Thursday, September 13, 2012

dear tuhan [ku].....


Setiap surat pasti selalu dibuka dengan menanyakan kabar, tapi aku tidak akan menanyakan kabarmu tuhan...eh..tidak apa-apa kan menuliskanmu dengan huruf kecil? Bukan bermaksud gimana, hanya masalah efisiensi waktu dalam mengetik saja tuhan...agak sedikit merepotkan untuk selalu menekan tombol shift, lagipula aku yakin engkau tidak gila hormat seperti kami manusia, engkau tidak akan peduli dengan aturan EYD bagaimana penulisan kata tuhan, engkau pasti tahu kriteria hormat bagimu bukan pada penulisan huruf besar atau kecil tapi pada attitude manusia..begitu kan...tuhan...? [sepertinya aku sok mengenalmu ya...:) ]

Tuhan... [ini otomatis membesar sendiri hurufnya tuhan..:)) bukan berarti komputer diajari manusia menghormatimu, tapi kurasa karena kata pertama dari sebuah kalimat...:) ]...beberapa malam yang lalu, aku terlibat perbincangan yang tidak selesai dengan seorang teman baik...ahh engkau pasti sudah tahu kan...? engkau pasti tersenyum-senyum mendengarnya...:) sebuah perbincangan yang mungkin bagi sebagian orang tidak menarik dan dihindari karena biasanya akan berujung ke debat kusir atau bahkan saling menjelek-jelekkan, menyudutkan satu sama lain, seperti yang dulu pernah kubaca dari sebuah group di social media milik kelompok orang yang tidak percaya kepadamu, disitu keliatan sekali yang mengaku percaya tuhan bahkan percaya garis keras ternyata attitude nya sama sekali tidak mencerminkan seorang yang percaya padamu, apalagi mereka yang tidak percaya padamu , rasanya sudah tidak layak baca lagi komentar-komentarnya. Aku jadi capek sendiri mengikuti perbincangan mereka akhirnya keluar dari group. Tidak ada sesuatu yang kudapat selain mereka yang saling mencela yang membuat aku berpikir mereka itu seperti bukan manusia saja.

Tuhan temanku ini adalah seorang teman yang sedang dalam perjalanan mencari jawaban akan engkau, dan sepertinya dia sedang berada di satu titik dimana dia tidak percaya [lagi] padamu, beberapa kenyataan-kenyataan dalam kehidupan kami umat manusia sepertinya menjadi pertanyaan dalam pikirannya kalau engkau ada mengapa ini semua terjadi...? dan argumen-argumen yang diungkapkannya memang make a sense, logic, karena referensinya memang dari mereka scientist-scientist yang tidak percaya padamu. Namanya scientist apa yang mereka ungkapkan berdasarkan penelitian ilmiah dari apa yang kami sebut ilmu pengetahuan dan teknologi yang salah satu cirinya adalah berkembang, tidak pernah berhenti dan selalu berinovasi. Sebuah fakta diuji kemudian dibuktikan lalu menjadi fakta baru, demikian terus  tidak pernah berhenti. Sebuah kebenaran sekarang bisa jadi salah dimasa yang akan datang, segala sesuatu tidak ada yang absolut di mata ilmuwan. Ini mungkin yang tidak disadari oleh teman saya tersebut. Selama 2000 tahun peradaban yang kami ketahui, belum ada satupun penelitian yang bisa membuktikan keberadaanmu, mereka hanya bisa membuktikan ketidakberadaanmu, berarti hanya ada dua kemungkinan,engkau memang tidak ada atau engkau memang sang maha tidak terbatas dalam pikiran kami yang terbatas, yang tidak akan bisa kami ungkap sampai kesudahan waktu.

Perbincangan kami tidak selesai tuhan.....karena waktu, [terkadang aku tidak suka dengan waktu, tuhan... rasanya ia tidak pernah sama berputar, terkadang 1 jam terasa hanya 30 menit terkadang terasa 90 menit dan kalau sudah in conversation with him in any media rasanya kok 1 jam hanya 30 menit :p] dan aku meneruskan perbincangan itu dalam pikiranku sendiri, karena aku merasa semua yang diungkapkannya memang logis dalam pikiranku, ketika perbuatan baik yang adalah perintahmu bagi kami yang percaya padamu di katakannya sebagai moralitas atas nama kemusiaan yang juga dilakukan oleh mereka yang tidak percaya engkau atau bahkan sama sekali tidak mengenal engkau [aku sedang membayangkan suku-suku di pedalaman yang belum mengenal engkau]. Aku kemudian bertanya dalam pikiranku, seandainya memang surga itu ada, apakah mereka yang tidak percaya padamu atau bahkan tidak mengenalmu tapi melakukan perbuatan baik seperti yang kami yakini engkau perintahkan kepada kami bukan calon penghuni surga, dan pikiranku menjawabnya rasanya engkau tidak sejahat dan sesempit itu. 

Jadi tuhan...., akhirnya aku kembali ke pemikiran akan sesuatu yang personal, azazi, bahwa ini tentang kepercayaan...keyakinan yang tidak bisa dipaksakan, dan bukan juga bicara tentang baik dan buruk, karena mereka yang percaya engkau belum tentu selalu baik dalam bertingkah laku dan sebaliknya mereka yang tidak percaya engkau belum tentu jahat, temanku salah satu contohnya, ia baik hati, meski segala tindakannya karena alasan moralitas atas nama kemanusiaan bukan karena menjalankan perintahmu.

Dan tuhan...bagiku, engkau lebih dari sekedar tuhan yang memerintahkan ini itu, memberi berkat ini itu, tempat memohon ini itu, tapi engkau bagiku seorang sahabat yang baik, engkau adalah sosok yang menempati tempat di hati dan pikiranku yang tidak bisa kudefinisikan dalam kata atau kalimat. Tempat yang tidak bisa diisi dengan manusia atau apapun. Suatu tempat dimana aku bisa menemukan sosok dimana padamu aku demikian bersyukur ketika aku melihat senja, ketika aku melihat pelangi, ketika aku mendengar burung berkicau di pagi hari, ketika aku mengagumi kelopak bunga dengan gurat warnanya yang bahkan kami manusia menirukan gambarnya saja tidak mampu, ketika...ahhh terlalu banyak untuk disebutkan. Suatu tempat dimana aku menemukan sosok dimana aku bisa bercerita, menangis, memohon dan sesudahnya aku mendapatkan kelegaan luar biasa. Suatu perasaan dimana aku tidak bisa menemukannya pada sosok atau bentuk apapun yang ada di bumi ini.  Sekali lagi benar kan ini sangat personal...? masing-masing orang pasti berbeda pengalaman. 

Dear tuhan.....
Itu saja dulu, lain kali aku akan menulis surat kembali untukmu, mungkin dengan cerita yang lain, mungkin juga kelanjutan cerita ini, siapa tahu akhirnya perjalanan temanku ini berakhir di titik dimana akhirnya ia menyadari engkau ada :) who knows...only you i guess....:)
Ya sudah tuhan....bye for now...love you more.....



Yours.

No comments: