Wednesday, April 11, 2012

~.Berjalan ke Barat Waktu Pagi Hari.~



by Sapardi Djoko Damono

Waktu aku berjalan ke barat diwaktu pagi
Matahari mengikutiku dibelakang
Aku berjalan mengikuti bayang-bayangku sendiri
Yang memanjang didepan
Aku dan matahari tidak pernah bertengkar tentang siapa
diantara kami yang telah menciptakan bayang-bayang
aku dan bayang-bayang tidak pernah bertengkar tentang siapa
diantara kami yang harus berjalan didepan

**saya suka puisi ini, masing-masing pasti punya interpretasi sendiri tentang puisi ini. Demikian juga saya, interpretasi saya pada puisi ini, kadang kita terlalu sibuk mencari jawab akan pertanyaan kenapa dan mengapa dari suatu peristiwa, sehingga kita justru kehilangan moment-moment indah dalam setiap peristiwa tersebut.
Saya bahkan kadang sudah capek bertanya mengapa pada hal-hal {yang saya anggap] "aneh" dalam hidup saya, pada titik tertentu bahkan saya demikian sebal dengan candaanNya yang sangat tidak lucu yang kemudian diikuti dengan pertanyaan mengapa.
Dan puisi ini pernah menyadarkan saya untuk menikmati saja setiap hal yang terjadi dalam hidup, saya tidak ingin kehilangan keindahan-keindahan yang ada dari setiap penderitaan dan ketidakmengertian saya akan segala hal yang terjadi dalam hidup saya hanya karena saya terlalu sibuk bertanya mengapa dan mencari jawabnya....toh pada akhirnya hanya ada kebaikan yang telah disiapkanNya di ujung jalan. berani taruhan??? Saya berani .... :)



Monday, April 9, 2012

~.acara televisi kemarin.~


acara televisi kemarin begitu memanjakan saya mulai dari siang hari hingga dini hari. Indonesia Idol yang tidak sempat tertonton Jumat kemarin karena mati listrik, motoGP perdana di Qatar di Trans 7, kemudian comebacknya Andi Rianto dalam deluxe symphony Metro TV dan Final Destination 2 di RCTI membuat saya hanya beranjak dari depan TV untuk mandi saja dan menyelesaikan novel yang sedang saya baca saja selama jeda sore hingga malam hari, alhasil saya yang biasanya ga suka dengan kebiasaan pindah-pindah channel ketika sedang menonton satu acara jadi seperti kutu loncat dari trans 7, metro balik ke rcti. Final destination menjadi yang utama. deluxe symphony nya metro tv menjadi selingan dan motoGP belum mulai race. 

Indonesian Idol.
Ajang pencarian bakat dalam musik yang tahun ini sedikit lebih berkualitas dari tahun-tahun sebelumnya karena pesertanya yang memang qualified untuk berdiri disana. saya ga akan membicarakan tentang pesertanya, tapi tentang bagaimana dalam beberapa hari kita menyaksikan peristiwa kegagalan dan keberhasilan dalam hidup. pada tahap penyisihan, ribuan orang harus menelan pil pahit yang namanya kegagalan, beberapa boleh tersenyum dengan keberhasilan. dan tidak sedikit dari yang gagal tersebut meminta pertanggungjawaban Tuhan atas kegagalan yang menimpanya. Padahal dalam setiap apa yang kita kerjakan dalam hidup ini, ada dua bagian yang pasti yaitu bagian yang harus kita kerjakan dan bagian yang Dia kerjakan. seringkali kita menyalahkanNya untuk kegagalan dalam hidup padahal kita belum mengerjakan bagian kita dengan maksimal. seperti maju ujian tapi tidak belajar dan hanya berdoa, ketika gagal kita menyalahkanNya yang tidak menolong kita. rasanya Tuhan baru saja "nyelentik" telinga saya yang sering menanyakan padanya kenapa saya belum bisa sampai ditahap yang saya mau. jawabannya ternyata ada pada diri saya sendiri.


MotoGP
mungkin agak tidak lazim bagi sebagian orang ketika seorang perempuan menyukai motoGP, tapi yang jelas saya tidak sendiri, kenapa saya suka motoGP saya juga tidak tahu, seseorang dulu mengenalkannya dan suka menceritakan serunya pertandingan yang membuat saya kemudian menonton sekali dan menyukainya, seru saja  menyaksikan moment-moment berebut tempat pertama, moment-moment saling salip menyalip, moment-moment tarikan terakhir di last lap yang menegangkan ditutup seremoni khas motoGP dengan saling semprot champagne. Di lintasan balap itu hanya satu yang berbicara speed. the fastest is the winner, siapapun dia, dengan segala status yang disandang tidak ada artinya dilintasan sirkuit, hanya dia yang tercepat yang jadi pemenang. belakangan setelah kejadian Marco Simoncelli tewas mengenaskan di sirkuit, penilaian saya berubah, speed saja tidak cukup, dimanapun attitude ternyata diperlukan tanpa kecuali. Simoncelli dengan gaya balapannya yang sering membahayakan pembalap lain akhirnya harus menuai akibatnya. 
Semangat pantang menyerah juga menjadi spirit nomor satu disirkuit,  “jangan berhenti berusaha sampai kita menggapai garis finish karena kita tidak pernah tahu ada keajaiban apa di detik terakhir”…Ben Spies rider Yamaha pada seri penutup balapan tahun lalu harus menelan pil pahit ketika pada lap terakhir dan di detik-detik terakhir bisa melampaui Stoner, harus mengakui keunggulan Stoner yang tidak mau menyerah didetik terakhir dan menggeber motornya kemudian unggul 0.015 detik lebih dulu dari spies. Stoner melengkapi gelar juaranya dengan memenangkan seri penutup tahun ini. satu lagi pelajaran dari seri pembuka malam kemarin kekalahan Valentino Rossi yang harus finish di urutan 10 sangat mengecewakan penggemarnya yang menanti-nantikan aksinya. Rossi seperti kehilangan semangat. situs berita motoGP menuliskan dukungannya pada Rossi 
"Bila kita tidak bisa menerima kekalahan, maka kita tidak akan bisa merayakan kemenangan"
sungguh suatu kalimat bijak yang juga bisa kita pakai dalam kehidupan kita.  

Deluxe Symphony
Deluxe symphony acara tandingannya harmoni SCTV di Metro TV menjadi alternatif tontonan musik berkualitas, talenta Andi Rianto dalam mengaransemen ulang lagu-lagu tidak diragukan lagi. Saya memang penggemar orkestra sebuah lagu terasa megah dan magis ketika diiring oleh orkestra. sebuah orkestra adalah perpaduan berbagai alat musik dengan bunyi-bunyian yang berbeda, dan memainkannya di nada dasar yang sama. bunyi-bunyi yang berbeda itu bisa demikian menyatu, bersenyawa menjadi satu suara yang luar biasa kadang sampai membuat bulu kuduk merinding. masing-masing memainkannya sesuai dengan porsinya tanpa ada yang merasa lebih satu sama lain. bayangkan saja jika salah satu bunyi itu merasa ia yang paling bagus, paling benar pasti tidak akan tercipta harmonisasi suara yang demikian indah. bukankah demikian juga dengan kehidupan kita..? berbeda itu indah ketika kita bisa saling menghargai dan memerankan peran masing-masing dengan baik. kita bisa bersenyawa dan menciptakan harmoni kehidupan yang indah.

Final Destination 2
Final Destination 2. saya tidak akan menceritakan jalan ceritanya, karena kalau mau browsing pasti sudah banyak yang memposting sinopsisnya. Saya hanya ingin menceritakan ketakutan saya pada apa yang namanya kematian, satu-satunya kepastian dalam hidup. saya tidak takut mati, tapi saya sangat takut kehilangan, takut kehilangan orang-orang yang saya sayangi, karena kematian dan kehilangan merupakan dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. pengalaman beberapa kali kehilangan karena kematian selalu menyisakan kepedihan dan trauma. hingga pukul 2 dinihari saya belum juga bisa memejamkan mata, apalagi saya membaca sesuatu yang kemudian saya olah menjadi persepsi yang kemudian membuat saya takut sendiri dan gelisah sepanjang malam. saya benci dengan kebiasaan buruk saya berpersepsi negatif. satu hal yang membuat saya galau tidak beralasan, kekuatan yang demikian merusak. saya masih harus belajar banyak dalam mengolah segala sesuatu agar tidak menimbulkan persepsi yang negatif di pikiran saya.


