Namaku Raya, aku
seekor rajawali kecil, aku tinggal di tebing Arca Pada puncak Mahameru, Ayahku
seekor Rajawali yang perkasa, ia mempunyai mata yang tajam, sayap-sayap yang
kokoh dengan bulu-bulu yang tebal, paruhnya tajam, kaki-kaki nya kuat dan
terlatih. Ayah membuatkan kami sarang di ketinggian tebing. Bangsa kami memang
penghuni tebing-tebing tinggi, ketinggian
yang menunjukkan identitas kami sebagai klan burung yang perkasa. Setiap pagi
ayah pergi meninggalkan sarang dan seperti merpati ia selalu menepati janjinya untuk
pulang dan membawakan kami sesuatu untuk disantap, ia tidak pernah ingkar janji.
Ayah mengajarkan aku hakikat tanggung jawab dari apa yang diperbuatnya tanpa
mendefinisikannya dalam bahasa yang muluk-muluk.
Aku
ingin jadi rajawali yang tangguh sepertinya, terbang bebas dipelataran langit biru diantara
awan putih,kadang menantang badai… tiap pagi aku melihatnya mengembangkan
sayap-sayap kokohnya kemudian terbang meliuk-liuk diantara tebing-tebing ….merasakan
kebebasan yang sejati. “akan tiba saatnya engkau akan seperti ayah…. Raya…”
demikian ayah berkata. Aku teringat ketika pertama kali ayah mengajariku
terbang, aku takut sekali, aku takut jatuh ke dasar jurang yang sangat dalam,
sangat dalam….karena aku tidak pernah mendengar suara benda yang aku jatuhkan
menyentuh suatu dasar. Ayah terus meyakinkan aku bahwa ia tidak akan pernah membiarkan
aku terjatuh, katanya : “…seperti ayah yang selalu berjanji untuk pulang
membawakanmu makanan Raya…demikian juga ayah berjanji tidak akan membiarkan
engkau terluka sedikitpun.” Dan ayah menepati janjinya, selalu begitu. Meski
pada awalnya aku menilainya kejam karena memaksaku untuk belajar terbang dengan
menjatuhkan aku dari sarang ketika aku bersikeras tidak mau belajar terbang
karena takut jatuh. Tapi kemudian aku tahu,
ia
sangat sayang padaku, ia mau aku bisa terbang, ia mau aku tangguh sepertinya,
dan ia benar-benar menepati janjinya, ketika pada awalnya aku tidak bisa
mengepakkan sayapku dan tubuhku hampir menyentuh tebing, ia datang menyelamatkanku.
Ia tidak membiarkan aku terjatuh.
Ayahku
juga ayah yang pemaaf, ia sering menasihatiku untuk jangan terbang jauh-jauh
jika tidak bersamanya, tapi suatu kali aku tidak mendengarkan kata-katanya. Aku
terbang jauh, aku ingin sekali melihat dunia dibalik gunung yang tidak pernah
aku tahu, aku tersesat jauh, aku tidak menemukan dunia yang aku ingin tahu
bahkan aku tidak menemukan jalan kembali. Berhari-hari aku tersesat, sampai
akhirnya ayah menemukanku disebuah tebing dan membawaku pulang, ia tidak hanya
memaafkanku tapi juga mencariku dan menerimaku kembali di rumah kami. Demikian juga
ketika kakak dan adikku hilang, ayah selalu berhasil menemukannya kembali
dengan berbagai cara. Yaa…dengan berbagai cara ia mencari kami dan menerimanya
kembali dengan penuh kehangatan. Itulah ayahku...tangannya selalu terbuka untuk kami anak-anaknya bagaimanapun dan apapun yang telah kami perbuat.
Dan
aku ingin menjadi seperti ayah, ayah yang kuat, ayah yang tangguh, ayah yang
pemaaf, ayah yang selalu ada ketika anak-anaknya membutuhkannya, meski ia tidak
selalu bersama-sama kami anak-anaknya. Aku…Raya…akan jadi rajawali yang bisa
di banggakan, karena aku dilahirkan untuk menjadi seperti itu, aku diperlengkapi
untuk menjadi seperti itu, seperti yang ayah selalu bilang,”…Raya…kamu pasti
akan jadi Rajawali kebanggaan ayah, rajawali tangguh yang akan terbang
melintasi langit biru, menaklukan badai
sehebat apapun.” Dan aku selalu percaya kata-kata ayah.
No comments:
Post a Comment