Tuesday, October 23, 2012

Cakra Khan, teman kecil dan waktu yang selalu membantu manusia menemukan makna...


Hai Nus...
matahari sedang sangat terik disini, bagaimana dengan kerajaanmu? Sama jugakah? Pasti banyak air yang menguap ya...dan akan segera dibawa angin untuk dijatuhkan lagi pada kami. Kadang kami bersyukur nus jika hujan turun, ada hal-hal yang sulit dijelaskan, jejak yang ditinggalkan hujan itu dingin yang “hangat”, “hangat”nya sungguh merupakan selimut yang membuat tidur demikian lelap. Tetapi terkadang kami juga tidak menyukai hujan nus, hujan kadang menghalangi langkah kami untuk melanjutkan perjalanan. Kami masih manusia yang takut air yang akan membuat kami basah dan sakit. Terkadang aku berpikir nus, satu peristiwa saja bisa dimaknai berbeda oleh kami manusia nus, hujan misalnya, ada yang mengucap syukur dan ada yang memakinya, itu baru satu peristiwa nus, padahal begitu banyak peritiwa dibumi ini, mulai dari yang aneh sampai yang aneh sekali, mulai dari biasa sampai yang biasa sekali, jutaan peritiwa nus, dan setiap orang berbeda-beda memaknainya. Dan kami manusia dituntut untuk bisa memahami beda itu sebagai beda, bukan untuk disamakan, dan itu tidak mudah nus, banyak yang terjebak didalam perdebatan yang tidak pernah habis, bahkan kemudian memaksakan pendapat/keyakinannya pada orang lain dengan memakai cara-cara keji yang membuat kami tidak bisa lagi membedakan antara manusia dengan ciptaan tuhan lainnya, hanya  karena tidak mampu memahami beda sebagai beda. Ahh..kenapa ya aku selalu kepanjangan membuka salam :))

Nus, aku sedang mendengarkan lagu Cakra Khan, suaranya nus... whew... keren banget.... sekilas hampir mirip suara sandy sandoro. Dan dengan ditemani suaranya aku ingin cerita tentang seseorang yang hari ini merayakan ulang tahun, entah yang ke berapa :p, dia adalah teman bermain ku sewaktu aku kecil, dulu aku masih duduk di bangku kelas 1 SMP dan ia berumur 2 tahun. Ibunya berjualan gado-gado didekat rumah, ia seringkali aku “culik” sepulang sekolah. Aku suka anak-anak nus, tapi aku tidak suka anak-anak yang celemotan, jadi jika sepulang sekolah kutemui dia dalam keadaan yang tidak ada bedanya muka dan kaki, aku langsung memandikannya dan aku bedakin mukanya. Kemudian aku beri dia es lilin, kami pun bermain sampai sore hari. Hari-harinya waktu itu memang lebih banyak dihabiskan bersamaku, tidak heran kami menjadi dekat seperti laiknya kakak-adik, padahal kami tidak mempunyai hubungan darah.

Kenangan masa kecil yang sampai sekarang masih kami ingat, dia masih sering menelphone aku untuk sekedar menanyakan kabar pada awalnya, tapi selalu menjadi obrolan yang panjang, pernah suatu kali jam 2 pagi dia menelphone, ngerjain aku dan akhirnya berakhir menjadi obrolan pagi buta yang panjang. Beberapa waktu yang lalu ia menelphone dan memberi tahu, bahwa ia mendapat tawaran dari tantenya yang mendapat suami orang turki untuk bekerja disana sambil melanjutkan sekolah. Tapi ia menolaknya nus, dengan alasan tidak ingin jauh dari keluarga, padahal saat itu ia sedang berada di Kalimantan yang notabene juga jauh dari keluarga. Aku sudah membujuknya untuk mau, tapi ia tidak bergeming.

Aku jadi ingat peristiwa ketika aku mendapat satu kesempatan yang aku lewatkan, satu kesempatan besar yang harus aku perjuangkan, bukan cuma-cuma nus, tetapi hanya karena satu kesalahpahaman kecil, harus lewat begitu saja, sementara dia, teman masa kecilku, mendapat kesempatan emas tanpa harus melalui perjuangan lebih dahulu, tetapi tidak diambilnya. Ini yang terkadang tidak aku mengerti dari hidup nus... [meski, kata beberapa orang hidup memang tidak untuk dimengerti] orang yang berjuang untuk mendapatkan akhirnya tidak mendapatkan, sementara yang mendapat kesempatan tidak mau mengambilnya, sama dengan beberapa kejadian ketika banyak pasangan didunia ini begitu menginginkan anak, disisi lain beberapa orang justru membuangnya setelah susah payah mengandungnya selama 9 bulan 10 hari...gooosshhh....hidup yang sungguh sulit dimengerti ya nus...

Tapi mungkin benar kata mereka nus...hidup bukan untuk dimengerti tapi untuk dijalani saja, karena pada akhirnya, nanti, baru manusia akan tahu jawabannya, setelah waktu membantu mereka menemukan makna dari segala peristiwa yang dialaminya.
Itu saja ya nus...baik-baik disana.



Salam
Aku



#Oktober 23

No comments: