu contohnya, ia baik hati, meski segala tindakannya karena alasan moralitas atas nama kemanusiaan bukan karena menjalankan perintahmu.

Dan tuhan...bagiku, engkau lebih dari sekedar tuhan yang memerintahkan ini itu, memberi berkat ini itu, tempat memohon ini itu, tapi engkau bagiku seorang sahabat yang baik, engkau adalah sosok yang menempati tempat di hati dan pikiranku yang tidak bisa kudefinisikan dalam kata atau kalimat. Tempat yang tidak bisa diisi dengan manusia atau apapun. Suatu tempat dimana aku bisa menemukan sosok dimana padamu aku demikian bersyukur ketika aku melihat senja, ketika aku melihat pelangi, ketika aku mendengar burung berkicau di pagi hari, ketika aku mengagumi kelopak bunga dengan gurat warnanya yang bahkan kami manusia menirukan gambarnya saja tidak mampu, ketika...ahhh terlalu banyak untuk disebutkan. Suatu tempat dimana aku menemukan sosok dimana aku bisa bercerita, menangis, memohon dan sesudahnya aku mendapatkan kelegaan luar biasa. Suatu perasaan dimana aku tidak bisa menemukannya pada sosok atau bentuk apapun yang ada di bumi ini.  Sekali lagi benar kan ini sangat personal...? masing-masing orang pasti berbeda pengalaman. 

Dear tuhan.....
Itu saja dulu, lain kali aku akan menulis surat kembali untukmu, mungkin dengan cerita yang lain, mungkin juga kelanjutan cerita ini, siapa tahu akhirnya perjalanan temanku ini berakhir di titik dimana akhirnya ia menyadari engkau ada :) who knows...only you i guess....:)
Ya sudah tuhan....bye for now...love you more.....



Yours.

Tuesday, September 11, 2012

aku adalah doa....


Ini hari ke-30 saya menulis di blog, akhirnya saya khatam menulis 30 hari tanpa jeda. 30 hari pada awalnya lancar-lancar saja, tapi ditengah jalan saya sempat kehabisan bensin, ide untuk menulis macet, tidak ada satu pun yang terbersit, saya hanya terdiam di depan layar monitor, beberap saat kemudian mengetik...kemudian delete... type... delete.. begitu terus, apalagi.... pada masa-masa itu saya menghilangkan inspirasi terbesar saya untuk menulis dari daftar inspirasi untuk menghindari suatu istilah yang muncul yang sungguh saya tidak suka, saya benar-benar harus mengais-ngais ide. Akhirnya dengan menggunakan ajian pamungkas “pengawuran” dan “waton” menulis saya berhasil menamatkan obsesi saya ini. Pada pukul 14.00 adalah puncak dari kemacetan tersebut, tulisan paling ngasal dan waton.  

Dan saya ingin menutup 30 hari menulis di blog dengan satu tulisan tentang sebuah doa.

Aku adalah doa. Sendiri. Tidak ada doa lain yang menjagaku seperti dulu. Mungkin masih ada, sepertinya, tapi dari jarak yang tak terukur dan tak tertempuh bahkan oleh ruang dan waktu dan itu bukan lagi luka buatku. Waktu dan ruang serta ketiadaan telah membebatnya, menyembuhkannya, bekasnya pun dihapus oleh ikhlas. Perjumpaan terakhir dalam senyum dan jabat erat kubingkai dalam keabadian kenangan berjudul sudah selesai menjadi bukti luka itu sudah memuai. Terimakasihku padamu telah membuatnya mudah pada akhirnya.

Lapang langit adalah tempat ku bercerita, luasnya mampu menampung apa saja yang aku ceritakan, termasuk doa ahh...dulu namanya doa juga, entah sekarang, aku tidak tahu menyebutnya apa, apapun itu bagiku ia adalah cerita yang tak habis untuk ditulis dan dibaca, ia selalu ada dalam setiap cerita yang kusampaikan pada langit meski tidak pernah ada aku dalam ceritanya. luka memang menjadi kawan yang sering datang dan pergi, hanya kali ini aku tidak tahu kenapa aku hanya bisa diam dan luka tidak juga membuatku beranjak. Cerita pada langit tidak pernah berhenti bahkan oleh perihnya luka.

Aku adalah doa. Sendiri. Aku masih juga disini untuk sebuah doa yang sudah tidak lagi bercerita, aku masih disini meski kadang dalam diam. Meski sungguh tidak mudah, tapi aku juga tidak bisa beranjak entah mengapa. Aku masih disini meski tanpa asa dan kembali aku tidak tahu mengapa. Aku masih disini meski kata mungkin saja... bahkan terasa jauh, dan lagi-lagi aku tidak tahu mengapa. Aku hanya ingin disini, aku tidak ingin beranjak. Aku hanya ingin disini bercerita dan memohon pada langit untuk jingga pada sebuah doa yang sudah tidak lagi bercerita, entah sampai kapan. 

Monday, September 10, 2012

Tuhan....saya takut...................



Tuhan...
Saya takut hantu, meski bayangan tentangnya mungkin lebih menakutkan dari sosok sebenarnya...

Tuhan....
Saya takut orang jahat semacam mereka yang hati dan otaknya ditukar dengan lutut dan tumit kemudian merendahkan perempuan di dalam angkot bergiliran....

Tuhan.....
Saya takut tenggelam, karena saya tidak pernah bisa bersahabat dengan air yang katanya tenang menghanyutkan itu

Tuhan.....
Saya takut lingkungan baru,  terkadang mereka terlihat seperti sekumpulan singa yang kelaparan

Tuhan.....
Saya takut sakit, tapi saya selalu berani mengabaikan untuk menjaga kesehatan

Tuhan.....
Saya takut hewan buas yang tidak berperi kemanusiaan, seperti juga saya takut manusia buas yang tidak berperi keduanya

Tuhan.....
Saya takut menyeberang jalan di jalan raya, cara mereka mengendarai kendaraannya seolah-olah mereka itu RI 1

Tuhan.....
Ini untuk pertama kalinya dalam hidup, saya sangat takut kehilangan, meski saya tahu tidak ada yang abadi  

Sunday, September 9, 2012

Namaku Raya...


Namaku Raya, aku seekor rajawali kecil, aku tinggal di tebing Arca Pada puncak Mahameru, Ayahku seekor Rajawali yang perkasa, ia mempunyai mata yang tajam, sayap-sayap yang kokoh dengan bulu-bulu yang tebal, paruhnya tajam, kaki-kaki nya kuat dan terlatih. Ayah membuatkan kami sarang di ketinggian tebing. Bangsa kami memang penghuni  tebing-tebing tinggi, ketinggian yang menunjukkan identitas kami sebagai klan burung yang perkasa. Setiap pagi ayah pergi meninggalkan sarang dan seperti merpati ia selalu menepati janjinya untuk pulang dan membawakan kami sesuatu untuk disantap, ia tidak pernah ingkar janji. Ayah mengajarkan aku hakikat tanggung jawab dari apa yang diperbuatnya tanpa mendefinisikannya dalam bahasa yang muluk-muluk.

Aku ingin jadi rajawali yang tangguh sepertinya,  terbang bebas dipelataran langit biru diantara awan putih,kadang menantang badai… tiap pagi aku melihatnya mengembangkan sayap-sayap kokohnya kemudian terbang meliuk-liuk diantara tebing-tebing ….merasakan kebebasan yang sejati. “akan tiba saatnya engkau akan seperti ayah…. Raya…” demikian ayah berkata. Aku teringat ketika pertama kali ayah mengajariku terbang, aku takut sekali, aku takut jatuh ke dasar jurang yang sangat dalam, sangat dalam….karena aku tidak pernah mendengar suara benda yang aku jatuhkan menyentuh suatu dasar. Ayah terus meyakinkan aku bahwa ia tidak akan pernah membiarkan aku terjatuh, katanya : “…seperti ayah yang selalu berjanji untuk pulang membawakanmu makanan Raya…demikian juga ayah berjanji tidak akan membiarkan engkau terluka sedikitpun.” Dan ayah menepati janjinya, selalu begitu. Meski pada awalnya aku menilainya kejam karena memaksaku untuk belajar terbang dengan menjatuhkan aku dari sarang ketika aku bersikeras tidak mau belajar terbang karena takut jatuh. Tapi kemudian aku tahu,
ia sangat sayang padaku, ia mau aku bisa terbang, ia mau aku tangguh sepertinya, dan ia benar-benar menepati janjinya, ketika pada awalnya aku tidak bisa mengepakkan sayapku dan tubuhku hampir menyentuh tebing, ia datang menyelamatkanku. Ia tidak membiarkan aku terjatuh.

Ayahku juga ayah yang pemaaf, ia sering menasihatiku untuk jangan terbang jauh-jauh jika tidak bersamanya, tapi suatu kali aku tidak mendengarkan kata-katanya. Aku terbang jauh, aku ingin sekali melihat dunia dibalik gunung yang tidak pernah aku tahu, aku tersesat jauh, aku tidak menemukan dunia yang aku ingin tahu bahkan aku tidak menemukan jalan kembali. Berhari-hari aku tersesat, sampai akhirnya ayah menemukanku disebuah tebing dan membawaku pulang, ia tidak hanya memaafkanku tapi juga mencariku dan menerimaku kembali di rumah kami. Demikian juga ketika kakak dan adikku hilang, ayah selalu berhasil menemukannya kembali dengan berbagai cara. Yaa…dengan berbagai cara ia mencari kami dan menerimanya kembali dengan penuh kehangatan. Itulah ayahku...tangannya selalu terbuka untuk kami anak-anaknya bagaimanapun dan apapun yang telah kami perbuat. 

Dan aku ingin menjadi seperti ayah, ayah yang kuat, ayah yang tangguh, ayah yang pemaaf, ayah yang selalu ada ketika anak-anaknya membutuhkannya, meski ia tidak selalu bersama-sama kami anak-anaknya. Aku…Raya…akan jadi rajawali yang bisa di banggakan, karena aku dilahirkan untuk menjadi seperti itu, aku diperlengkapi untuk menjadi seperti itu, seperti yang ayah selalu bilang,”…Raya…kamu pasti akan jadi Rajawali kebanggaan ayah, rajawali tangguh yang akan terbang melintasi langit biru,  menaklukan badai sehebat apapun.” Dan aku selalu percaya kata-kata ayah.

Saturday, September 8, 2012

Dunia hari ini.....




Saya mulai terbiasa pergi tidur cepat belakangan ini, kecuali kalau ada film menarik seperti Armageddon beberapa waktu yang lalu, dan kebiasaan ini juga mengubah kebiasaan terjaga saya menjadi lebih pagi, meskipun saya tidak langsung bangun tetapi menghabiskan waktu dengan bermalas-malasan di tempat tidur, karena saya tidak tahu mau melakukan apa sepagi itu. Tapi kebiasaan baru saya ini, memang membawa perubahan juga dalam diri saya, saya merasa lebih sehat dan fresh, mood juga menjadi lebih baik. Terkadang memang ada orang yang harus jatuh dulu dan merasa sakit baru berjalan hati-hati. Saya mungkin satu diantaranya, untuk bisa lebih menghargai arti kesehatan, saya harus membuang-buang uang dulu untuk kemudian sadar untuk menjaga kesehatan. Benar juga kata iklan itu, kotor itu baik sama seperti jatuh itu baik.

Karena bangun lebih pagi, saya pun bisa lebih bersantai dengan waktu yang panjang dalam melaksanakan rutinitas pagi. Berita gossip pagi ini, diantaranya berita Ayu Dewi yang berulang tahun, dirayakan di acaranya di sebuah stasiun televise dan ditengah keluarga suaminya. Ia terlihat bahagia sekali sekarang, bersama suaminya yang mencintainya dan keluarganya. Rasanya belum hilang dari ingatan tragedy menjelang pernikahannya, saya tidak bisa membayangkan perasaannya, pernikahan yang tinggal menghitung hari dibatalkan secara sepihak. Tapi sekali lagi, rencana Tuhan tidak pernah kita tahu, dia bahagia sekarang, seorang teman saya berkata, kalau Ayu Dewi tahu rencana Tuhan seperti ini, pasti dia tidak akan nangis-nangis ya kemarin itu…. Saya hanya mengiyakan, dalam hati berkata…Tuhan mbok kasih tahu tho… rencanaMu buat hidup saya,…supaya saya tidak hopeless sekarang…aahhh…

