Bulan tidak kelihatan senyumnya malam ini
tidak seperti malam kemarin dari balik kaca jendela ia mengajarinya cara terbaik tersenyum
waktu itu malam masih begitu muda, ketika dia bersitatap dengan senyum tulusnya
satu hal yang berhasil mengajaknya tersenyum malam itu
malam ini bulan tidak kelihatan, juga dia yang selalu ditunggunya di depan pintu berandanya. setiap malam
ya dia lelananging jagadnya. dunianya.
dunianya yang sempit. kadang penuh sesak oleh kekhawatiran... ketakutan
dan hampir semua karena dia.
dunia yang dalam beberapa bilangan waktu lalu berwarna sephia
hadirnya mengingatkannya kembali ada banyak warna indah di dunia ini meski itu tanpa disadarinya
seorang lelanang yang tidak pernah menyadari ia adalah harapan sebuah hati
atau tidak peduli lebih tepatnya
hidupnya milik sebuah masa dalam bilangan waktu yang telah lalu
yang setiap potong kenangannya ditulis rapi dalam bait demi bait prosa hidupnya
semua terbaca oleh sebuah hati yang meninggalkan sayatan demi sayatan luka menganga
dan ia masih tetap disana menunggu, sayatan luka itu malah membuatnya tidak bergeming tidak beranjak
ia tetap disana entah untuk apa
No comments:
Post a Comment