Friday, October 26, 2012

Seorang lelaki dalam bingkai kanvas kehidupan seorang perempuan...




Pekat lukamu adalah perihal yang kelabu dari kanvas kehidupan.
Bagaimana takdir mulai membuat sketsa, dan engkau diberi pilihan untuk menorehkan warna-warna di kanvas itu atau tidak sama sekali.
Pilihanmu adalah kau torehkan birunya kebaikanmu sebagai langit dikanvas itu, meski engkau punya pilihan lain untuk tidak  melakukannya.
Hijaunya kesabaranmu kau torehkan sebagai bumi tempat berpijak sebuah jiwa yang terombang-ambing oleh jingganya rasa yang jatuh ditempat yang tidak semestinya.
Kau beri kuningnya perhatian untuk pembuka jalan kembali ke tempat yang semestinya.
Kau torehkan merah saganyanya kasih sayang sebagai telaga bagi sebuah jiwa yang dahaga.
Kau sapukan merah jambunya hati tempat luapan segala serapah.
Kau beri aksen coklatnya diri tempat bersandar sebuah jiwa yang letih.
Kau pancarkan jingganya cinta pada setiap sudut kanvas untuk menyelimuti segala yang didalamnya dengan kehangatan, semua demi sebuah tawa yang adalah hidupmu.
Sketsa menjadi lukisan yang sempurna pada sebuah kanvas kehidupan yang diciptakan takdir.
Lukisan dari sketsa yang diberikan takdir untuk engkau jadikan pilihan, dan sekali lagi engkau juga diberikan pilihan untuk tidak menorehkan warna-warna itu, tetapi engkau memilih untuk menorehkannya.

Kini lukisan itu telah kehilangan jiwanya.
Lukamu telah mengucurkan kelabunya kepedihan ke seluruh kanvas kehidupan itu, setiap kelibatan warna-warna indah yang pernah engkau torehkan muncul dalam warna kelabu dan menjadi pekat.
Takdir kembali memberimu pilihan, ada banyak kanvas kehidupan yang lain dengan aneka sketsa yang bisa engkau pilih untuk engkau torehkan warna-warnamu.
Engkau mempunyai pilihan untuk tidak memilih dan tenggelam dalam kelabunya kanvas kehidupanmu yang lalu dan kosongnya galeri kehidupanmu, atau engkau memilih salah satu, dua, tiga, sebanyak yang engkau mampu untuk engkau torehkan warna-warna mu dan engkau kumpulkan dalam galeri kehidupanmu.
Dan engkau telah memilih satu kanvas untuk engkau torehkan lagi warnamu, meski engkau masih selalu menengok kanvas kelabumu, tetapi setidaknya engkau telah memilih lagi, engkau telah mulai menorehkan beberapa warna untuk sebuah mimpi yang ingin engkau genggam, untuk sebuah pembuktian diri.

Wahai engkau....teruslah menorehkan warna-warnamu, penuhilah galeri kehidupanmu dengan aneka kanvas kehidupan yang telah engkau torehkan dengan warna-warnamu.
Jadilah maestro, seorang maestro tidak pernah kehabisan warna-warna, seorang maestro tidak pernah berhenti menorehkan warnanya meski luka begitu kejam menyakiti, ia memang berhenti sejenak tapi jiwa seni didalam aliran darahnya akan membawanya kembali.
Seorang maestro menghasilkan banyak karya termasuk karya kelabu, tetapi ia terus berkarya, karena itulah ia disebut maestro.

Engkau, jadilah maestro, karena engkau mampu.




#Oktober 26


No comments: