Hari ini hari Merah Putih sedunia di Indonesia :), meski tidak se”merahputih”
di Jawa, tapi sedikit melihat Merah Putih di pemukiman di kota ini [akhirnyaaaaa…tadinya
saya sudah hopeless akan melihatnya, di Jawa pengibaran bendera dimulai tanggal
14, disini tanggal 16 siang saya pulang kantor belum terlihat bendera…] justru
membuat saya lebih merinding daripada jejeran bendera dan umbul-umbul di
jalan-jalan dan gang-gang sempit di Jawa
sana. Dengan segala keterbatasan fasilitas dan infrastruktur milik umum disini (kesenjangan
pembangunan di Jawa dan daerah lain memang sangat nyata) ternyata mereka masih
mengakui hari ini sebagai hari yang bersejarah bagi negeri mereka. Hari ketika
merdeka menjadi kata yang paling banyak disebut.
Merdeka? Menjadi suatu kata yang selalu menjadi polemik setiap
tanggal 17 Agustus terutama di situs-situs Jejaring social. Kemudian bermunculan
beraneka macam makna dari satu kata ini, kasihan KBBI jika kemudian harus
merumuskan kembali arti kata ini. Mulai dari yang bernada guyonan sampai yang
serius, yang kemudian sampai pada kalimat tanya sudahkah kita merdeka? Mereka yang
bertanya demikian adalah [mungkin] mereka yang terlalu peduli akan negeri ini,
dengan segala carut marutnya. Ulah para oknum yang bukannya merawat kemerdekaan
yang telah diperjuangkan tapi justru menjajah bangsa sendiri dengan
menyejahterakan diri sendiri dan kelompoknya diatas penderitaan orang lain
demikian kurang lebih yang saya baca dari sebuah status :p. Belum lagi ulah para [katanya] wakil kita [kenyataannya
memang wakil kita, karena memang kita yang memilih] yang keplak-able/kemeplak
yang parahnya lagi, mereka yang disana itu, juga dulunya adalah yang berteriak dan
protes keras menuntut “merdeka” lahir dan batin, kenyataan yang tentu saja akan
membuat kita bertanya lebih lanjut…. mau jadi apa negeri kita tercinta ini….???????
Tapi inilah hidup, selalu ada baik dan buruk, positif dan negative.
67 tahun,sejak sebelum NOL tahun, mereka yang kita sebut para pahlawan telah memperjuangkannya, sampai ke bilangan 67 ini, meski masih banyak keburukan-keburukan, hal-hal negative tentang negeri ini tapi masih banyak juga hal-hal baik, hal-hal positif yang layak kita syukuri, mulai dari kita tidak perlu ikut mengangkat senjata atau hidup dibawah desing peluru sampai kita bisa duduk minum kopi sambil membaca buku atau browsing internet, kita tidak perlu susah payah mengirim telegram untuk mengirim berita penting cukup pencet satu nomor speed dial, kita bisa terhubung untuk memberi tahu kabar penting dan masih banyak lagi hasil dari 67 tahun negeri ini merdeka yang mungkin kita sendiri tidak akan sanggup menuliskannya. Bersikap kritis terhadap hal-hal yang tidak pada tempatnya yang terjadi di negeri ini memang sangat perlu, tapi tentu saja dengan tidak mengesampingkan banyak hal yang seharusnya kita syukuri karena negeri ini telah memberi terlalu banyak kepada kita, apa yang kita makan, apa yang kita pakai, apa yang mempermudah pekerjaan kita, banyak…banyak sekali dan nanti negeri ini juga yang akan menerima jasad kita.
67 tahun,sejak sebelum NOL tahun, mereka yang kita sebut para pahlawan telah memperjuangkannya, sampai ke bilangan 67 ini, meski masih banyak keburukan-keburukan, hal-hal negative tentang negeri ini tapi masih banyak juga hal-hal baik, hal-hal positif yang layak kita syukuri, mulai dari kita tidak perlu ikut mengangkat senjata atau hidup dibawah desing peluru sampai kita bisa duduk minum kopi sambil membaca buku atau browsing internet, kita tidak perlu susah payah mengirim telegram untuk mengirim berita penting cukup pencet satu nomor speed dial, kita bisa terhubung untuk memberi tahu kabar penting dan masih banyak lagi hasil dari 67 tahun negeri ini merdeka yang mungkin kita sendiri tidak akan sanggup menuliskannya. Bersikap kritis terhadap hal-hal yang tidak pada tempatnya yang terjadi di negeri ini memang sangat perlu, tapi tentu saja dengan tidak mengesampingkan banyak hal yang seharusnya kita syukuri karena negeri ini telah memberi terlalu banyak kepada kita, apa yang kita makan, apa yang kita pakai, apa yang mempermudah pekerjaan kita, banyak…banyak sekali dan nanti negeri ini juga yang akan menerima jasad kita.
Jadi, sebenarnya perlukah kita bertanya sudahkah kita merdeka?
Saya memilih untuk mengucap syukur saja, saya lahir dan tinggal dinegeri
ini dan menjadi bagian dari negeri ini, meski saya belum bisa melakukan "apa-apa"
seperti yang dilakukan adik-adik di Indonesia Mengajar misalnya, atau banyak
prestasi-prestasi lain dari anak negeri, tapi seperti yang dikatakan Iwan
Setyawan pengarang novel 9 summers and 10 Autumns dan Ibuk, dengan memainkan
peran kita sebagaimana adanya kita saja sebenarnya kita sudah merawat
kemerdekaan itu, menjadi pekerja-pekarja pada bidangnya masing-masing dengan
bekerja sebaik mungkin. Mari sejenak membayangkan, seandainya saja tiap orang
menjalankan perannya sendiri dengan baik dan maksimal, anak menjalankan
kewajiban dan tanggung jawab sebagai anak, orang tua juga demikian, karyawan
demikian, PNS juga demikian, sampai Presiden, semua mulai dengan dirinya
sendiri mengerjakan bagiannya, kewajibannya, tanggungjawabnya masing-masing
dengan maksimal…..ahhh….saya belum sanggup membayangkan apa yang terjadi,
mungkin kita akan melesat mengejar Jepang kemudian meninggalkan mereka….dengan sumber daya alam yang luar biasa yang kita punya....bukan tidak mungkinkan….?
No comments:
Post a Comment