Kantor pagi ini, selalu terasa beda setiap hari Sabtu, lebih santai. Seorang partner kerja di kantor pusat menelphone, setelah beberapa hari tidak masuk kerja karena sakit. Saya menggodainya, dengan mengulang kalimatnya kepada saya sewaktu saya masuk pertama setelah sakit :”…makane mas…ojo ngoyo…ojo kakean pikiran, santai wae…digawe penak…..” Dia tertawa mendengarnya, “……mbales…” 
Terkadang menasihati orang lain itu begitu mudah memang, tapi seringkali kita sendiri melakukan hal yang sama tanpa sadar atau mungkin dengan sadar. Saya seringkali seperti itu, mensupport orang lain demikian menggebu-gebu, tapi ketika diri sendiri down…..entah kemana perginya pemikiran2 positif yang selama ini saya pakai untuk menguatkan orang lain. Tapi, bagaimanapun saling menasihati, menguatkan, mengingatkan tetap harus dilakukan meski terkadang kita sendiri tidak konsisten dengan diri sendiri. Karena itulah gunanya orang lain bagi diri kita karena terkadang kita tidak bisa menolong diri sendiri. Dan sebaliknya juga demikian gunanya kita bagi orang lain. Karena kita diciptakan dengan telinga untuk mendengarkan keluhan orang lain, bahu untuk tempat bersandar orang lain, dengan kedua tangan untuk membantu orang lain bangun, menggengamnya erat dan mengajaknya kembali berlari. Have a nice share….

Friday, September 7, 2012

Obituari Jingga di Harian Pagi Kehidupan beberapa tahun yang lalu




Duka menyelimuti sepasang doa, setelah sebentuk jingga yang akrab disapa cinta, Jumat, 31 February dua ribu banyak, meninggal dunia di persimpangan jalan setelah melewati jalan terjal yang berliku, karena takdir. Jenazahnya disemayamkan di palung hati terdalam dari sepasang doa tersebut, Menurut rencana, jenazah akan dikemasi dan dimasukkan dalam botol untuk buang ke laut kenangan satu minggu kemudian. 

Jingga dilahirkan dari sebuah pepatah jawa “tresno jalaran soko lungo ping limo”, kemudian dibesarkan oleh pepatah jawa juga “tresno jalaran soko telephone sedino ping limo”. Ia menempuh pendidikan di sekolah yang mengajarkan pepatah jawa juga, “tresno jalaran soko sms sedino luwih seko ping limo” dan menjadi lulusan terbaik pada waktu itu, karena prestasinya itulah ia berhasil menyatukan dua doa yang berbeda dalam bilangan waktu yang tidak singkat. 

Jingga adalah sosok yang berhasil menyatukan dua doa yang berbeda kutub. Kutub hitam dan kutub putih. Jika ada dua beda bisa berjalan bersama itu adalah karena kehebatan jingga. Tidak jarang dua doa yang berbeda itu harus bersitegang dan jingga lah yang selalu menjadi penengahnya. Jingga juga yang membuat dua doa bisa bertahan dalam bilangan tahun menghadapi badai yang terus menerpa. Hingga akhir hidupnya jingga adalah sosok yang membuat kedua doa itu selalu memegang komitmen mereka -tidak ada ruang untuk doa yang lain-.

Sepanjang usianya, Jingga didera berbagai macam penyakit kronis yang mematikan, berbagai macam virus dari luar menggerogoti tubuhnya, perlahan namun pasti kekebalan tubuhnya terus menurun, berbagai macam usaha dilakukan oleh sepasang doa untuk mengobati, tetapi takdir berkata lain. Jingga akhirnya menyerah. Ia harus menghentikan perjuangannya. Selamat jalan Jingga. Rest in Peace 

Thursday, September 6, 2012

Selamat Jalan dek....


For you were made from dust, and to dust you will return

Setiap kepergian selalu meninggalkan perasaaan sukar didefinisikan, seperti kekosongan yang entah, meski yang pergi tidak kasat mata. 21.30 saya terbangun dari tidur ayam saya, seorang teman mengetuk pintu kamar, membawa berita duka, sedetik kemudian sebuah sms masuk, Telah lahir dan dipanggil pulang Tuhan dst………..ya Tuhan…sebuah berita duka yang tidak biasa, telah lahir dan dipanggil Tuhan. Sejenak saya hanya bisa termangu, dan terbersit pertanyaan yang saya tidak mengerti, apa maksud Tuhan…? Lahir untuk dipanggil lagi….huuufftt,,,akhirnya saya hanya bisa “ngeyem-yemi” diri sendiri…itulah Tuhan…kalau segala sesuatu tentang Dia dan maksud serta rencanaNya bisa kita mengerti bukan Tuhan namanya, atau kalau dibalik, jika kita bisa mengerti maksud dan rencanaNya dalam hidup kita, berarti kita bukan manusia :p

