Entah bisa dibilang puisi atau bukan, tapi aku suka merangkai kata menjadi kalimat kemudian menjadi bait tentang segala sesuatu yang aku lihat, aku dengar dan aku rasa...tentang aku, tentang dia, tentang mereka, tentang siapa saja yang bercerita kemudian aku tulis kembali dengan cara ku.....dan ini beberapa saja yang beruntung (atau malah mungkin tidak beruntung) tidak masuk keranjang sampah :)
=serenade [menjelang] malam=
. . .hidup memberi seribu alasan bagi perempuan itu untuk tidak menanggalkan syal hitam pada jiwanya. .
Meski pagi tidak mengenal lelah meneteskan embun bagi jiwanya. .
Meski mentari tak mengenal redup menerangi jiwanya dengan elektra. .
Meski malam tak mengenal bosan menyelimuti jiwanya dengan kehangatan. .
Meski bulan tak mengenal menyerah memercikkan cahaya merah jambu bagi jiwanya. . .
Sampai senjakala hadir dengan cahaya keemasannya. .
Memainkan serenade [menjelang] malam. .
Harmoninya terdengar riang bagai nyanyian jiwa anak2 dibwh juntai pelangi. . .
Warna keemasannya terlihat seolah-olah langit sdg ekstase. . .
Tariannya mengajari cara menanggalkan syal hitam pd jiwanya. . .dan menggantinya dengan selendang sutra. . .yang memberinya seribu alasan untuk tidak berhenti tersenyum. . .
*[satu tahun kemudian]
Selendang sutra itu membebat habis jiwanya. . .hingga ia tidak tahu bagaimana cara tersenyum. . .
~purnama yg lalu di sudut kamar kost~
=the way i remember you=
. . .aiiih Akar. . .kau tak pernah tau. . .
Kurasa kami pernah memiliki malam di masa lalu. . .malam menjelang fajar. . .
Malam bertabur daun segilima . . .
Atau malam berikutnya yg bertabur daun cinta. . .
Ada dada yg berdegup. .Ada kehangatan yg mengalir. .berenang-renang. . .
Ada kata yg memicu tawa [bahagia kurasa]
Ada rindu yg menjadi candu. . .
Pasti kau tak pernah mengira Akar. . . .
Aku terpesona. . .
Bagai senja ia hadir dengan begitu ajaib dalam hidupku. . .
Tahukah engkau eksotika senja itu. . ?
Aku bahkan tidak pernah bìsa menemukan kalimat untuk melukiskannya. . .
Jadi. . .kalau kini kau tanya siapa yg melukiskan kepedihan di kedua mataku. . . . .
Jawabnya. . . .
Aku sendiri akar. .aku sendiri. . .ya aku sendiri yg melukisnya Akar. . .
Agar setiap orang yg melihatnya tahu. . .
Bahwa di kedua mata ini pernah ada lukisan pelangi kebahagiaan. . . . . .
*thanks to you, this is the way I remember you
Kurasa kami pernah memiliki malam di masa lalu. . .malam menjelang fajar. . .
Malam bertabur daun segi
Atau malam berikutnya yg bertabur daun cinta. . .
Pasti kau tak pernah mengira Akar. . . .
Aku terpesona. . .
Bagai senja ia hadir dengan begitu ajaib dalam hidupku. . .
Tahukah engkau eksotika senja itu. . ?
Aku bahkan tidak pernah bìsa menemukan kalimat untuk melukiskannya. . .
Jadi. . .kalau kini kau tanya siapa yg melukiskan kepedihan di kedua mataku. . . . .
Jawabnya. . . .
Aku sendiri akar. .aku sendiri. . .ya aku sendiri yg melukisnya Akar. . .
Agar setiap orang yg melihatnya tahu. . .
Bahwa di kedua mata ini pernah ada lukisan pelangi kebahagiaan. . . . . .
*thanks to you, this is the way I remember you
=semua tak sama=
Bukankah ini masih pagi buta yg sama gendhis. . ?
Ketika malam semakin renta,
Ketika bulan beringsut takut bertemu matahari,
Ketika perempuan bergincu merah pulang ke kontrakannya dengan lembar rupiah di balik tanktopnya,
Ketika lelaki tuna susila pulang dengan aroma parfum perempuan bergincu merah,
Ketika keenan si orok menangis pilu merasakan polah bapaknya,
Ketika dua ekor kucing wak haji mengerang saling pikat,
Ketika penjaga palang pintu kereta terkantuk2 ditengah tugasnya,
Ketika asap rokok mengepul dari kamar roy yg sedang mengejar wisuda mei demi sbuah nama sarjana,
Ketika seorang dara merapal phytagoras untuk UAS senin depan,
Ketika seorang perempuan bermata basah mengiba pada Sang Khalik untuk mengembalikan suaminya,
Ketika seorang bunda bersujud dengan setangkup doa untuk putra putrinya. . .
Ini memang masih pagi buta yg sama gendhis. . .
Tapi semuanya tak sama lagi. . .
.~pagi buta di kota yang mulai tertawa~.
. . .sebuah belanga disudut ruang. . .
. .tersenyum pada merahnya senja kala. .dan berbisik lirih. . . .
Kau tepati janjimu untuk datang lagi. .kukira kau sudah muak dengan gaduhnya suara hatiku kemarin. . .