*soreiniyangjugamasihungu*




Saturday, April 7, 2012

~.untukmu yang cahayanya meredup.~


saya menyukai apa yang orang lain tulis tentang apa yang terjadi dalam hidupnya, hal sedetail apapun, seperti sebuah prosa yang hidup, bagi saya itu adalah novel terbaik, pelajaran tentang kehidupan. setelah ritual pagi, saya biasanya membaca "koran kehidupan" itu...ada beberapa yang sudah seperti "headline" yang wajib baca bagi saya akhir-akhir ini. diantaranya sebuah beranda milik seseorang yang dengan seizinnya saya menyebutnya sahabat. seorang yang saya kenal baik jauh sebelum saya mengenalnya secara langsung. saya mengenalnya sebagai sebuah bintang yang sinarnya terang, menyinari sebuah dunia kecil. meski saat itu saya belum pernah melihat sinarnya secara langsung, tetapi dengan melihat biasnya di dunia kecil itu saya percaya bahwa memang bintang itu sinarnya terang.sayang... dunia kecil itu tidak bisa menghargai anugerah sinar terang itu.

sampai suatu saat bintang itu jatuh di beranda, sampai saat ini saya pun tidak mengerti kenapa IA menjatuhkannya di beranda saya. bintang yang benar-benar kehilangan sinarnya, redup seredup-redupnya, bahkan sinarnya kalah dengan sinar kunang-kunang. Dari redupnya itu terlihat kepedihan, kekecewaan, yang terakumulasi menjadi awan hitam. Melihatnya seketika ada rasa nyeri tak bernama yang langsung menelusup tepat di dada saya. Entahlah, saya memang mudah iba, mudah ber empati terhadap orang lain, tapi rasa nyeri seperti itu mungkin baru sekali ini saya alami.

Setelah perkenalan secara langsung dimana ia mempercayakan cerita-ceritanya, saya berjanji pada diri saya sendiri kalau saya akan ada untuknya, menguatkannya,  menolongnya bangkit. Saya tidak tahu apakah saat itu saya menjadi satu-satunya orang yang ia datangi untuk berbagi ceritanya, tapi yang jelas saya tak peduli, saya hanya ingin ia tidak kehilangan semangat. Itu saja. tapi apalah daya saya, saya sudah melakukan apa yang saya bisa, tetapi kenyataan memang berbicara lain. Saya tidak bisa mengembalikan mimpi nya, harapannya. Yang terjadi benar-benar membawanya ke titik terendah hidupnya…menurutnya. Ini pertama kalinya saya melihat jatuhnya seorang laki-laki sedemikian terpuruk.  Selama masa-masa sulit itu saya berusaha menjadi teman terbaiknya meski tidak jarang saya justru ikut terpuruk ke dalam lorong-lorong yang diciptakan olehnya. Lorong-lorong sunyi dan gelap. Terang yang saya bawa kalah oleh kegelapan dan kesunyian dalam lorong-lorong itu.

Beberapa kali sempat terbersit untuk menyerah, kemanusiaan saya tidak sanggup, rasanya dinding yang harus saya runtuhkan itu terlalu kokoh, kepedihan itu sudah terlalu mengakar,  tetapi setiap kali berada di ambang kata menyerah terucap, selalu saja IA datang mengingatkan, “masak kayak gitu saja ga sanggup”, kali lainnya , seolah-olah IA berkata : Aku menitipkannya padamu…, kali lainnya lagi : panggilan hidupmu adalah menjadi berarti bagi orang lain, lalu apa artimu jika begitu saja menyerah…
Saya bukan tidak sanggup menjadi temannya pada masa-masa sulitnya, saya hanya tidak sanggup menjadi saksi ia menghancurkan hidupnya sendiri, rasanya sama seperti saya menyaksikan kehancuran saya sendiri.

Segala apa yang saya bisa, apa yang saya tahu sudah saya ungkapkan padanya, untuk mengatakan padanya, menunjukkan padanya bahwa ia masih tetap bintang yang punya banyak kebaikan yang berguna bagi banyak orang, masih banyak dunia-dunia kecil yang membutuhkan sinar terangnya, tetapi ia benar-benar terlalu sedih, terlalu kecewa. Ia hanya mau bersinar untuk satu dunia kecilnya. Dan saya bukannya manusia tanpa emosi yang tidak merasakan marah, kesal, dan sebangsanya ketika menghadapinya yang kadangkala bersikap di luar perkiraan. Tapi setiap melihatnya, melihat wajah tirus, dengan mata sarat keletihan, kemudian membaca tulisan-tulisannya tentang hal-hal berat yang ia rasakan sendiri. Selalu ada ruang untuk memaklumi sikapnya tersebut.

Mungkin saya bukan satu-satunya orang yang ia hampiri ketika sepi menemani detik-detik kosongnya. Mungkin saya bukan satu-satunya orang yang  peduli akan kesedihannya. Mungkin saya bukan satu-satunya orang yang sedikit sabar mencoba menguatkannya. Mungkin saya bukan satu-satunya orang yang selalu care terhadap apa yang dia lakukan pada hidupnya.  Mungkin juga saya bukan satu-satunya orang yang mengingatkannya akan rencana indah Tuhan dibalik penderitaanya. Tapi saya tidak akan berhenti untuk mengingatkannya akan hal yang sama yang bahkan mungkin ia telah bosan mendengarnya dari saya. Dan saya selalu meminta padaNya semoga Tuhan memberikan saya kepedulian, kesabaran yang selalu bisa saya-recharge setiap kadarnya menipis, sampai ia benar-benar bisa bersinar lagi.

Untukmu yang cahaya terangnya sedang meredup, ketahuilah IA yang diatas sana tahu apa yang pernah engkau lakukan untuk menerangi dunia kecilmu, apa yang telah engkau tanam dengan terus tekun dan pantang menyerah membuat baik dunia kecil itu, semua itu menumpuk dalam keranjang “dharma” mu, meski dunia kecilmu itu tidak bisa menghargai seperti yang engkau harapkan, tetapi IA yang diatas sana menghargainya, ia menunggu waktu yang tepat untuk mengembalikan kembali keranjang “dharma” yang telah menumpuk itu, Ia akan memberikannya padamu sesuai waktuNya dan dengan caraNya, yang pasti itu yang terbaik untukmu. Dan selama menunggu keranjang “dharma”mu itu dikembalikan padamu, bangkitlah… kembalilah bersinar, lihatlah begitu banyak “dunia-dunia kecil” dibumi ini yang menantikan cahaya terangmu, siramilah mereka dengan terangmu dan sesungguhnya engkau sedang menciptakan “surga” yang dimaksud oleh agama-agama itu. Aku menunggu mu kembali bersinar... Jangan lama-lama ya :)





Can you feel it? You're a twinkling star in the sky of the Beloved.
Shine, shine brightly. The heavens deserve your brilliance.

~Rumi

Wednesday, April 4, 2012

~.Nyanyian Angsa.~



NYANYIAN ANGSA
karya W.S Rendra

Majikan rumah  pelacuran berkata kepadanya:
“Sudah dua minggu kamu berbaring.Sakitmu makin menjadi.Kamu tak lagi hasilkan uang. Malahan kapadaku kamu berhutang. Ini beaya melulu. Aku tak kuat lagi.Hari ini kamu harus pergi.”

(Malaikat penjaga Firdaus. Wajahnya tegas dan dengki dengan pedang yang menyala menuding kepadaku. Maka darahku terus beku. Maria Zaitun namaku. Pelacur yang sengsara. Kurang cantik dan agak tua).

Jam dua-belas siang hari. Matahari terik di tengah langit. Tak ada angin. Tak mega. Maria Zaitun ke luar rumah  pelacuran. Tanpa koper. Tak ada lagi miliknya. Teman-temannya membuang muka. Sempoyongan ia berjalan. Badannya demam. Sipilis membakar tubuhnya. Penuh borok di klangkang di leher, di ketiak, dan di susunya. Matanya merah. Bibirnya kering. Gusinya berdarah. Sakit jantungnya kambuh pula. Ia pergi kepada dokter. Banyak pasien lebih dulu menunggu. Ia duduk di antara  mereka. Tiba-tiba orang-orang menyingkir dan menutup hidung mereka. Ia meledak marah tapi buru-buru jururawat menariknya. Ia diberi giliran lebih dulu dan tak ada orang memprotesnya. 
“Maria Zaitun, utangmu sudah banyak padaku,” kata dokter.
“Ya,” jawabnya.
“Sekarang uangmu brapa?”
“Tak ada.”
Dokter geleng kepala dan menyuruhnya telanjang. Ia kesakitan waktu membuka  baju sebab bajunya lekat di borok ketiaknya. 
“Cukup,” kata dokter. Dan ia tak jadi mriksa.
Lalu ia berbisik kepada jururawat:
“Kasih ia injeksi vitamin C.”
Dengan kaget jururawat berbisik kembali:
“Vitamin C? Dokter, paling tidak ia perlu Salvarzan.”
“Untuk apa? Ia tak bisa bayar. Dan lagi sudah jelas ia hampir mati. Kenapa mesti dikasih obat mahal yang diimport dari luar negri?”

(Malaikat penjaga Firdaus. Wajahnya iri dan dengki dengan pedang yang menyala menuding kepadaku. Aku gemetar ketakutan. Hilang rasa. Hilang pikirku. Maria Zaitun namaku. Pelacur yang takut dan celaka.)

