Tuesday, October 30, 2012
"ojo sok ngemingke..." begitu kira-kira simbah-simbah bertutur....
Tidak selalu yang kepagian itu beruntung, setidaknya itu yang saya alami selama dua hari, mencari tukang bubur ayam yang direkomendasikan oleh kakak sepupu saya. akhirnya baru di hari ketiga saya menemukan bapak itu. ternyata selama dua hari ini saya terlalu pagi sampai ditempat jualannya sehingga tidak menemukan lapak/gerobaknya. dan usaha saya berbayar sih, bubur ayamnya memang enak, padahal saya tidak menyukai bubur ayam, saya mencari tukang bubur itu hanya untuk mengetahui seperti apa bubur ayamnya dan membuktikan cerita kakak sepupu saya. mungkin setelah ini saya akan berubah, mulai bersahabat dengan bubur ayam. ahh siapa bilang tidak ada yang abadi...perubahan itu abadi :p
oiya, kembali ke kenapa saya mencari bapak e tukang bubur itu, karena kakak sepupu saya bercerita tentang bapak itu. ia jualan bubur ayam dari pukul 06.30 sampai 08.00, hanya 1,5 jam sodara...dan berapa uang yang ia hasilkan....? tanya sendiri gih...wkwkwk. kata kakak saya sehari dia bisa mendapat uang minimal....minimal sodara...100.000, jadi kalau 1 bulan 2.800.000 (gak usak protes, kan yang dibuat contoh bulan Februari dan bukan tahun kabisat) hanya dengan berjualan selama 1,5 jam, gooossshhh.....
Tadi dikantor saya mencoba menghitung-hitung, jika 1 hari bisa menjual 50 mangkok (sepertinya bapak itu lebih) dengan harga 5.000 per mangkok, berarti sehari dia membawa uang 250.000, dan saya mencoba merinci bahan-bahan , tidak sampai 100.000 sodara...jadi dengan menjual 50 mangkok dia bisa membawa pulang 150.000 per hari dan 4.500.000 setiap bulan, itu baru bubur ayam, seandainya bapak itu lebih kreatif lagi, dia bisa sekalian jual minuman, dan tambahan lauk lainnya, berapa uang yang bisa dia bawa pulang...? hanya selama 1.5 jam. hanya....dan saya kemudian berpikir saya bekerja berapa jam dan saya mendapat berapa? *ngelus dodo, bukannya tidak bersyukur, cuma ada hal yang harus dibenahi di pola pikir saya juga masyarakat.
pertama, memulai usaha itu ternyata tidak harus dengan sesuatu yang gemebyar, seringkali ketika orang ingin memulai usaha alasannya selalu tidak punya modal, ya mungkin benar, tetapi mungkin karena berpikirnya sudah yang wah dulu. Jualan bubur ayam paling banyak bermodal 3 Juta, 1 bulan sudah BEP, bulan kedua bisa untuk buka di tempat lain, bulan kelima punya lima gerobak di lima tempat berbeda, 1 tahun kemudian apa....? lima tahun kemudian....? 10 tahun kemudian....? mungkin sudah bisa piknik ke Neptunus *kalau cerita pendaratan manusia di bulan benar.
kedua, "Ojo sok ngemingke...." begitu kira-kira simbah-simbah bertutur, masyarakat awam seringkali menilai dari status sosial orang. orang masih melihat seseorang dari apa pekerjaannya. coba saja jika bapak e itu duduk bersama seorang berseragam pns misalnya, apa yang masyarakat lihat...? berani taruhan orang akan lebih melihat ke yang berseragam pns itu daripada bapak e penjual bubur, padahal kalau ditanya berapa yang diterima tiap bulannya? tidak heran ada sinetron berjudul tukang bubur naik haji (saya tidak tahu sih, bercerita tentang apa), karena begitulah realitanya, sayangnya bapak e itu belum berpikir ke pengembangan usaha, pengembangan varian yang dijualnya, mungkin ini tugas pemerintah untuk membina pedagang-pedagang kecil ini supaya bisa lebih maju dan berkembang, jika ingin rakyatnya sejahtera.
aahh...saya teringat teman saya yang juga sedang merintis usaha barunya, kalau dia membaca tulisan ini (semoga) semangat man...ahh sepertinya saya sudah terlalu sering menyemangati, nanti malah "gumoh", selamat berjuang saja...bapak e penjual bubur itu dengan konsep yang sederhana saja bisa sedemikian, pasti njenengan juga bisa bahkan lebih dengan segala nya yang telah terkonsep rapi. tidak usah peduli dengan apa sebutan orang untuk njenengan, tapi buktikan saja dengan usaha yang sedang dirintis dan sukses, njenengan bisa sampai Paris [yang realistis saja, tidak usah sampai Neptunus...:)) ], kalau kripik mak icih bisa tembus angka M tiap bulannya, rasanya mimpi itupun bisa jadi nyata....jangan lupakan saya ya kalau sudah sukses :))
dan sepertinya saya akan mengikuti jejak bapak e itu, semoga bisa....pray for me...#eh :))
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
Wach...mencoba doyan bubur hehe...
Sebenarnya berdagang itu lebih banyak untung, tau knp mbak? ga kena potongan ini dan itu baik PPH atau PPN haha...
Salah satu bulek yang di bogor mbak, maaf cuma jualan sayur dipasar tapi sesuatu banget keuntungannnya...
Tapi kata suaminya, butuh kesabaran, pantang menyerah dan ga malu hehe...
Semangat, pray for you and pray for me....:P
heheh...iya...enak tenan bubur e...
rasanya kalo bth kesabaran, pantang menyerah itu semua pekerjaan butuh itu deh may :)
semangat juga may...
Post a Comment