hampa
: sejak raibnya asa yang berbunga
menit demi menit waktu
adalah tabah yang coba kurajut
butir demi butir airmata
adalah manisnya kenangan yang coba kurengkuh kembali
jika waktu itu bisa kuhentikan waktu
sungguh aku tidak ingin ini semua menjadi kenangan
karena terlalu indah untuk menjadi kenangan...
terlalu indah untuk dibingkai dalam keabadian cerita
kamu....asa yang berbunga itu
Iya, sesederhana itu....
: ihwal semuanya
mendengar.....
kicauan indah dan merdu yang kemudian terdengar sengau karena lelaku....
tentang pagi yang yang sabar menunggu terbit matahari.....
tentang siang yang merelakan kedua tangannya untuk menyangga matahari...
tentang senja yang menyediakan bahunya untuk tempat sejenak bersandar sang surya...
tentang malam yang mengirimkan nocturno melantunkan kidung pengantar tidur ....
telinga mana yang tidak melebar mendengarnya....?
melihat......
tak banyak......
diam yang terlalu angkuh....
mendengar, melihat, merasa.......
pagi yang sama meredup ketika matahari memilih tenggelam dalam kelamnya awan hitam....
siang yang sama kehilangan tangan dan kaki ketika matahari memilih berdiri diatas kaki sendiri....
senja yang sama kehilangan jingganya ketika sang surya bergegas berlari enggan singgah....
malam yang sama kehilangan magisnya ketika sang peri memilih tarian kunang-kunang sebagai pengantar tidurnya....
pagi, siang, senja, malam yang sama kehilangan separuh jiwanya....
hati mana yang tidak menciut mengetahuinya.....
disini sebuah ihwal.....
pada sebuah penutup episode
sebutir debu bermimpi menyemangati pagi....
sebutir debu bermimpi menerikkan siang....
sebutir debu bermimpi menjinggakan senja....
sebutir debu bermimpi mengembalikan magisnya malam....
dan berakhir dengan drama pungguk merindukan bulan......
cerita berakhir......dan akan segera dimulai kembali....
perjuangan untuk meneruskan laku....walau habis terang......
**aku rindu mas.....
No comments:
Post a Comment