Jam satu siang. Matahari masih dipuncak. Maria Zaitun berjalan tanpa sepatu. Dan aspal jalan yang jelek mutunya lumer di bawah kakinya. Ia berjalan menuju gereja. Pintu gereja telah dikunci. Karna kuatir akan pencuri. Ia menuju pastoran dan  menekan bel pintu. Koster ke luar dan berkata:
“Kamu mau apa? Pastor sedang makan siang. Dan ini bukan jam bicara.”
"Maaf. Saya sakit. Ini perlu.”
Koster meneliti tubuhnya yang kotor dan berbau.Lalu berkata:
“Asal tinggal di luar, kamu boleh tunggu. Aku lihat apa pastor mau terima kamu.” 


Lalu koster pergi menutup pintu. Ia menunggu sambil blingsatan dan kepanasan.
Ada satu jam baru pastor datang kepadanya. Setelah mengorek sisa makanan dari giginya ia nyalakan crutu, lalu bertanya:
“Kamu perlu apa?” Bau anggur dari mulutnya.Selopnya dari kulit buaya.
Maria Zaitun menjawabnya:
“Mau mengaku dosa.”
“Tapi ini bukan jam bicara. Ini waktu saya untuk berdo’a.”
“Saya mau mati.”
“Kamu sakit?”
Ya. Saya kena rajasinga.”
Mendengar ini pastor mundur dua tindak. Mukanya mungkret. Akhirnya agak keder ia kembali bersuara:
“Apa kamu – mm – kupu-kupu malam?”
“Saya pelacur. Ya.”
“Santo Petrus! Tapi kamu Katolik!”
“Ya.”
“Santo Petrus!”
Tiga detik tanpa suara. Matahari terus menyala. Lalu pastor kembali bersuara: “Kamu telah tergoda dosa.”
“Tidak tergoda. Tapi melulu berdosa.”
“Kamu telah terbujuk setan.”
“Tidak. Saya terdesak kemiskinan. Dan gagal mencari kerja.”
“Santo Petrus!”
“Santo Petrus! Pater, dengarkan saya. Saya tak butuh tahu asal usul dosa saya. Yang nyata hidup saya sudah gagal. Jiwa saya kalut. Dan saya mau mati.sekarang saya takut sekali. Saya perlu Tuhan atau apa saja untuk menemani saya.”
Dan muka pastor menjadi merah padam. Ia menuding Maria Zaitun.
"Kamu galak seperti macan betina. Barangkali kamu akan gila. Tapi tak akan mati. Kamu tak perlu pastor. Kamu perlu dokter jiwa.”

(Malaekat penjaga firdaus wajahnya sombong dan dengki dengan pedang yang menyala menuding kepadaku. Aku lesu tak berdaya. Tak bisa nangis. Tak bisa bersuara. Maria Zaitun namaku. Pelacur yang lapar dan dahaga.)

Jam tiga siang.Matahari terus menyala.  Dan angin tetap tak ada. Maria Zaitun bersijingkat di atas jalan yang terbakar. Tiba-tiba ketika nyebrang jalan ia kepleset kotoran anjing. Ia tak jatuh tapi darah keluar dari borok di klangkangnya dan meleleh ke kakinya. Seperti sapi tengah melahirkan ia berjalan sambil mengangkang. Di dekat pasar ia berhenti. Pandangnya berkunang-kunang. Napasnya pendek-pendek. Ia merasa lapar. Orang-orang pergi menghindar. Lalu ia berjalan ke belakang satu retoran. Dari tong sampah ia kumpulkan sisa makanan. Kemudian ia bungkus hati-hati dengan daun pisang. Lalu berjalan menuju ke luar kota. 

(Malaekat penjaga firdaus wajahnya dingin dan dengki dengan pedang yang menyala menuding kepadaku. Yang Mulya, dengarkanlah aku. Maria Zaitun namaku. Pelacur lemah, gemetar ketakutan.)

Jam empat siang. Seperti siput ia berjalan. Bungkusan sisa makanan masih di tangan belum lagi dimakan. Keringatnya bercucuran. Rambutnya jadi tipis. Mukanya kurus dan hijau seperti jeruk yang kering. Lalu jam lima. Ia sampai di luar kota. Jalan tak lagi beraspal tapi debu melulu. Ia memandang matahari dan pelan berkata: “Bedebah.” Sesudah berjalan satu kilo lagi ia tinggalkan jalan raya dan berbelok masuk sawah berjalan di pematang.

(Malaekat penjaga firdaus wajahnya tampan dan dengki  dengan pedang yang menyala mengusirku pergi. Dan dengan rasa jijik ia tusukkan pedangnya perkasa di antara kelangkangku. Dengarkan, Yang Mulya. Maria Zaitun namaku. Pelacur yang kalah. Pelacur terhina).

