Sunday, September 9, 2012

Namaku Raya...


Namaku Raya, aku seekor rajawali kecil, aku tinggal di tebing Arca Pada puncak Mahameru, Ayahku seekor Rajawali yang perkasa, ia mempunyai mata yang tajam, sayap-sayap yang kokoh dengan bulu-bulu yang tebal, paruhnya tajam, kaki-kaki nya kuat dan terlatih. Ayah membuatkan kami sarang di ketinggian tebing. Bangsa kami memang penghuni  tebing-tebing tinggi, ketinggian yang menunjukkan identitas kami sebagai klan burung yang perkasa. Setiap pagi ayah pergi meninggalkan sarang dan seperti merpati ia selalu menepati janjinya untuk pulang dan membawakan kami sesuatu untuk disantap, ia tidak pernah ingkar janji. Ayah mengajarkan aku hakikat tanggung jawab dari apa yang diperbuatnya tanpa mendefinisikannya dalam bahasa yang muluk-muluk.

Aku ingin jadi rajawali yang tangguh sepertinya,  terbang bebas dipelataran langit biru diantara awan putih,kadang menantang badai… tiap pagi aku melihatnya mengembangkan sayap-sayap kokohnya kemudian terbang meliuk-liuk diantara tebing-tebing ….merasakan kebebasan yang sejati. “akan tiba saatnya engkau akan seperti ayah…. Raya…” demikian ayah berkata. Aku teringat ketika pertama kali ayah mengajariku terbang, aku takut sekali, aku takut jatuh ke dasar jurang yang sangat dalam, sangat dalam….karena aku tidak pernah mendengar suara benda yang aku jatuhkan menyentuh suatu dasar. Ayah terus meyakinkan aku bahwa ia tidak akan pernah membiarkan aku terjatuh, katanya : “…seperti ayah yang selalu berjanji untuk pulang membawakanmu makanan Raya…demikian juga ayah berjanji tidak akan membiarkan engkau terluka sedikitpun.” Dan ayah menepati janjinya, selalu begitu. Meski pada awalnya aku menilainya kejam karena memaksaku untuk belajar terbang dengan menjatuhkan aku dari sarang ketika aku bersikeras tidak mau belajar terbang karena takut jatuh. Tapi kemudian aku tahu,
ia sangat sayang padaku, ia mau aku bisa terbang, ia mau aku tangguh sepertinya, dan ia benar-benar menepati janjinya, ketika pada awalnya aku tidak bisa mengepakkan sayapku dan tubuhku hampir menyentuh tebing, ia datang menyelamatkanku. Ia tidak membiarkan aku terjatuh.

Ayahku juga ayah yang pemaaf, ia sering menasihatiku untuk jangan terbang jauh-jauh jika tidak bersamanya, tapi suatu kali aku tidak mendengarkan kata-katanya. Aku terbang jauh, aku ingin sekali melihat dunia dibalik gunung yang tidak pernah aku tahu, aku tersesat jauh, aku tidak menemukan dunia yang aku ingin tahu bahkan aku tidak menemukan jalan kembali. Berhari-hari aku tersesat, sampai akhirnya ayah menemukanku disebuah tebing dan membawaku pulang, ia tidak hanya memaafkanku tapi juga mencariku dan menerimaku kembali di rumah kami. Demikian juga ketika kakak dan adikku hilang, ayah selalu berhasil menemukannya kembali dengan berbagai cara. Yaa…dengan berbagai cara ia mencari kami dan menerimanya kembali dengan penuh kehangatan. Itulah ayahku...tangannya selalu terbuka untuk kami anak-anaknya bagaimanapun dan apapun yang telah kami perbuat. 

Dan aku ingin menjadi seperti ayah, ayah yang kuat, ayah yang tangguh, ayah yang pemaaf, ayah yang selalu ada ketika anak-anaknya membutuhkannya, meski ia tidak selalu bersama-sama kami anak-anaknya. Aku…Raya…akan jadi rajawali yang bisa di banggakan, karena aku dilahirkan untuk menjadi seperti itu, aku diperlengkapi untuk menjadi seperti itu, seperti yang ayah selalu bilang,”…Raya…kamu pasti akan jadi Rajawali kebanggaan ayah, rajawali tangguh yang akan terbang melintasi langit biru,  menaklukan badai sehebat apapun.” Dan aku selalu percaya kata-kata ayah.

No comments: