Stasiun Tugu, didalam kereta malam Turangga tujuan stasiun Bandung, malam itu adalah salah satu langkah besarnya dalam hidup, sebuah langkah besar dengan latar belakang kemarahan dan kekecewaan yang memenuhi rongga dada. Satu tahun bukanlah sebuah penantian yang sebentar, satu tahun menunggu untuk sebuah mimpi yang sepertinya sudah di pelupuk mata untuk menjadi nyata, satu tahun yang menjadi sia-sia hanya karena perihal kecil yang terabaikan. Kejadian yang saat itu ia hadapi dengan kemarahan pada diri sendiri. Kejadian yang baru beberapa tahun kemudian ia petik pelajarannya. Jangan pernah menyepelekan perihal-perihal kecil dalam hidup. Satu hal yang juga mengingatkannya akan kejadian yang hampir sama yang dialami oleh kawannya, perjalanan menyingkirkan ratusan saingan untuk bisa ada di top two dan schlumberger sudah di depan mata, kandas hanya karena salah melihat jadwal wawancara kerja. Keteledoran yang harus dibayar dengan kekecewaan seumur hidup dan kalimat seandainya saja waktu itu aku... bla... bla...bla...yang selalu melintas dalam hidup.
Turun dari kereta Turangga, dan mencari-cari sosok seorang sahabat yang hampir dua tahun lebih tidak bertemu ditengah wajah-wajah sukacita karena menjemput orang-orang yang dikasihinya dan wajah-wajah datar dan sedih yang mengantarkan atau melepas kepergiaan orang-orang yang dikasihinya, sungguh bukan perkara mudah baginya yang tidak pernah berada di suatu tempat asing sendirian. Dewi fortuna masih berpihak kepadanya, ketika sahabatnya berhasil mengenalinya dari sekian banyak manusia disitu. Dan petualangan baru hidupnya dimulai.
Bandung tidak begitu mudah ia taklukkan, pemilihan waktu yang tidak tepat untuk datang, membuatnya membutuhkan waktu berhari-hari untuk sekedar mencari tempat tinggal. Tahun ajaran baru membuatnya selalu mendapatkan jawaban penuh teh... penuh teh... meski pada akhirnya ia mendapatkannya. Bandung memberikan pelajaran pertamanya kepadanya, bahwa banyak perihal dalam hidup ini yang tidak bisa “sak dek sak nyet”, kita butuhkan maka langsung kita dapatkan, meski kita menggenggam uang.
Setiap usaha yang sungguh-sungguh pasti membuahkan hasil, meski untuk itu harus membilang waktu yang tidak sebentar, itu pelajaran kedua yang Bandung berikan kepadanya, butuh satu setengah bulan untuk [akhirnya] mendapatkan jawaban, selamat bergabung bersama kami, setelah ia berada dalam himpitan antara uang saku yang sudah menipis dan perasaan malu untuk meminta pada orang tua. Kehidupan waktu itu mengajarkan dengan keras arti dari setiap makanan yang ia nikmati yang selama ini tidak pernah terpikirkan bahwa untuk itu dibutuhkan perjuangan yang tidak mudah. Gaji pertama yang masih satu minggu lagi diterima, dan uang saku yang tidak cukup untuk hidup sampai terima gaji, membuatnya harus membagi makan siang sekaligus juga untuk makan malam. pelajaran kehidupan yang sangat berharga baginya.
Hidup memang penuh misteri, kepahitan...kekecewaan...kemarahan bisa dipakai tuhan untuk membuat seseorang berani mengambil langkah besar dalam hidup, dan setiap orang mengalaminya dan akan terus mengalaminya dalam skala yang berbeda, masing-masing diukur dari kemampuan orang tersebut mengatasinya. Jika engkau mengalami kepahitan dalam hidup yang demikian hebat, berbanggalah, karena engkau yang dipilihnya untuk mengalami itu semua, berarti engkau dipandang mampu untuk mengatasi itu semua dibanding orang lain, begitu selalu ia ceritakan kepada teman-temannya tentang satu scene dalam hidupnya yang tidak semudah yang dilihat orang.
Ia.... gadis itu, adalah aku beberapa tahun yang lalu.
#Oktober 21
No comments:
Post a Comment