September, kata penyanyi itu ceria….entahlah, tapi bagi saya ini saatnya mulai menghitung hari…. counting down menuju bulan seribu lilin…sebuah bulan yang berarti pulang bagi saya. Bulan yang saya nanti-nantikan selama 11 bulan. Bulan yang juga berarti perjalanan, dan tahun ini saya ingin melakukannya ala backpacker, bis…kapal laut…kereta api…dan akhir sebuah perjalanan sebuah kota…dengan sengatan magis yang terdefinisikan…sebuah kota yang telah membesarkan saya dengan apa yang mereka sebut cinta…aah…it’s gonna be an unforgettable journey pasti. Sebuah perjalanan yang pasti akan membuat saya memulungi cerita.
Membayangkan perjalanan itu, pikiran saya sudah mendahului saya sampai ke sana, menyusuri jalan-jalannya, sebuah kota yang benar-benar magis…karena siapapun yang pernah kesana apalagi tinggal disana pasti ingin kembali kesana. Dan saya yang lahir dan besar disana, saya mengenal hidup dan belajar tentang hidup (meski tidak lulus-lulus) disana, saya mengenal hitam putih dunia disana, selalu memimpikan kota sejuta romansa itu, sensasi pulang ke kota ku lebih sejujurnya lebih exciting dari sensasi tinggal disana.
Perjalanan…..saya tidak tahu sejatinya, saya sudah sampai dimana…dan apa saja yang sudah saya lakukan selama rentang perjalanan yang Tuhan gariskan untuk saya. Sepertinya masih nol besar. Sementara ujung itu tidak pernah terlihat, dimana Ia meletakkan titik pada garis perjalanan hidup saya. Saya ingat infotainment pagi tadi ketika memuat berita ibunda Aming yang meninggal dan backsoundnya lagunya Chrisye, Ketika Tangan dan Kaki Berkata, sejenak saya termangu dan teringat film Armageddon semalam ketika maut terasa didepan mata, orang kemudian ingat akan tuhan, orang kemudian menyadari betapa berharganya sebuah kehidupan.
Perjalanan….kadang saya merasakan letih yang teramat sangat, rasanya jalan saya tidak semudah orang lain, pada suatu titik saya pernah rasanya ingin berhenti saja, saya menginginkan perjalanan orang lain, tapi saya kemudian disadarkan oleh suatu cerita, dongeng tepatnya, ketika seseorang berdialog dengan Tuhan dan dia meminta Tuhan menukar jalannya dengan jalan orang lain yang terlihat dimatanya sangat mulus. Ketika Tuhan kemudian mengabulkannya, ia pun mulai menjalani jalan orang lain. Dan baru beberapa langkah dia sudah memohon lagi pada Tuhan untuk menukar dengan jalannya sendiri saja, jalan orang lain yang diinginkannya ternyata lebih berat. jangan pernah mengingini perjalanan orang lain, karena kita tidak pernah tahu, seperti apa jalan yang di tempuhnya.
Dan seperti keinginan saya tadi untuk memilih pulang dengan menempuh perjalanan ala backpacker yang pestinya akan melelahkan dan memakan waktu, daripada dengan pesawat yang lebih nyaman dan singkat, demikian juga dengan hidup. Bukankah hidup itu sendiri adalah sebuah perjalanan pulang…? Yang juga berisi banyak pilihan, kita ingin menempuh perjalanan yang seperti apa..? ala backpacker tentu saja dengan berbagai pengalaman yang menakjubkan atau naik pesawat yang nyaman tapi dengan sedikit cerita…? Kita berhak memilih, setiap pilihan tentu saja ada konsekuensi yang harus ditanggung, dan kita harus menghormati pilihan kita sendiri, kita sudah memilih, apapun resikonya, termasuk tersesat, kecelakaan ditengah jalan itu adalah konsekuensi yang harus diterima, karena itu adalah pilihan kita. ahhh....selamat menempuh perjalanan saja. Cara apapun yang ditempuh…jalan bagaimanapun yang di pilih hati-hati di jalan and have a nice journey....
No comments:
Post a Comment