Akhirnya keinginan untuk nonton film Perahu kertas
tergenapi, setelah berhasil membujuk
seorang teman untuk diajak tanpa harus bersusah payah mengeluarkan rayuan. Kami
pun janjian bertemu di TKP, saya sudah wanti-wanti padanya untuk datang lebih awal, karena
berdasarkan pengalaman dia adalah seorang yang jam nya tidak lazim, terutama jika
urusan janji dengan saya, 1 jam dia bisa 100 menit lamanya, tapi saya sudah
terbiasa dengan itu (membiasakan diri dengan kebiasaan orang lain juga membantu
keharmonisan persahabatan :)) )
Mengingat ini adalah film yang diadaptasi dari novel Dewi Lestari dan disutradarai oleh Hanung
bramantyo, dan hari ini adalah premiere nya, saya takut antriannya panjang dan
tidak dapat tiket. Ternyata setelah sampai di
TKP..taraaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa……what a surprised …!!!! tidak ngantri saudara-saudara….suasana
lengang…sama sekali tidak ada orang ngantri….. oanaaahhh…palembang…palembang…..ternyata
mereka lebih suka makan pempek daripada nonton film…..:)) atau karena mereka
sibuk mempersiapkan lebaran…???? Entahlah….
Singkat cerita kami sudah ada didalam bioskop, scene demi
scene berlalu, bagi saya yang sudah berkali-kali membaca novelnya, rasanya kok
visualisasi cerita di novel tersebut tidak terwakili dengan baik, atau memang
demikiankah setiap film yang diadaptasi dari sebuah novel? Tapi saya lumayan
suka pemilihan, maudy sebagai kugy, adipati dolken sebagai keenan dan reza
rahardian sebagai remi, tadinya saya menyangka poppy sovia yang paling pas jadi
Kugy atau Nirina, ternyata Maudy ayunda cukup bisa mewakili. Sedangkan adipati
dolken cukup mewakili sosok keenan yang cool dalam bayangan saya, sebenarnya
mungkin Nicholas Saputra juga bisa, demikian juga remi yang dewasa. Secara keseluruhan
sih tidak mengecewakan apalagi, pengambilan gambar-gambarnya keren banget, suka
bagian Kugy dan Remi memandang laut lepas di malam tahun baru….wuiiihhh……gambarnya
keren. Satu hal yang saya tidak sangka sama sekali adalah, ternyata film nya
bagian pertama..artinya belum selesai…hiks….
Selesai….kami pulang, Pusat perbelanjaan menjelang Lebaran
adalah tempat paling menyebalkan sedunia, untuk keluar area parkir saja harus
antri demikian panjang, kalau tidak demi menonton perahu kertas, saya lebih
memilih menulis atau membaca tumpukan novel yang belum terbaca dikamar. Ditengah
antrian parkir tersebut, masih saja ada yang menyerobot antrian….oanaaahhh
masss…..hari gini nyerobot antri…. kemeplak tenan….kepala saya sudah mau keluar
tanduknya rasanya dan keluar asap dari kedua telinga , ketika penyerobot kedua
melaju (mau tidak mau) karena didesak mobil dari belakang, sambil menoleh dia
mengangguk sopan dan berkata maaf ya mbak, saya tidak jadi bertanduk. The power
of kata maaf memang luar biasa. Sayangnya hard to say it begitu kata sebuah
lagu…:)
Kamar kost….
saya kangen….kangen sekali….
hanya bisa terdiam dengan sebuah buku “ laki-laki seperti wafer dan perempuan seperti bakmi” ditangan, siap untuk dibaca malam ini, ada penggalan kalimat menarik didalamnya, karena ke-“wafer”-annya laki-laki hanya per lu 4 tahap untuk mengambil uang dimesin ATM, sedangkan perempuan, karena ke-“bakmi”-annya, memerlukan 41 tahap untuk melakukan hal yang sama…. woooshaaa….. let’s find the explanation….
saya kangen….kangen sekali….
hanya bisa terdiam dengan sebuah buku “ laki-laki seperti wafer dan perempuan seperti bakmi” ditangan, siap untuk dibaca malam ini, ada penggalan kalimat menarik didalamnya, karena ke-“wafer”-annya laki-laki hanya per lu 4 tahap untuk mengambil uang dimesin ATM, sedangkan perempuan, karena ke-“bakmi”-annya, memerlukan 41 tahap untuk melakukan hal yang sama…. woooshaaa….. let’s find the explanation….
Satu lagi penggalan kalimat didalamnya
“Cinta tidak mudah mati, cinta adalah sesuatu yang hidup, cinta tetap tumbuh subur ditengah segala kesulitan hidup, kecuali – jika diabaikan” -James D Bryden-
Hmmm…..kok saya, meski sudah diabaikan masih tumbuh subur yaa…??????????????
No comments:
Post a Comment