Siang itu di hari kepulangan saya dari rumah sakit,
saya gelisah menunggu kunjungan dokter yang tidak datang-datang, saya berharap
beliau datang sebelum jam 12 sehingga saya bisa keluar dari rumah sakit hari
itu juga. Saya sudah menyiapkan diri untuk berusaha agar terlihat se-cheer up
mungkin untuk memberi kesan saya sudah sembuh pada sang dokter. Kira-kira 10.30
beliau datang dan saya sambut dengan gembira ria. Beliau tersenyum heran, hari
sebelumnya saya masih tergolek lemah, hari itu saya sudah [berusaha] duduk
tegak. Setelah memeriksa sebentar, beliau berkata :
“Ya sudah
boleh pulang….tapi ingat ya….jangan banyak pikiraaaaan..... daaannn…harus makan yang
teratur…..!!!!!”
Mendengarnya
rasanya seperti meneguk minuman dingin bersoda di panasnya hari….lega banget.
“Iya dok, terimakasih banyak dok.” Sahut saya gembira.
“Iya dok, terimakasih banyak dok.” Sahut saya gembira.
Teman saya
pun mengurus proses kepulangan saya, dan saya menunggu dikamar sambil merenungi
kata-kata dokter tadi. Jangan banyak pikiran dan makan yang teratur…sepertinya
dia baru saja memberitahukan penyebab utama sakit saya.
Saya jadi
teringat dulu kakak saya pernah mengikuti suatu seminar kesehatan dan
mengatakannya kepada saya, penyebab nomor satu penyakit dewasa ini sebenarnya
adalah pikiran. Saya tidak memungkiri memang dalam beberapa minggu terakhir kepala
saya sepertinya dipaksa bekerja dua kali lebih berat memikirkan sesuatu yang
saya sendiri tidak tahu kenapa bisa menjadi sebegitunya, tidur hampir menjelang
pagi setiap hari karena demikian susahnya untuk merapat ke gelombang alfa ,
didepan computer tanpa kacamata yang seharusnya saya pakai, dari pagi hingga
menjelang pagi lagi dengan hanya istirahat sebentar, membuat mata saya juga
kelebihan beban dan harus bekerja ekstra. Daaaaaan Vertigo hasil dari kegalauan
pun datang tanpa permisi dan berhasil membuat saya tidak berdaya sama sekali
UNTUK PERTAMA KALINYA dalam hidup. Mengingat deritanya, saya sungguh berharap,
dan berusaha tidak akan ada untuk yang kedua kalinya. Kalao kata lagu dangdut
itu…cukup sekali aku merasaaaaa…….sheerrr… :))
Tapi
bukankah selalu ada pelajaran dari setiap kejadian, dari sakit saya kemarin
saya belajar banyak hal, selain arti ketulusan dan arti sahabat, Saya bersyukur
diberi kepercayaan ini dari Sang Penguji Hidup, diberi pengalaman mengalami
liku-liku sebuah cerita yang ungu. Sebuah cerita yang semoga membuat saya
setingkat lagi lebih kuat. Sebuah cerita dimana airmata sebagai senjata
perempuan mengurai kesedihan dan kegalauannya sudah tidak ampuh lagi untuk
mengurai kesedihan dan kegalauannya maka yang terjadi kemudian adalah sakitnya
rasa terbawa ke pikiran dan berlanjut mengajak organ-organ tubuh yang lain
terutama yang berkaitan secara langsung…
Tuhan
memberikan peringatan untuk tidak terus larut dalam kesedihan tersebut dengan
memberi sakit yang menghentak yang terdengar seperti IA sedang berbicara
“BERHENTILAH MENGUTUKI KEGELAPAN….!!!” Dengan suara menggelegar , kurang lebih
demikianlah kira-kira saya menggambarkan Tuhan jengkel sama saya. Dan
demikianlah manusia, terkadang harus dengan ujian berat seperti itu dulu baru
tersadar, untuk segera berhenti mengutuk dan meratap, untuk kemudian bangkit
dan mencari lampu teplok :p.
Menyesal….??????
Tidak juga….. saya bersyukur untuk semua pengalaman hidup ini, semua memperkaya
hidup saya, banyak hal yang terjadi untuk pertama kalinya dalam hidup, ini
pengalaman pertama saya, kesedihan dan kegalauan yang berujung di rumah
sakit….kadang saya berpikir kok bisa….segitunya….seorang saya yang LUMAYAN
kenyang penderitaan hidup….jatuh tak berdaya oleh….. aaahhhh…… kenyataan memang
berbicara demikian…..
Satu hal
yang ingin saya sampaikan pada mereka yang belum pernah dipaksa terkapar di
rumah sakit, it’s like hell :)) (hell versi saya) jadi kalau tidak mau
kesana…berbuatlah baik pada diri kita sendiri, sayangi diri sendiri, jangan
berbuat jahat pada diri sendiri. Itu saja :) Selamat menyayangi diri sendiri
No comments:
Post a Comment