Matahari baru saja beberapa menit menyembulkan wajah
bulatnya, begitu bundar, jingga, seperti senja, ketika saya menyusuri jalan utama kota ini menuju arah matahari.
Di pagi hari dan di petang hari matahari sangat bersahabat dengan mata, mata
saya bisa menikmati merah jingganya utuh tanpa harus merasa silau dan menyakiti
mata...aah…semuanya yang terjadi dalam hidup kita sebenarnya hanya tentang cara kita melihatnya, bahkan sesuatu yang
menyakiti dan membuat kita tidak nyaman, sebenarnya bisa kita nikmati
keindahannya, asal kita tahu caranya.
Pagi ini, jalanan di kotamu sangat lengang, saya benar-benar menikmati
perjalanan singkat menuju pasar kecil di tengah kotamu. Sebuah pasar yang sepertinya milik etnis tertentu, hampir semua dengan ciri-ciri fisik sama dan bahasa diantara mereka yang terdengar asing di telinga saya. Matahari pagi terlihat
sangat indah dari atas jembatan layang, udara pagi yang masih bebas dari polusi
terasa segar sekali. Kotamu sebenarnya kota yang ramah, hanya penduduk kota ini
membuatnya tidak bersahabat dengan prilaku berkendaraannya. Diantaranya lampu
merah terlihat hijau didetik-detik terakhir menyala, atau lampu hijau yang
sudah berganti merah di menit-menit pertama terlihat masih hijau, apakah mereka
menderita buta warna ketika berada di traffic light ya….? Belum lagi
ketidaksabaran pengemudi yang terkadang justru semakin menambah kemacetan.
Kesabaran benar-benar barang langka seperti juga senyum dan keramahan bahkan di rumah sakit, seorang perawat yang harusnya merawat dengan kasih dan keramahan justru jadi salah satu alasan pasien ingin segera pulang. Hari gini teman...ketika pelayanan yang baik menjadi salah satu syarat sebuah perusahaan atau layanan publik mendapat sertifikat ISO dan banyak perusahaan berusaha mendapatkannya, disini mereka justru bunuh diri dengan beratnya sekedar menarik dua sudut bibir atau menyapa selamat pagi, siang dan malam.
Tapi bagaimanapun keadaannya, kenyataannya disinilah saya berada, saya menghirup udara kota ini, mandi dan minum dari air kota ini, makan dari hasil bumi kota ini. Kota ini telah menghidupi saya. Manjing Ajur Ajer, itu nasihat seorang teman kepada saya. Berusaha meleburlah dengan keadaan seburuk apapun itu, mengaumlah dikandang singa dan mengembiklah di kandang kambing demikian nasihat seorang kakak kepada saya, tapi jangan sampai kehilangan jati diri karena dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung. Saya berusaha mencintai kota ini, setidaknya saya sudah bisa bersahabat dengan kota ini. Kotamu
Tapi bagaimanapun keadaannya, kenyataannya disinilah saya berada, saya menghirup udara kota ini, mandi dan minum dari air kota ini, makan dari hasil bumi kota ini. Kota ini telah menghidupi saya. Manjing Ajur Ajer, itu nasihat seorang teman kepada saya. Berusaha meleburlah dengan keadaan seburuk apapun itu, mengaumlah dikandang singa dan mengembiklah di kandang kambing demikian nasihat seorang kakak kepada saya, tapi jangan sampai kehilangan jati diri karena dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung. Saya berusaha mencintai kota ini, setidaknya saya sudah bisa bersahabat dengan kota ini. Kotamu
No comments:
Post a Comment