Dear gadis
kecil berambut ikal,
kalimat
biasa pembuka surat adalah apa kabar, tapi saya
tidak akan membuka surat
saya untukmu dengan dua kata itu. Karena saya sudah tahu kabar mu baik-baik
saja. Dan engkau sekarang kalau tidak sedang main game di ipad kakak…pasti
sedang bercanda dengan dik hirmi, atau sedang “ditanggap” eyang…, atau sedang
mengganggu pakdhe adut….itulah keseharianmu selain menonton shaun the sheep,
dora, upin dan ipin dan bersekolah tiap senin dan kamis.
Nduk…..
saya kangen pelangi di kedua bola matamu. Dulu saya sangka “pelangi” yang seperti di lagunya jamrud itu hanya fatamorgana, sampai saya melihat itu nyata di kedua bola matamu. Setiap saya memandangmu, melihat matamu, ada gelombang elektromagnetik yang merambat masuk kedalam mataku yang kemudian mengirimkan pesan ke otak lalu disampaikan kepada hati yang kemudian merasakan kedamaian magis yang saya tidak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata. Saya ingiiiiiiiiiii……….n sekali melihat pelangi itu, pelangi yang sama, di bola mata orang-orang yang sangat saya sayangi. Katakanlah nduk…bagaimana caranya melukis pelangi itu di bola mata mereka, di bola matanya.
saya kangen pelangi di kedua bola matamu. Dulu saya sangka “pelangi” yang seperti di lagunya jamrud itu hanya fatamorgana, sampai saya melihat itu nyata di kedua bola matamu. Setiap saya memandangmu, melihat matamu, ada gelombang elektromagnetik yang merambat masuk kedalam mataku yang kemudian mengirimkan pesan ke otak lalu disampaikan kepada hati yang kemudian merasakan kedamaian magis yang saya tidak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata. Saya ingiiiiiiiiiii……….n sekali melihat pelangi itu, pelangi yang sama, di bola mata orang-orang yang sangat saya sayangi. Katakanlah nduk…bagaimana caranya melukis pelangi itu di bola mata mereka, di bola matanya.
Nduk……
Saya
juga kangen pelukan hangat kedua tangan
kecilmu. Pelukan tangan kecil mu didalam gendongan saya yang mendekap leher
saya erat ketika kita jalan-jalan ke mall dan mama mu sibuk belanja dengan
kakakmu. Pelukan tangan kecilmu ketika saya gendong yang mendekap leher saya
erat ketika engkau takut pada boneka raksasa di kebun binatang gembira loka.
Pelukan tangan kecilmu yang menggelayut manja di hari-hari terakhir saya di
rumah yang sungguh membuat saya tidak bisa tidur dan terbayang-bayang di
hari-hari pertama saya disini. Kehangatan yang membekas, bau kecutmu yang
wangi. Katakanlah nduk….bagaimana caranya membagikan kehangatan seperti yang
engkau punya kepada mereka orang-orang yang sangat saya kasihi….katakanlah
nduk….
Nduk…..
Terimakasih
ya…engkau telah mengajari saya tegar, tangguh.
tahukah engkau sabtu sore itu, 3 Mei 2008, ketika itu umurmu baru 3 bulan, dengan berurai airmata saya memelukmu…eraaaaaat…
tahukah engkau sabtu sore itu, 3 Mei 2008, ketika itu umurmu baru 3 bulan, dengan berurai airmata saya memelukmu…eraaaaaat…
sosok yang
kemudian engkau panggil dengan nama papa ketika engkau melihat fotonya di
dinding, itu telah meninggalkanmu sebelum bisa melihatmu tengkurap, duduk,
tumbuh gigi, merangkak, berjalan, berbicara satu dua patah kata [bahkan papa
adalah kata pertama yang engkau bisa lafalkan dengan baik], bersepeda sampai
sekarang begitu pandai bercerita dan mulai menanyakan keberadaan sosok didalam
foto yang tergantung didinding.
Sungguh
saya belajar ketegaran darimu, ketika saya mengikutimu berlari-lari kecil
menuju rumah 2 X 1 dengan batu marmer merah
di sebelah gerbang utama tempat pemakaman umum di desa kita, engkau
langsung ikut sibuk membersihkan rumah mungil itu, menabur bunga dan kemudian
mengikuti sikap mama mu berdoa. Ah…aku selalu tidak tahan melihat mama mu
menangis dalam doanya, ditambah lagi dengan sikapmu yang terdiam disamping
mamamu, membuatku menengadah ke langit dengan berurai airmata dan berkata dalam
hati : see……..what’ve You done…?
Tapi
sejenak kemudian saya merasa seperti ada yang menjewer telinga saya dari
langit sambil berkata :
Diatas segalanya, engkau membuat saya sadar bahwa saya masih jauh lebih beruntung dari pada engkau, 3 bulan…ya di usia 3 bulan…harus kehilangan sosok yang mengaliri darahnya dalam darahmu, sosok yang DNA nya cocok denganmu, sosok malaikat pelindungmu, sosok yang harusnya memondong-mondong anakmu, sosok yang kaku ketika membasuh anaknya setelah buang air besar ketika mama tidak ada, sosok yang harusnya mengajarimu naik sepeda, sosok yang harusnya menjewer anak laki-laki yang mengganggumu, sosok yang harusnya mengambil raport kenaikan kelasmu nanti, sosok yang pastinya akan menjadi canggung dan kaku dalam mengekspresikan aku mencintai kalian anak-anakku tidak seperti mama, sosok yang harusnya membukakan pintu ketika teman laki-lakimu datang dengan pandangan seorang jendral kepada seorang kopral yang berbuat salah, sosok yang harusnya kelak akan dipanggil kakek oleh anak-anakmu. Setidaknya saya masih bisa merasakan penggalan-penggalan tahap kehidupan itu. Dan itu cukup untuk bisa membuat saya bersyukur.
"see….what I’ve done…, belajarlah melihat segala sesuatu dari berbagai sudut pandang, jangan dari satu sudut pandang saja."ketika saya lihat mamamu berbicara padamu dengan nada biasa kembali..ayoo pamit sama papa dan engkau pun kembali ceria, tertawa-tawa, dan berpamitan kepada “papa”mu…”dadah papa……..” mungkin engkau memang belum mengerti arti kehilangan…ahh tidak… engkau mengerti arti kehilangan, saya bisa merasakannya ketika engkau terdiam disamping mamamu yang sedang berdoa, saya bisa merasakannya ketika engkau melihat-lihat foto papamu. Dan saya belajar untuk bisa seperti mu. Ada waktunya sedih, terdiam, mengenang tapi ada waktunya untuk tersenyum kembali, ceria kembali, tertawa kembali, bermain kembali.
Diatas segalanya, engkau membuat saya sadar bahwa saya masih jauh lebih beruntung dari pada engkau, 3 bulan…ya di usia 3 bulan…harus kehilangan sosok yang mengaliri darahnya dalam darahmu, sosok yang DNA nya cocok denganmu, sosok malaikat pelindungmu, sosok yang harusnya memondong-mondong anakmu, sosok yang kaku ketika membasuh anaknya setelah buang air besar ketika mama tidak ada, sosok yang harusnya mengajarimu naik sepeda, sosok yang harusnya menjewer anak laki-laki yang mengganggumu, sosok yang harusnya mengambil raport kenaikan kelasmu nanti, sosok yang pastinya akan menjadi canggung dan kaku dalam mengekspresikan aku mencintai kalian anak-anakku tidak seperti mama, sosok yang harusnya membukakan pintu ketika teman laki-lakimu datang dengan pandangan seorang jendral kepada seorang kopral yang berbuat salah, sosok yang harusnya kelak akan dipanggil kakek oleh anak-anakmu. Setidaknya saya masih bisa merasakan penggalan-penggalan tahap kehidupan itu. Dan itu cukup untuk bisa membuat saya bersyukur.
Nduk….
ah rasa rindu ini demikian menghebat, akhir-akhir ini saya sering dihantui rindu dari berbagai arah. Rindu akan engkau, rindu akan kamar cat ungu dan kuning hasil kreasi papa mu,,,,tempat engkau sering menghampiri saya dan kakakmu ketika kami menonton TV, rindu mengganggumu ketika main game, rindu membangunkanmu dengan ciuman-ciuman di pagi hari, rindu panggilan sosok yang engkau panggil yangti, rindu elusan hangat dipunggung dari sosok yang sering menyuapimu makan ketika mama mu sibuk, rindu kita bermain-main dibawah pohon rambutan di depan tanaman-tanaman hias didepan rumah, dan rindu yang ungu pada…..aahhh lainkali saya akan ceritakan.
ah rasa rindu ini demikian menghebat, akhir-akhir ini saya sering dihantui rindu dari berbagai arah. Rindu akan engkau, rindu akan kamar cat ungu dan kuning hasil kreasi papa mu,,,,tempat engkau sering menghampiri saya dan kakakmu ketika kami menonton TV, rindu mengganggumu ketika main game, rindu membangunkanmu dengan ciuman-ciuman di pagi hari, rindu panggilan sosok yang engkau panggil yangti, rindu elusan hangat dipunggung dari sosok yang sering menyuapimu makan ketika mama mu sibuk, rindu kita bermain-main dibawah pohon rambutan di depan tanaman-tanaman hias didepan rumah, dan rindu yang ungu pada…..aahhh lainkali saya akan ceritakan.
Sudah dulu
ya nduk…..baik-baik disana….tunggu saya desember nanti…mungkin bisa lebih
cepat….
Saya yang
merindukanmu
bulbulmu
2 comments:
mbaaakkk....spechless aku bacanya sampe ga terasa airmataku jatuh...:-(. wlw blm mengerti aku yaqin dia gadis kecil yg tegar...
aku aj kmrn ktika mengantarnya di bandara sdh merasa kehilangan. bagaimana dgn gadis kecil berambut ikal yg lucu itu?
Semoga senyumnya selalu terukir diwajahnya yg lucu itu,sabar ya mbak desember sbntar lg...
hiks...aku menulisnya juga dengan berurai airmata....
iya dia gadis kecil yg tegar..ceria...limpahan kasih sayang kami sekeluarga besar....
amin.....
hiks....iya...jd pgn ngingu doraemon....wkwk
Post a Comment