Jam enam sore. Maria Zaitun sampai ke kali. Angin bertiup. Matahari turun. Haripun senja. Dengan lega ia rebah di pinggir kali. Ia basuh kaki, tangan, dan mukanya. Lalu ia makan pelan-pelan. Baru sedikit ia berhenti. Badannya masih lemas tapi nafsu makannya tak ada lagi. Lalu ia minum air kali.

(Malaekat penjaga firdaus tak kau rasakah bahwa senja telah tiba angin turun dari gunung dan hari merebahkan badannya? Malaekat penjaga firdaus dengan tegas mengusirku. Bagai patung ia berdiri. Dan pedangnya menyala.)

Jam tujuh. Dan malam tiba. Serangga bersuiran. Air kali terantuk batu-batu. Pohon-pohon dan semak-semak di dua tepi kali nampak tenang dan mengkilat di bawah sinar bulan. Maria Zaitun tak takut lagi. Ia teringat masa kanak-kanak dan remajanya. Mandi di kali dengan ibunya. Memanjat pohonan. Dan memancing ikan dengan pacarnya. Ia tak lagi merasa sepi. Dan takutnya pergi. Ia merasa bertemu sobat lama. Tapi lalu ia pingin lebih jauh cerita tentang hidupnya. Lantaran itu ia sadar lagi kegagalan hidupnya. Ia jadi berduka. Dan mengadu pada sobatnya sembari menangis tersedu-sedu. Ini tak baik buat penyakit jantungnya.

(Malaekat penjaga firdaus wajahnya dingin dan dengki. Ia tak mau mendengar jawabku. Ia tak mau melihat mataku. Sia-sia mencoba bicara padanya. Dengan angkuh ia berdiri. Dan pedangnya menyala.)

Waktu. Bulan. Pohonan. Kali. Borok. Sipilis. Perempuan. Bagai kaca kali memantul cahaya gemilang. Rumput ilalang berkilatan. Bulan.Seorang lelaki datang di seberang kali.Ia berseru:
“Maria Zaitun, engkaukah itu?”
“Ya,” jawab Maria Zaitun keheranan.


Lelaki itu menyeberang kali. Ia tegap dan elok wajahnya. Rambutnya ikal dan matanya lebar. Maria Zaitun berdebar hatinya. Ia seperti pernah kenal lelaki itu. Entah di mana. Yang terang tidak di ranjang. Itu sayang. Sebab ia suka lelaki seperti dia. 
“Jadi kita ketemu di sini,” kata lelaki itu.
Maria Zaitun tak tahu apa jawabnya. Sedang sementara ia keheranan lelaki itu membungkuk mencium mulutnya. Ia merasa seperti minum air kelapa. Belum pernah ia merasa ciuman seperti itu. Lalu lelaki itu membuka kutangnya. Ia tak berdaya dan memang suka. Ia menyerah. Dengan mata terpejam ia merasa berlayar ke samudra yang belum pernah dikenalnya. Dan setelah selesai ia berkata kasmaran:
“Semula kusangka hanya impian  bahwa hal ini bisa kualami. Semula tak berani kuharapkan bahwa lelaki tampan seperti kau bakal lewat dalam hidupku.”
Dengan penuh penghargaan lelaki itu memandang kepadanya.
Lalu tersenyum dengan hormat dan sabar.
“Siapakah namamu?” Maria Zaitun bertanya.
“Mempelai,” jawabnya.
“Lihatlah. Engkau melucu.”
Dan sambil berkata begitu Maria Zaitun menciumi seluruh tubuh lelaki itu. Tiba-tiba ia terhenti. Ia jumpai bekas-bekas luka di tubuh pahlawannya. Di lambung kiri. Di dua tapak tangan. Di dua tapak kaki. Maria Zaitun pelan berkata:
“Aku tahu siapa kamu.”
Lalu menebak lelaki itu dengan pandang matanya.
Lelaki itu menganggukkan kepala: “Betul. Ya.”

(Malaekat penjaga firdaus wajahnya jahat dan dengki dengan pedang yang menyala tak bisa apa-apa. Dengan kaku ia beku. Tak berani lagi menuding padaku. Aku tak takut lagi. Sepi dan duka telah sirna. Sambil menari kumasuki taman firdaus dan kumakan apel sepuasku. Maria Zaitun namaku. Pelacur dan pengantin adalah saya.)

*aahh...membaca puisi ini seperti terhakimi tanpa bisa membuat pledoi / pembelaan, rasanya saya dengan 'kemanusiaan"  saya dalam hidup ini sering menjadi 'maria zaitun" di suatu waktu,  kemudian menjadi majikan di waktu lain, menjadi teman-temannya maria zaitun, menjadi sesama pasien di klinik, menjadi dokter, menjadi juru rawat, menjadi koster, menjadi pater di waktu yang lainnya lagi....

*sigh ...sungguh sebuah puisi yang bisa menjadi bahan renungan menyambut tri hari suci....
sebagai apa kita bagi "diri kita" sendiri dan "sesama" kita dalam paruh perjalanan hidup kita....
sang majikan? 
teman-temannya Maria Zaitun? 
sesama pasien? 
dokter? 
juru rawat? 
koster? 
pater? 
atau kita ingin meneladani Sang Mempelai? Sang Kasih yang sempurna?
sungguh pertanyaan yang hanya bisa dijawab dengan menanyakan pada diri kita sendiri seberapa "bahagia" kita "bahagia" dalam hakikat yang sebenarnya dalam menjalani hidup yang kita jalani...
pertanyaan yang hanya bisa dijawab dengan senyum bahagia orang-orang disekitar kita karena keberadaan kita....
pertanyaan yang hanya bisa dijawab oleh sang waktu....
pertanyaan yang hanya bisa dijawab dengan berapa jumlah orang yang menghadiri pemakaman kita nanti....
pertanyaan yang hanya bisa dijawab dengan senyum dari mereka yang mengenang keberadaan kita kelak....

Selamat menjadi siapa saja yang kita pilih :) karena setiap pilihan sifatnya personal...
hanya ada resiko yang harus dipikul disatu sisi dan ada buah yang bisa dipetik di sisi lain.





*soreiniketikaakutidaktahuapayangadadalampikirankuhampasekali*


~.temannya temanku.~


Komputer kantor sudah hampir 2 minggu ini bermasalah, mulai dari loading all the time, error akut ketika membuka banyak aplikasi, error tingkat dewa jika membuka banyak jendela *padahal aku biasa bekerja dengan link-link antar file excel, belum lagi kalau yahoo messenger online…sudah….mesin ajaib ini akan demo aksi mogok berbarengan…kalau sudah begini jurus tiga jari ctrl alt del bahkan tidak lagi manjur…dan akhirnya puncaknya kemarin, komputer server tidak mau booting karena ada file corrupt pada windows/system 32nya, sementara komputer client masih bisa dipakai walau harus membuka satu aplikasi saja tidak bisa berbarengan, masalahnya sama file corrupt pada windows/system32.  

Komputer server mati dan komputer client sekarat disaat deadline laporan bulanan harus selesai adalah “sesuatu” banget. Dan semua menjadi sempurna ketika diujung telephone seseorang berkata “nomor yang anda hubungi sedang diluar service area, silakan hubungi beberapa tahun cahaya lagi”……teknisi yang biasa dipanggil tidak bisa dihubungi. Akhirnya seorang teman merekomendasikan temannya yang bekerja sebagai staff IT sebuah  bank yang kerja shift sore .  Tidak sampai 30 menit datanglah ia disaat yang tidak tepat (orang tepat diwaktu yang tidak tepat), ia datang pada saat PLN sedang bercanda yang ga lucu. Ia pun bersedia menunggu tapi hanya sampai jam 12 siang…gosh…!!!  aku hanya bisa berpikir absurd dengan seandainya aku memiliki kantong ajaib nya Doraemon *keabsurdan raditya dika sudah merasuki sukmaku.

Tuhan itu baik atau cuma kebetulan saja, *pasti ada yang jawab aah..hanya kebetulan saja :) * akhirnya PLN capek juga bercanda, akhirnya listrik nyala, temannya temanku itu pun beraksi  sambil kami berinteraksi membicarakan banyak hal dari mulai penyebab file corrupt sampai ke kehidupan. Ia bercerita tentang dirinya dan juga seorang kawannya. Dulu lulus kuliah dia belum bisa apa-apa dan tidak tahu apa-apa. Dia mendapat tawaran bekerja di Jakarta dengan pengalaman nol, untuk pergi ke Jakarta dia harus berpikir berulang-ulang meninggalkan kenyamanan yang “tidak nyaman” katanya. Apa maksudnya tanyaku ?  yaa aku nyaman disini ditengah keluargaku, ditengah kawan-kawanku meski “tidak nyaman” dengan kondisi yang serba kekurangan jangankan untuk tampil eksis untuk hidup saja sulit. 

Tapi akhirnya diputuskan meninggalkan kenyamanannya untuk bekerja di Jakarta. 1,5 tahun waktu yang singkat untuk merubah dia menjadi seperti yang sekarang, yang tadinya minim skill kemampuan dibidang IT (ia lulusan teknik elektro)  dan berbahasa Inggris, menjadi sangat mahir dikedua bidang ini. Bahkan pulang dari Jakarta memasukkan lamaran ke 10 perusahaan, 6 memanggilnya untuk bekerja. Tekanan membuatnya mau tidak mau mempelajari hal-hal yang tidak dikuasainya, dan akhirnya kebiasaan yang membuat dia menjadi mahir seperti sekarang.
Ia juga menceritakan pengalaman kawannya, kemampuanku di bidang IT ini belum ada apa-apanya dengan kawanku. Ia pernah kuliah di satu universitas swasta di Palembang ini tapi tidak sampai selesai, tapi skill nya jauh melampaui dosennya sekarang. Semua dipelajarinya secara otodidak. Sekarang dia bekerja di sebuah BUMN, kesempatan yang dia dapat karena berhasil memperbaiki 50 komputer di perusahaan tersebut, sehingga dia langsung diangkat jadi karyawan.

Satu komputer beres sebelum jam 12. Ia membuktikan kemampuannya. Ia kemudian berpamitan dan berjanji akan menyelesaikan komputer satunya esok hari. Sepeninggalnya aku membuka bekal makan siangku bola tahu teriyaki dan oseng-oseng pare dan menyantapnya sambil merenungi apa yang baru saja kudengar. Sebuah pengalaman kehidupan. Aku jadi ingat kata-kata dosenku pak Mohtar Mas’oed, tidak ada orang yang bodoh di dunia ini, tidak ada yang tidak bisa di dunia ini adanya adalah orang yang MAU atau TIDAK berusaha. Temannya kawan ku tadi dan seorang temannya telah membuktikan kata-kata pak Mohtar dulu. Tidak ada orang bodoh didunia ini. Tidak ada kata tidak bisa (kecuali takdir) dalam hidup ini. Yang ada hanyalah mereka yang tidak mau berusaha dan mereka yang mau dan gigih berusaha.  Keduanya merupakan pilihan. Dan selalu ada konsekuensi dari sebuah pilihan. Kita ingin jadi pengikut sekte yang mana? Pilihan ada ditangan kita. Selamatkan pagi ;)

*12.54 waktukamarku,dalamdingindankebisuanyangsemogasajatidakabadi*



Monday, April 2, 2012

~.sebuah surat cinta.~


surat putus cinta dari seorang TKW dengan expatriate yang kerja di petronas
SURAT CINTA MBAK SUM.

Sum, bermaksud memutuskan hubungan dengan kekasihnya seorang bule dari Amerika bernama Robbie akan tetapi dia tak sanggup untuk bertemu muka dengan kekasihnya. Sum menulis surat dengan berbekal pengetahuan bahasa Inggris & kamus tebal.

Hi Robbie, with this letter I want to give know you
(hai Robbie, bersama surat ini saya ingin memberitahu kamu)

I WANT TO CUT CONNECTION US
(SAYA INGIN MEMUTUSKAN HUBUNGAN KITA)

I have think this very cook cook
(saya telah memikirkan hal ini masak-masak)

I know my love only clap half hand
(saya tahu cinta saya hanya bertepuk sebelah tangan)

Correctly, I have see you go with a woman entertainment at town with my eyes and head myself
(sebenarnya, saya telah melihat kamu pergi bersama seorang wanita penghibur di kota dengan mata kepala saya sendiri)

You always ask apology back back times
(kamu selalu minta maaf berulang ulang kali)

You eyes drop tears crocodile
(matamu mencucurkan airmata buaya)

You correct correct a man crocodile land
(kamu benar-benar seorang lelaki buaya darat)

My Friend speak you play fire
(teman saya bilang kamu bermain api)

Now I know you correct correct play fire
(sekarang saya tahu kamu benar benar bermain api)

So, I break connection and pull body from love triangle this
(jadi, saya putuskan hubungan dan menarik diri dari cinta segitiga ini)

I know result I pick this very correct, because you love she very big from me
(saya tahu keputusan yang saya ambil ini benar, karena kamu mencintai dia lebih besar dari saya)

But I still will not go far far from here
(namun saya tetap tidak akan pergi jauh-jauh dari sini)

I don't want you play play with my liver
(saya tidak ingin kamu main-main dengan hati saya)

I have been crying night night until no more eye water thinking about your body
(saya menangis bermalam-malam sampai tidak ada lagi airmata memikirkan dirimu)

I don't want to sick my liver for two times
(saya tidak mau sakit hati untuk kedua kalinya)

Safe walk, Robbie
(selamat jalan, Robbie)

Girl friend of your liver
(kekasih hatimu)

Sumiyati

note:
this river I forgive you, next river I kill you !
(kali ini aku maafkan kamu, kali lain kubunuh kau !)

*hahahaha.......ngakak sak kayang e.....