Thursday, August 16, 2012

the power of kata maaf




Akhirnya keinginan untuk nonton film Perahu kertas tergenapi, setelah berhasil  membujuk seorang teman untuk diajak tanpa harus bersusah payah mengeluarkan rayuan. Kami pun janjian bertemu di TKP, saya sudah wanti-wanti  padanya untuk datang lebih awal, karena berdasarkan pengalaman dia adalah seorang yang jam nya tidak lazim, terutama jika urusan janji dengan saya, 1 jam dia bisa 100 menit lamanya, tapi saya sudah terbiasa dengan itu (membiasakan diri dengan kebiasaan orang lain juga membantu keharmonisan persahabatan :)) ) Mengingat ini adalah film yang diadaptasi dari novel  Dewi Lestari dan disutradarai oleh Hanung bramantyo, dan hari ini adalah premiere nya, saya takut antriannya panjang dan tidak dapat tiket. Ternyata setelah sampai di TKP..taraaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa……what a surprised …!!!!  tidak ngantri saudara-saudara….suasana lengang…sama sekali tidak ada orang ngantri….. oanaaahhh…palembang…palembang…..ternyata mereka lebih suka makan pempek daripada nonton film…..:)) atau karena mereka sibuk mempersiapkan lebaran…???? Entahlah….

Singkat cerita kami sudah ada didalam bioskop, scene demi scene berlalu, bagi saya yang sudah berkali-kali membaca novelnya, rasanya kok visualisasi cerita di novel tersebut tidak terwakili dengan baik, atau memang demikiankah setiap film yang diadaptasi dari sebuah novel? Tapi saya lumayan suka pemilihan, maudy sebagai kugy, adipati dolken sebagai keenan dan reza rahardian sebagai remi, tadinya saya menyangka poppy sovia yang paling pas jadi Kugy atau Nirina, ternyata Maudy ayunda cukup bisa mewakili. Sedangkan adipati dolken cukup mewakili sosok keenan yang cool dalam bayangan saya, sebenarnya mungkin Nicholas Saputra juga bisa, demikian juga remi yang dewasa. Secara keseluruhan sih tidak mengecewakan apalagi, pengambilan gambar-gambarnya keren banget, suka bagian Kugy dan Remi memandang laut lepas di malam tahun baru….wuiiihhh……gambarnya keren. Satu hal yang saya tidak sangka sama sekali adalah, ternyata film nya bagian pertama..artinya belum selesai…hiks….

Selesai….kami pulang, Pusat perbelanjaan menjelang Lebaran adalah tempat paling menyebalkan sedunia, untuk keluar area parkir saja harus antri demikian panjang, kalau tidak demi menonton perahu kertas, saya lebih memilih menulis atau membaca tumpukan novel yang belum terbaca dikamar. Ditengah antrian parkir tersebut, masih saja ada yang menyerobot antrian….oanaaahhh masss…..hari gini nyerobot antri…. kemeplak tenan….kepala saya sudah mau keluar tanduknya rasanya dan keluar asap dari kedua telinga , ketika penyerobot kedua melaju (mau tidak mau) karena didesak mobil dari belakang, sambil menoleh dia mengangguk sopan dan berkata maaf ya mbak, saya tidak jadi bertanduk. The power of kata maaf memang luar biasa. Sayangnya hard to say it begitu kata sebuah lagu…:)

Kamar kost….
saya kangen….kangen sekali….
hanya bisa terdiam dengan sebuah buku “ laki-laki seperti wafer dan perempuan seperti bakmi” ditangan, siap untuk dibaca malam ini, ada penggalan kalimat menarik didalamnya, karena ke-“wafer”-annya laki-laki hanya per lu 4 tahap untuk mengambil uang dimesin ATM, sedangkan perempuan, karena ke-“bakmi”-annya, memerlukan 41 tahap untuk melakukan hal yang sama…. woooshaaa….. let’s find the explanation….

Satu lagi penggalan kalimat didalamnya

“Cinta tidak mudah mati, cinta adalah sesuatu yang hidup, cinta tetap tumbuh subur ditengah segala kesulitan hidup, kecuali – jika diabaikan” -James D Bryden-

Hmmm…..kok saya, meski sudah diabaikan masih tumbuh subur yaa…??????????????

No comments: