Tuesday, October 16, 2012

Karena ketakutan selalu datang lebih awal....




Hai nus.....kenapa sih namamu neptunus? Adakah hubungannya dengan planet cantik itu? Ahh nanti aku cari tahu sama mas google....psstt...ternyata dia masih muda belia, kami salah selama ini memanggilnya mbah, tapi meski masih muda...dia bisa diandalkan nus... mungkin dia mengamini dan mengimani kalimah sakti yang disukai kaum muda ini,
“Don’t let anyone look down on you because you are young, but set an example for the believers in speech, in conduct, in love, in faith and in purity.” 
Jadi dia mengupdgrade diri sedemikian rupa hingga melebihi pengetahuan simbah-simbah :p , dia keren ya nus, tapi tetap saja tidak semua pertanyaan bisa dia jawab nus.. (meski ada yang bilang kalau mas google tidak bisa menjawab, itu berarti bukan pertanyaan :)) ada-ada saja). Entah siapa yang menulisnya pertama kali, ada sebuah tulisan menarik tentang fenomena mas google ini : "tidak semua pertanyaan bisa dijawab google maka tetaplah percaya pada tuhan". Sayangnya dia yang pernah menuliskan ini, sekarang sedang tidak percaya, tapi tidak apa-apa, perjalanan spiritual masing-masing orang memang berbeda-beda, sesuatu yang sangat hakiki dan azazi, tidak bisa dipaksakan, tidak boleh, bahkan mempertanyakannya saja “nggak sopan” kata anak gaul jaman sekarang.

Ahh..kok jadi panjang gini kalimat pembukanya ya...? :))
nus... sebenarnya aku ingin cerita tentang hari ini, 16 Oktober 2012, salah satu hari bersejarah dalam hidupku. Hari dimana aku berani mengambil langkah pertama dalam hidup. Hari ini tepat 2 tahun yang lalu, entah apa yang ada dalam benakku sebelumnya, sehingga aku berani melawan salah satu ketakutanku dalam hidup, lingkungan baru. Aku berani meninggalkan kenyamanan hidup ditengah keluarga, aku berani meninggalkan kehangatan persahabatan, aku berani meninggalkan kemapanan pekerjaan yang sudah settle di tempat kerjaku dahulu, untuk sebuah lingkungan baru yang sama sekali aku tidak tahu, yang ada dalam bayangan hanya gemerlap sebuah jembatan seperti san fransisco :)).

Masih terbayang nus, pertama kali merasakan panasnya kota ini dibanding desaku tercinta, kamar di lantai 3 yang lebih mirip tempat sauna, hari kedua yang “dikentel” tukang ojek, cara bicara yang sedikit lebih tinggi, senyum yang mahal, jetlag suhu memicu flu datang, sakit mata, makanan yang tidak cocok dengan lidah, gastritis juga ikut angkat bicara, ah...ini yang paling tidak aku suka dari menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, dan hal yang paling berat adalah, lingkungan baru selalu terlihat seperti semacam singa kelaparan yang siap menerkam di mataku. Meski pada kenyataannya tidak selalu seperti itu, kembali ke diri kita masing-masing bisa tidak membawa diri. Tetapi yang namanya “ketakutan” itu, selalu datang sebelum peristiwa nus... menjadi hambatan orang untuk melangkah.  Tidak seperti penyesalan, yang datangnya selalu terlambat, selalu belakangan.

Dan ketakutan itu tidak terbukti nus, tidak terbukti se-mengerikan singa yang kelaparan, tapi se-mengerikan singa yang kelaparan selama 1 minggu tidak makan...wkwkwk...kidding...nus :))
Lingkungan baru dalam lingkup sempit ternyata sangat welcome nus (ketakutan yang berlebihan sepertinya nus), meski beberapa masih meraba-raba, yaaa bisa dimaklumi segala sesuatu butuh proses. Dan dalam waktu tidak lama lingkungan baru itu begitu cepat menjadi lusuh :) :p dan menjadi neraka di satu bulan pertama nus dan terus berlanjut, belum lagi homesick yang hebat menyerang, pulang sepertinya solusi terbaik saat itu. Tapi dukungan dari beberapa teman memotivasi untuk bertahan, masak begitu aja menyerah...ayo dong tunjukkan siapa kamu, mana semangat bau sangit yang meletup-letup itu? Be honour, tuhan telah memilih kamu ditempatkan di tempat yang tidak mudah, itu berarti ia menilaimu mampu mengatasinya, karena tidak semua orang bisa, bertahanlah, jangan pernah pulang dengan kekalahan...maluu...begitu kata seorang teman.

Time goes by.... nus...and here I am...dua tahun kemudian, aku berhasil menyelesaikan pendidikan kehidupan pertama disini, dikota yang sangat tidak mudah ditaklukkan, kota yang mulai tertawa di mataku, kota yang juga membuatku tertawa [lagi], kota dimana salah satu penduduknya membuat hidupku “hidup” lagi, satu hal yang sama sekali tidak pernah terbersit, tidak pernah nus....sebelumnya tembok tak terganti dan tak pernah padam itu demikian kokoh dan tebal membentengiku...dan ia demikian mudahnya tanpa melakukan apapun meruntuhkannya....aahh.

Yang kemudian menjadi pertanyaan adalah, what’s the next? Aku tidak tahu nus....
dua bulan terakhir adalah masa gamang nus,  bahkan sampai saat ini aku tidak tahu harus bagaimana, dua jalan terpampang didepan, melanjutkan “pendidikan kehidupan” kedua disini, atau melanjutkan “pendidikan kehidupan” yang sempat terputus disana, sungguh aku tidak tahu. Seandainya engkau jadi aku, manakah yang kau pilih....? satu hal yang pasti nus, kali ini tidak ada ketakutan yang datang lebih awal, karena keduanya bukan lingkungan yang baru. Kali ini aku justru takut akan penyesalan yang selalu datang terlambat, aku takut penyesalan datang menghampiri salah satu pilihan yang tidak aku pilih atau malah datang pada pilihan yang terlanjur kupilih. Meski aku tahu, itu adalah resiko yang harus diambil, karena resiko selalu satu paket dengan pilihan, tidak bisa diambil secara terpisah, berani memilih harus berani menanggung segala resiko yang mengikutinya sepahit apapun itu. Aku masih harus menata hati untuk itu Nus, agar ketika aku memilih nanti, aku siap dengan segala resikonya, masih ada dua bulan tersisa untuk memikirkannya. Ahh...aku tidak suka pilihan Nus...aku tidak suka memilih, tapi aku hidup, dan lagi-lagi hidup itu adalah perihal memilih, mau tidak mau, suka tidak suka.

Ya sudah Nus, itu saja dulu....baik-baik disana ya....sebentar lagi kerajaanmu akan semakin basah, hujan sudah turun disini dan tentunya akan kembali bermuara di kerajaanmu, ahh kapan perahuku bermuara....??? *sigh




aku

#surat kepada Neptunus
#Oktober 16

No comments: