Sunday, August 19, 2012

menuju satu titik


Menulis dengan target itu ternyata tidak mudah, ini hari ketujuh dari rencana 30 hari menulis di blog, dan saya sudah macet ide :p
biasanya banyak hal bisa menginspirasi saya, tetapi hari ini, semakin saya memikirkan saya mau menulis apa, semakin macet pikiran saya. saya tidak tahu apa penyebabnya.
Jadi mumpung momentnya pas, maafkan saya kalau tulisan saya berikut ini tidak jelas intinya :p
-------------------------------

Hari ini, hari penuh maaf se Indonesia, kata maaf bertaburan di handphone, social media, di rumah-rumah. Mengapa se Indonesia, tidak sedunia? Karena sepertinya tradisi ini hanya ada di Indonesia. Seorang kawan yang tinggal di Arab Saudi yang notabene sebagai Negara Islam, bahkan tidak mendengar gema takbir di malam takbiran, diapun terheran-heran. Apapun itu, setidaknya ini adalah budaya yang baik, meminta dan memberi maaf, sayangnya hanya terjadi diawal-awal bulan Syawal, setelahnya ya….tetep seperti sebuah lagu…It’s hard to say I’m sorry. Saya tidak bermaksud menulis tentang maaf sih, karena saya pernah menuliskannya sebelumnya, saya hanya ingin menggambarkan istimewanya hari ini.

Kewajiban untuk mengucapkan  ucapan selamat hari raya pun sudah saya tunaikan sejak semalam, setelah saya menerima sms dari bunda saya. sms yang awalnya bercerita tentang masak-masak masakan lebaran, dan berujung di (ultimatum saya rasa bukan lagi nasihat/saran)  kalimat menyuruh saya pulang setelah habis kontrak. Sepertinya peristiwa saya sakit kemarin menjadi pemicunya, saya hanya bisa membalas untuk menenangkan beliau… iya, jika saya dapat pekerjaan yang baru, saya akan resign. Masalahnya mencari pekerjaan baru tidaklah semudah membalikkan telapak tangan bukan…? Kalau sudah begini, rasanya mensyukuri pekerjaan yang sekarang ini meski sudah sangat tidak nyaman adalah suatu keharusan. Dan…benar kan….? Kalau kita mau menghitungnya, banyak sekali alasan untuk mengucap syukur atas apa yang terjadi dalam hidup kita ini. Okay…saya juga tidak ingin menulis tentang mengucap syukur.

Saya hanya ingat kata-kata Dee di novel Perahu Kertasnya, semua yang terjadi di hidup ini hanya perputaran.
Kita selalu menuju satu titik dengan diri kita sendiri, hanya saja terkadang kita mesti melalui berbagai jalan, termasuk menjadi bukan diri kita sendiri.
Kalau memang pada akhirnya takdir berbicara… saya pulang ke Jogja, saya belum tahu, apa maksud Tuhan, membiarkan saya mengambil jalan berbelok sehingga membuat saya sampai di kota ini.
Saya belum tahu apa maksud Tuhan, menempatkan saya di kota ini, kemudian mengembalikan saya ke kota kelahiran saya.
Apakah ini caraNya menolong saya berdamai dengan kenyataan hidup yang waktu itu terasa getir sekali..?
Apakah ini caraNya menempa saya untuk lebih kuat lagi, hidup sendiri di tempat yang asing?
Apakah ini caraNya untuk mengajar saya belajar lagi tentang hidup dan dinamikanya…?
Lalu kehadiran dia dalam hidup saya dengan cara yang tidak biasa, apa maksudNya?
Sekedar cameo kah?
Padahal demi apapun di bumi ini saya ingin dialah pemeran utamanya…
Apakah ini jalan berputar itu? Jalan yang dimaksud oleh Dee…? Duh Gusti….Engkau berhutang jawaban pada saya, saya benar-benar ingin tahu apa maksud semua ini….?
Saya tidak tahu…. Saya tidak tahu apa maksud Tuhan, semuanya masih samar….
Saya belum sampai di titik itu.
Saya belum tahu apa yang akan terjadi di penghujung akhir tahun ini.
Segala kemungkinan, perubahan masih sangat mungkin terjadi.
Saya hanya yakin dan percaya seperti yang saya pernah bilang padanya, bahwa rencana Nya pastilah yang terbaik.

---------------------------------------------------
akhirnya saya berhasil menyelesaikan juga tulisan ini, meski mungkin sedikit ga jelas mau nulis apa.
saya menulisnya setelah saya melihat lampu itu menyala, meski tanpa tegur sapa dan saya tidak tahu kenapa...tapi saya sudah cukup senang, saya merasa seperti ditunggui...saya seperti ada temannya...saya merasa nyaman. dan taraaaa.....selesailah tulisan ini. :)

No comments: