Burung Elang dalam Burung Pipit [The Eagle in the Sparrow]
Aku menatap ke bawah dan melihat bayangan seekor burung pipit yang sedih dan lemah, selalu mengepakkan sayap-sayap kecilnya menerpa angin, dan saat butir-butiran pasir yang beterbangan menghujam tubuhnya, ia berjuang dengan segenap kemampuannya untuk tetap terbang membungkukkan punggungnya yang telah letih.
Aku merasakan diriku bagai burung pipit itu, terbelenggu dan tak berdaya di bumi ini, dan kesedihan menorehkan luka yang dalam pada asa di dalam diriku yang melemah. Aku telah melihat sebuah gelas yang kosong setengahnya yang membuatku begitu putus asa. Sebenarnya, bagian yang setengahnya yang dituangkan adalah nektar yang telah lama aku inginkan dan butuhkan.
Aku menangis dalam hati.
Aku berhenti dan mencium sekuntum mawar tapi pastinya mawar yang salah.
Aku punya jiwa dan spirit tapi telah lama terlupakan dan jiwa serta spirit itu bahkan tidak saling menyapa.
Di saat aku mengepakkan sisa-sisa daya dan keberanianku ke dalam sayapku yang harus segera aku kepakkan,..Aku benar-benar kehilangan arah tujuan yang telah aku tetapkan.
Aku benar-benar tersesat dimana aku telah ditakdirkan untuk berada. Setiap bidang tanah yang kutandai ada di sini dan aku semakin tersesat dalam hidup ini.
Dalam gelapnya pengetahuanku akhirnya kutemui harapanku dalam kebenaran sejati yang sama sekali tidak kumiliki.
Aku takkan pernah mencapai tempat yang telah ditakdirkan untukku melalui jalan ini..tak peduli upaya,darah,air mata,keelokan jiwaku,..saat sayap-sayapku terluka oleh makhluk kesedihan yang kuciptakan sendiri.
Dan dalam pengharapan yang hampa ini, yang terbentuk dari penghinaan namun menyadarkan, Aku menemukan angin..bukan hanya angin tapi angin di dalam angin.
Aku berhenti mengepakkan sayapku, membiarkannya, dan mulai melayang..melambung ke angkasa jiwaku yang sejuk dan lembut, kehidupanku yang sesungguhnya sebenarnya tak perlu dicemaskan.
Segala sesuatu menjadi baru dan aku melayang , kemudian membumbung tinggi, tanpa perlu mengepakkan sayap menuju surga.
Sayap-sayapku memeluk langit dan akhirnya jiwaku mengenal lagi spiritku.
Nektar itu bukan di dalam gelas, karena ia telah dituangkan ke dalam jiwaku, dan mawar yang harum mewangi itu ada dimana-mana.
Aku tak perlu berjuang dan melukai tubuhku karena sekarang aku hidup.
Pasir dan angin turut bersamaku di saat aku terbang, saudara-saudaraku ada disisiku, mengusap-usap dan memelukku.
Aku mengamati isi seluruh dunia menghirup dan menghembuskan keindahan murni.
Berat tubuhku menguap bersama napas kelegaan yang kuhembuskan, dan mengisi awan gemawan yang membelai rambutku.
Aku melihat ke bawah,
Burung pipit yang sedih itu tidak ada lagi.
Aku hanya melihat rentang lebar sayap seekor elang berteman dengan angin dari semua angin di mana Elang selalu menjadi bagiannya.
__Charles C.Manz__
Dan aku ingin sekali bisa seperti itu :'(
No comments:
Post a Comment