Siang Nus....
Masih tangguhkah engkau menjaga lautan....?
matahari belum berhasil mengeringkan kerajaanmukan ...? sepertinya belum, karena hujan baru
sekali turun disini.
Masih belum bosan mendengar ceritakukan ...?
Masih cerita tentang kenyataan hidup yang berbicara tanpa nurani, malam itu sehabis hujan yang mungkin ini kali kedua aku begitu mensyukuri turunnya hujan, sehabis kami hanging out menghabiskan sabtu malam dengan makan bersama the band of sisterhood di sebuah rumah makan yang penuh sesak dan membuat saya berpikir, ini realita hidup di suatu sudut orang-orang termasuk saya dan teman-teman makan makanan dan minuman seharga makanan dan minuman untuk 3 hari suatu keluarga kecil di sudut bumi yang lain. Ahhh....kalau sudah menyadari itu, rasanya aku merasa “kebangeten” banget Nus...terkadang tidak bisa mensyukuri hidup yang terberi ini.
matahari belum berhasil mengeringkan kerajaanmu
Masih belum bosan mendengar ceritaku
Masih cerita tentang kenyataan hidup yang berbicara tanpa nurani, malam itu sehabis hujan yang mungkin ini kali kedua aku begitu mensyukuri turunnya hujan, sehabis kami hanging out menghabiskan sabtu malam dengan makan bersama the band of sisterhood di sebuah rumah makan yang penuh sesak dan membuat saya berpikir, ini realita hidup di suatu sudut orang-orang termasuk saya dan teman-teman makan makanan dan minuman seharga makanan dan minuman untuk 3 hari suatu keluarga kecil di sudut bumi yang lain. Ahhh....kalau sudah menyadari itu, rasanya aku merasa “kebangeten” banget Nus...terkadang tidak bisa mensyukuri hidup yang terberi ini.
Kembali ke ceritaku Nus, kali ini aku mendengar cerita
kehidupan dari seorang anak manusia. Cerita kehidupan yang membuat ia terisak
menceritakannya dan membuat kami semua terdiam mendengarnya karena sangat tidak
menyangka sama sekali. Ketika sosok ayah yang bagi sebagian anak di muka bumi
ini seharusnya adalah sosok pelindung, pengayom, teladan, benteng keluarga,
tulang punggung keluarga, pahlawan bagi keluarga ternyata jauh dari image itu.
Seorang ayah bukan lagi pelindung, pengayom tapi justru menjadi sosok yang
dibenci, bukannya jadi teladan tapi malah memberi contoh yang tidak baik,
bukannya jadi benteng atau tulang punggung keluarga tapi malah penggerogot
keluarga, bukannya jadi pahlawan tetapi justru menjadi musuh dalam selimut.
Benar kata orang Nus... setiap orang memanggul beban
kesedihan, kepahitan, lukanya masing-masing, semuanya memang diberi Nus...ya
semua tanpa terkecuali, seorang yang selama ini kelihatan nyaman-nyaman saja,
menikmati hidupnya dengan enak, ternyata menyimpan cerita kepedihan yang
menyakitkan. Kata orang Jawa, hidup itu “wang sinawang” yang terlihat merah di
kehidupan orang lain bisa saja kelabu dibaliknya, demikian sebaliknya. Dan pada
akhirnya aku sampai pada kesimpulan.., bahwa kesedihan, penderitaan, kepahitan
hidup itu relatif. Kepahitan A akan berbeda dirasakan oleh Noel dan Keenan,
bagi Noel bisa saja terasa berat, karena ia masih terlalu belia untuk mengalami
hal itu atau karena ia belum pernah merasakan kepahitan hidup selama ini,
sehingga ketika kepahitan hidup itu harus dia cecap, sangat terasa pahit
baginya, tapi bagi Keenan kepahitan A adalah sesuatu yang biasa saja dan kecil
untuk diatasi. Dan suatu saat ketika Noel sudah bisa melalui kepahitan A, ia
pasti akan seperti Keenan ketika menghadapi kepahitan yang lain yang bagi Wawan
adalah adalah sebuah kepahitan hidup yang begitu berat.
Nus... setiap orang diberi kesempatan di posisi Noel dan Keenan, dan kami yang berada di posisi Keenan malam itu, berusaha menguatkannya, mencerahkannya, karena untuk itulah kami diciptakan Nus...menjadi penolong, menjadi “shoulder to cry on” bagi sesama. Karena ada masanya kami juga akan berada di posisi Noel. Dulu aku pernah merasa terlahir sebagai orang yang palingmalang dan paling
menderita se dunia, tapi seorang Keenan pernah menyadarkanku bahwa aku bukan
“the only one” yang paling malang dan menderita di
dunia ini, ada banyak bahkan jauh lebih malang
dan menderita di dunia ini. Dan malam itu, aku dan teman-temanku diberi
kesempatan menjadi Keenan, menjadi “shoulder to cry on” bagi orang lain. Hidup memang berputar Nus... Semoga
seseorang yang malam itu terisak-isak menceritakan kepahitan hidupnya itu bisa
melalui semuanya itu dengan baik ya... Nus, karena itu memang cara terbaik
membuat kami manusia belajar menjadi kuat... menjadi tangguh.
Nus... setiap orang diberi kesempatan di posisi Noel dan Keenan, dan kami yang berada di posisi Keenan malam itu, berusaha menguatkannya, mencerahkannya, karena untuk itulah kami diciptakan Nus...menjadi penolong, menjadi “shoulder to cry on” bagi sesama. Karena ada masanya kami juga akan berada di posisi Noel. Dulu aku pernah merasa terlahir sebagai orang yang paling
Nus....itu ceritaku...sampai jumpa di cerita yang lain.
Aku,
#Oktober dua
No comments:
Post a Comment