:: Y A P
Hai kawan..apa kabarmu…?
Semalam entah mengapa, ketika aku menunggu kantuk yang tidak datang-datang, aku teringat dirimu. Semalam memang bukan malam yang biasa, sepertinya kalau diberi judul, semalam adalah malam persahabatan. Pikiranku terisi oleh para musafir, sahabat-sahabat yang datang dan pergi, berawal dengan kamu. Persahabatan kita memang tidak lama, hanya 3 bulan kurang lebih, tetapi begitu membekas, Batak murtad, begitu aku memanggilmu, dan kau hanya tertawa jika kupanggil demikian, mungkin menyadari, karena dengan marga dibelakang namamu tetapi logat bicara yang sangat njawani, karena lahir dan besar di semarang, orang sama sekali tidak mengira bahwa engkau seorang perangin-angin.
Semalam entah mengapa, ketika aku menunggu kantuk yang tidak datang-datang, aku teringat dirimu. Semalam memang bukan malam yang biasa, sepertinya kalau diberi judul, semalam adalah malam persahabatan. Pikiranku terisi oleh para musafir, sahabat-sahabat yang datang dan pergi, berawal dengan kamu. Persahabatan kita memang tidak lama, hanya 3 bulan kurang lebih, tetapi begitu membekas, Batak murtad, begitu aku memanggilmu, dan kau hanya tertawa jika kupanggil demikian, mungkin menyadari, karena dengan marga dibelakang namamu tetapi logat bicara yang sangat njawani, karena lahir dan besar di semarang, orang sama sekali tidak mengira bahwa engkau seorang perangin-angin.
Engkau yang pada awalnya sangat jaim cenderung angkuh, (apakah demikian ya setiap orang pada perkenalan pertama?) setelah beberapa hari mulai mencair, dan keluar karakter aslinya. Darimu dan beberapa teman juga dia, aku kemudian mengambil pelajaran jangan terburu-buru menilai seseorang dari perkenalan pertama, dan sedapat mungkin beri kesan yang baik pada perkenalan pertama, karena kita tidak pernah tahu apakah akan ada yang kedua dst.
Dari sekian
banyak teman, entah kenapa kita bisa dekat, apa karena kita sama-sama perantau
dari Jawa? Atau karakter kita yang sama…selalu menyelipkan candaan, humor dalam
setiap kesempatan, bahkan jarang bisa serius? Masa 3 bulan, yang terekam dalam
ingatan adalah masa-masa kita pesta durian, kita duduk bersama yang lain
membicarakan tentang hidup..iman…, kita masak bersama, bebakaran, road to
south, basah kuyup oleh air terjun bedegung, kebiasaan buang gas mu yang gak sopan tapi
selalu membuat kita ngakak bersama, makan siomay dan lesehan di GOR bersama,
sampai mencari sepatu untukmu hingga toko hampir tutup dan kita berpacu
dijalanan mengejar jam malam kostku, pengalaman yang sangat seru dan kenangan
terakhir kita menangis bersama di acara perpisahanmu.
Tiga bulan
mungkin waktu yang singkat untuk ukuran persahabatan, tapi disini kita bicara
kualitas, tiga bulan kita belajar bersama bahwa persahabatan adalah tentang
menerima satu sama lain apa adanya bukan ada apanya. Persahabatan adalah bukan
hanya mendukung, menolong, membantu, mengasihi, menyayangi, tapi juga tentang "mencubit",
"menjewer" kalau perlu "memukul". Seorang sahabat tidak akan pernah membiarkan
sahabatnya berjalan kearah jurang, ia pasti akan memberitahu dengan cara apapun
bahkan dengan kekerasan, agar sahabatnya tidak terjatuh ke jurang. Maaf ya
kalau ditengah-tengah 3 bulan itu ada jeweranku yang sakit, semua karena aku
sudah menganggap dirimu sebagai sahabat bahkan adik lelaki, aku tidak ingin
dirimu berubah karena lingkungan memaksamu demikian, aku ingin dirimu tetap
jadi dirimu sendiri seperti sewaktu pertama kali engkau datang. Dan sepertinya
engkau menerima jeweran itu dengan legowo, dan memperbaiki diri, meski pada
awalnya kita saling berdebat panjang.
Dan, entah bagaimana kabarmu sekarang, semoga baik-baik saja, doaku untuk kesuksesanmu dan rencanamu untuk mempersunting gadismu segera bisa terwujud. Tapi doamu untukku seperti yang kau sampaikan saat itu sepertinya masih harus menunggu waktuNya, heii…aku ingat prasangkamu waktu itu, aku bukan yang seperti itu, aku hanya mendengar kata hati. Aku tidak ingin menambah daftar panjang mereka yang harus terlelap dengan sosok yang tidak pernah ada dalam mimpi-mimpinya, aku juga tidak ingin menambah daftar panjang mereka yang hidup bersama orang yang tidak pernah memimpikan mereka, meski kata sebagian orang sejatinya pernikahan adalah tentang membuat komitmen dan memegangnya seumur hidup sebagai kehormatan dan harga dirinya, sementara cinta hanyalah tipuan hormon….tapi siapa yang berani menjamin, tanpa cinta orang memegang komitmen [komitmen yang dibuatnya dan diikrarkan dihadapan Tuhan dan disaksikan banyak orang] sampai kesudahan...? Sementara dengan modal cinta pun ada yang mampu menghancurkan komitmen yang sudah dibuat....dan kenyataan berbicara... tidak ada yang bisa menjamin…kalau sudah begini, harus bagaimana kawan? aaah....kini akhirnya yaa surrender saja ..pasrah dan berserah...DIA yang menciptakan kita sangat mengenal siapa kita, dan DIA pasti tahu siapa orang yang tepat untuk menjadi penolong kita...aku hanya mengikuti rumus seorang kawan, jika segalanya dipermudah...itulah jalannya...ikuti saja.
Dear kamu….,pesanku padamu jika saatnya tiba, komitmen itu adalah kehormatan, ketika engkau sudah membuatnya, pegang itu diatas segalanya, itu kehormatanmu, jangan sekali-kali mencoba menghancurkannya, karena itu sama saja dengan menghancurkan kehormatanmu, harga dirimu, itu saja good luck yaa...thanks for being my best friend...I'm blessed that we've crossed path somewhere in the past
warm regards
No comments:
Post a Comment