Ini hari ke-30 saya menulis di blog, akhirnya saya khatam menulis 30 hari tanpa jeda. 30 hari pada awalnya lancar-lancar saja, tapi ditengah jalan saya sempat kehabisan bensin, ide untuk menulis macet, tidak ada satu pun yang terbersit, saya hanya terdiam di depan layar monitor, beberap saat kemudian mengetik...kemudian delete... type... delete.. begitu terus, apalagi.... pada masa-masa itu saya menghilangkan inspirasi terbesar saya untuk menulis dari daftar inspirasi untuk menghindari suatu istilah yang muncul yang sungguh saya tidak suka, saya benar-benar harus mengais-ngais ide. Akhirnya dengan menggunakan ajian pamungkas “pengawuran” dan “waton” menulis saya berhasil menamatkan obsesi saya ini. Pada pukul 14.00 adalah puncak dari kemacetan tersebut, tulisan paling ngasal dan waton.
Dan saya ingin menutup 30 hari menulis di blog dengan satu tulisan tentang sebuah doa.
Aku adalah doa. Sendiri. Tidak ada doa lain yang menjagaku seperti dulu. Mungkin masih ada, sepertinya, tapi dari jarak yang tak terukur dan tak tertempuh bahkan oleh ruang dan waktu dan itu bukan lagi luka buatku. Waktu dan ruang serta ketiadaan telah membebatnya, menyembuhkannya, bekasnya pun dihapus oleh ikhlas. Perjumpaan terakhir dalam senyum dan jabat erat kubingkai dalam keabadian kenangan berjudul sudah selesai menjadi bukti luka itu sudah memuai. Terimakasihku padamu telah membuatnya mudah pada akhirnya.
Lapang langit adalah tempat ku bercerita, luasnya mampu menampung apa saja yang aku ceritakan, termasuk doa ahh...dulu namanya doa juga, entah sekarang, aku tidak tahu menyebutnya apa, apapun itu bagiku ia adalah cerita yang tak habis untuk ditulis dan dibaca, ia selalu ada dalam setiap cerita yang kusampaikan pada langit meski tidak pernah ada aku dalam ceritanya. luka memang menjadi kawan yang sering datang dan pergi, hanya kali ini aku tidak tahu kenapa aku hanya bisa diam dan luka tidak juga membuatku beranjak. Cerita pada langit tidak pernah berhenti bahkan oleh perihnya luka.
Aku adalah doa. Sendiri. Aku masih juga disini untuk sebuah doa yang sudah tidak lagi bercerita, aku masih disini meski kadang dalam diam. Meski sungguh tidak mudah, tapi aku juga tidak bisa beranjak entah mengapa. Aku masih disini meski tanpa asa dan kembali aku tidak tahu mengapa. Aku masih disini meski kata mungkin saja... bahkan terasa jauh, dan lagi-lagi aku tidak tahu mengapa. Aku hanya ingin disini, aku tidak ingin beranjak. Aku hanya ingin disini bercerita dan memohon pada langit untuk jingga pada sebuah doa yang sudah tidak lagi bercerita, entah sampai kapan.
No comments:
Post a Comment