Dedek kecil itu, yang pernah kami rasakan gerakan-gerakannya didalam kandungan mamanya, ternyata lebih disayang Tuhan, kami tidak sempat melihatnya, bahkan sekedar foto seperti abang-abang mereka yang sering ditunjukkan kepada kami. Adalah suatu hal luar biasa ketika saya dan beberapa teman pernah merasakan gerakan-gerakan itu, entahlah saya tidak bisa mendefinisikannya, perasaan antara takjub ada sebuah kehidupan di dalam perut, haru, lucu, sayang, dan…ah entahlah….saya bahkan bisa sabar, pelan dan sangat hati-hati mengendarai motor menghindari jalan yang tidak rata jika sedang membawanya dalam boncengan. Satu hal yang kemudian semakin membuat saya berpikir tentang perjuangan 9 bulan 10 hari seorang ibu, di bulan-bulan terakhirnya perjuangan untuk berjalan saja sepertinya sangat berat, tidur susah, terlentang sesak nafas, miring sakit dan banyak keluhan lainnya dan hebatnya perjuangan yg berat itu seperti hilang tak berbekas ketika pada waktunya melihat sang anak lahir, berganti dengan ucapan syukur, dan saya tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan mama dedek kecil ketika ia harus menerima kenyataan anak yang dikandungnya tidak bisa dibesarkannya. 

Ini satu dari mungkin ribuan cerita tentang kesedihan yang terjadi tadi malam di belahan bumi ini, satu malam saja. Kalau kita mau membuka mata, telinga, hati, kita bukan satu-satunya orang yang pernah mengalami kesedihan, kesedihan itu sama tua-nya dengan usia tuhan, dan semua orang mengalaminya. Didalam berita duka itu ada kalimat, “semoga ada hikmah dan rencanaNya yang terindah buat keluarga kami” sepertinya memang begitu, selalu ada hikmah dibalik setiap peristiwa, yang akan kita ketahui nanti, dan pasti kemudian akan membuat kita termangu bahkan mungkin bersyukur…oh ternyata ini maksud Tuhan….ahh….Selamat jalan saja dek…senang bisa mengenalmu walau hanya dengan merasakan gerakanmu saja.   



Wednesday, September 5, 2012

Pada pukul 14.00



Mereka menghormatiku dalam hitam
Ini waktunya..my big day...
Berangkatkan aku segera...
Ibu pertiwi sudah menungguku untuk dipeluk...
Lili putih sudah tidak sabar menyelimutiku...
Tidak kah kalian mendengar…???
Jangan antar aku dengan air mata…..
Cukup kenang aku dengan senyum...
Dan katakan pada dunia...
Ia adalah seorang yang pernah sangat mencintaiku….


::aku, nanti

Tuesday, September 4, 2012

Perjalanan.....


September, kata penyanyi itu ceria….entahlah, tapi bagi saya ini saatnya mulai menghitung hari…. counting down menuju bulan seribu lilin…sebuah bulan yang berarti pulang bagi saya. Bulan yang saya nanti-nantikan selama 11 bulan. Bulan yang juga berarti perjalanan,  dan tahun ini saya ingin melakukannya ala backpacker, bis…kapal laut…kereta api…dan akhir sebuah perjalanan sebuah kota…dengan sengatan magis yang terdefinisikan…sebuah kota yang telah membesarkan saya dengan apa yang mereka sebut cinta…aah…it’s gonna be an unforgettable journey pasti. Sebuah perjalanan yang pasti akan membuat saya memulungi cerita.

Membayangkan perjalanan itu, pikiran saya sudah mendahului saya sampai ke sana, menyusuri jalan-jalannya, sebuah kota yang benar-benar magis…karena siapapun yang pernah kesana apalagi tinggal disana pasti ingin kembali kesana. Dan saya yang lahir dan besar disana, saya mengenal hidup dan belajar tentang hidup (meski tidak lulus-lulus) disana, saya mengenal hitam putih dunia disana, selalu memimpikan kota sejuta romansa itu, sensasi pulang ke kota ku lebih sejujurnya lebih exciting dari sensasi tinggal disana.