Maaf. . .aku tidak bermaksud mengotori eksotika warna mu dengan sumpah serapahku. . .
Aku hanya tidak tahu kemana menuangkan luapan nektar yang memenuhi lekuk-lekuk tubuhku. . .
Merahnya dosa sudah sedemikian menghitam. .mengendap tanpa tahu bagaimana membuatnya seputih kapas. . .
Jingganya cinta. .datang dan pergi. .meninggalkan tanya akan hakikat cinta dalam secangkir kopi. . .
Ungu nya kepedihan. .menghunjam. .merobek. .mengiris sekeping hati yg bahkan tidak pernah tahu arti sebuah sukacita. . .
Hitamnya kesunyian -sepekat nocturno yang sering menenggelamkanmu- yang selalu mencabik2 sepotong asa yang baru saja bertunas. . .
Semuanya begitu menyesakkan. .membuncah. . .meleleh. .menjadi sumpah serapah padamu. . .
Sejatinya aku iri. . .
Sekali lagi maaf. .dan sampaikan terimakasihku pada sang nocturno yg sudah menyesapnya tanpa sisa. .
-senjakala di bumi sriwijaya-
. .tersenyum pada merahnya senja kala. .dan berbisik lirih. . . .
Kau tepati janjimu untuk datang lagi. .kukira kau sudah muak dengan gaduhnya suara hatiku kemarin. . .
Maaf. . .aku tidak bermaksud mengotori eksotika warna mu dengan sumpah serapahku. . .
Aku hanya tidak tahu kemana menuangkan luapan nektar yang memenuhi lekuk-lekuk tubuhku. . .
Merahnya dosa sudah sedemikian menghitam. .mengendap tanpa tahu bagaimana membuatnya seputih kapas. . .
Jingganya cinta. .datang dan pergi. .meninggalkan tanya akan hakikat cinta dalam secangkir kopi. . .
Ungu nya kepedihan. .menghunjam. .merobek. .mengiris sekeping hati yg bahkan tidak pernah tahu arti sebuah sukacita. . .
Hitamnya kesunyian -sepekat nocturno yang sering menenggelamkanmu- yang selalu mencabik2 sepotong asa yang baru saja bertunas. . .
Semuanya begitu menyesakkan. .membuncah. . .meleleh. .menjadi sumpah serapah padamu. . .
Sejatinya aku iri. . .
Sekali lagi maaf. .dan sampaikan terimakasihku pada sang nocturno yg sudah menyesapnya tanpa sisa. .
-senjakala di bumi sriwijaya-
=aku tidak pernah menyesal=
Aku tidak pernah menyesal telah membukakan pintu untukmu. . .
karena aku tahu walaupun aku tidak membukanya kau akan masuk lewat jendela. . . .
Aku tidak pernah menyesal mempersilakan kau masuk. . .
karena aku tau kau tidak akan lama singgah. . . .
Aku tidak pernah menyesal menjamu mu dengan cawan madu yang entah berasa apa di lidahmu. . .
karena aku tahu itu bukan candu bagi mu. . . .
Aku tidak pernah menyesal menitipkan sembilan keping tanda itu untuk kau bawa. . .
karena aku tidak kuasa menyimpannya sendiri. . .
Aku tidak pernah menyesal membiarkanmu menari2 dalam belantara ruang tamuku. . . .
karena aku tahu tarianmu membantuku mengerti hakikat tanda itu. . .
Aku tidak pernah menyesal membiarkanmu beranjak dari ruang tamuku. . .
karena aku tahu yang kau mau tidak ada disini. . .
Aku tidak pernah menyesal membiarkan pintu itu tetap terbuka untukmu. . .
agar jika kau lewat kau bisa singgah untuk sekedar mengurai warna warna pelangi. . .
Kemarin. . .
hari ini. . .
esok. . .
tetap sama. . .
aku tidak pernah menyesal. . .
Negeri di awan, 5 juni 2010
karena aku tahu walaupun aku tidak membukanya kau akan masuk lewat jendela. . . .
Aku tidak pernah menyesal mempersilakan kau masuk. . .
karena aku tau kau tidak akan lama singgah. . . .
Aku tidak pernah menyesal menjamu mu dengan cawan madu yang entah berasa apa di lidahmu. . .
karena aku tahu itu bukan candu bagi mu. . . .
Aku tidak pernah menyesal menitipkan sembilan keping tanda itu untuk kau bawa. . .
karena aku tidak kuasa menyimpannya sendiri. . .
Aku tidak pernah menyesal membiarkanmu menari2 dalam belantara ruang tamuku. . . .
karena aku tahu tarianmu membantuku mengerti hakikat tanda itu. . .
Aku tidak pernah menyesal membiarkanmu beranjak dari ruang tamuku. . .
karena aku tahu yang kau mau tidak ada disini. . .
Aku tidak pernah menyesal membiarkan pintu itu tetap terbuka untukmu. . .
agar jika kau lewat kau bisa singgah untuk sekedar mengurai warna warna pelangi. . .
Kemarin. . .
hari ini. . .
esok. . .
tetap sama. . .
aku tidak pernah menyesal. . .
Negeri di awan, 5 juni 2010
No comments:
Post a Comment