Perjalanan…..saya tidak tahu sejatinya, saya sudah sampai dimana…dan apa saja yang sudah saya lakukan selama rentang perjalanan yang Tuhan gariskan untuk saya. Sepertinya masih nol besar. Sementara ujung itu tidak pernah terlihat, dimana Ia meletakkan titik pada garis perjalanan hidup saya. Saya ingat infotainment pagi tadi ketika memuat berita ibunda Aming yang meninggal dan backsoundnya lagunya Chrisye, Ketika Tangan dan Kaki Berkata, sejenak saya termangu dan teringat film Armageddon semalam ketika maut terasa didepan mata, orang kemudian ingat akan tuhan, orang kemudian menyadari betapa berharganya sebuah kehidupan.

Perjalanan….kadang saya merasakan letih yang teramat sangat, rasanya jalan saya tidak semudah orang lain, pada suatu titik saya pernah rasanya ingin berhenti saja, saya menginginkan perjalanan orang lain, tapi saya kemudian disadarkan oleh suatu cerita, dongeng tepatnya, ketika seseorang berdialog dengan Tuhan dan dia meminta Tuhan menukar jalannya dengan jalan orang lain yang terlihat dimatanya sangat mulus. Ketika Tuhan kemudian mengabulkannya, ia pun mulai menjalani jalan orang lain. Dan baru beberapa langkah dia sudah memohon lagi pada Tuhan untuk menukar dengan jalannya sendiri saja, jalan orang lain yang diinginkannya ternyata lebih berat. jangan pernah mengingini perjalanan orang lain, karena kita tidak pernah tahu, seperti apa jalan yang di tempuhnya.

Dan seperti keinginan saya tadi untuk memilih pulang dengan menempuh perjalanan ala backpacker yang pestinya akan melelahkan dan memakan waktu, daripada dengan pesawat yang lebih nyaman dan singkat, demikian juga dengan hidup. Bukankah hidup itu sendiri adalah sebuah perjalanan pulang…? Yang juga berisi banyak pilihan, kita ingin menempuh perjalanan yang seperti apa..? ala backpacker tentu saja dengan berbagai pengalaman yang menakjubkan atau naik pesawat yang nyaman tapi dengan sedikit cerita…? Kita berhak memilih, setiap pilihan tentu saja ada konsekuensi yang harus ditanggung, dan kita harus menghormati pilihan kita sendiri, kita sudah memilih, apapun resikonya, termasuk tersesat, kecelakaan ditengah jalan itu adalah konsekuensi yang harus diterima, karena itu adalah pilihan kita. ahhh....selamat menempuh perjalanan saja. Cara apapun yang ditempuh…jalan bagaimanapun yang di pilih hati-hati di jalan and have a nice journey....

Monday, September 3, 2012

Dear Monday.....




How are you?
Do you hate yourself…? So many people do…
Me….? Sometimes….
but,,,this day… I love you ah…:)

bagaimana rasanya dibenci banyak orang…?
aku tidak bisa membayangkan rasanya dibenci banyak orang, dimaki padahal tidak bersalah
sepertinya kamu adalah hari yang menganut paham -biarkan sapi melenguh dan manusia tetap mengeluh- garis keras…:p
Kamu tidak peduli, manusia peduli dengan hadirmu atau menganggapmu tidak ada, kamu tetap bisa dijumpai sehabis minggu
Kamu tidak peduli, manusia memakimu di social media, kamu tetap hadir untuk membuat selasa ada
Kamu tidak peduli, manusia tidak pernah menyadari arti hadirmu, tidak akan ada weekend yang mereka puja tanpa adanya dirimu. Kamu penting!
Kamu ikhlas yaaa…kamu tidak pernah protes…kenapa kamu Monday bukan Saturday atau Sunday yang dipuja orang atau Friday dimana orang-orang bersyukur karena hadirnya.
Kamu seperti daun yang jatuh yang tidak pernah membenci angin….
Ingin deh bisa seperti kamu…belajar menerima dengan ikhlas….
Ajari aku keikhlasanmu ya…aku sudah mulai belajar…aku memang tidak cerdas tapi aku orang yang mau belajar. Semoga aku bisa sepertimu



Salam Hangat


Sunday, September 2, 2012

Dear....[siapa]


.............................
Hari ini harimu....

Selamat saja........
karena untaian kata-kata sudah lama terkubur...
terkubur timbunan tanya yang tak pernah menemukan pasangannya...
terkubur rindu yang tak berdawai....

sekali lagi selamat....
semoga doa sepanjang usia tuhan akan terkabul
sehingga tanya kembali menemukan jawaban sebagai pasangan jiwanya
walau itu hanya kepulangan sebuah nama

Selamat [lagi]
Tuhanku semoga memberkatimu....