Sunday, October 16, 2011

~.tentang pepatah jawa…”manjing ajur ajer….”.~


Hari ini 16 oktober 2011….tepat 1 tahun aku berada di bumi Sriwijaya. Suatu angka yang terasa lama ketika di’break down’ menjadi hari…365 hari sudah aku terpisah jauh dari keluarga tercinta, dari sahabat-sahabat terkasih, dari wangi kota sejuta romansa….yang hanya bisa aku hadirkan  dalam ritual malam ku menjelang tidur. 365 hari menjadi angka yang panjang ketika rasa rindu serasa meletup-letup seperti letupan bubur kacang ijo yang mendidih di panci 2 hari yang lalu. Rasanya tidak sabar menunggu hari H [padahal hari ini masih H minus banyak…] ;) dan  seperti dua sisi mata uang, 365 hari juga  menjadi suatu angka yang terasa singkat, rasanya baru kemarin aku menjejakkan kaki di bumi Sriwijaya ini, rasanya baru kemarin memasuki kamar yang panas (mungkin lebih tepat disebut tempat sauna) dilantai 3, rasanya baru kemarin memasuki suasana yang serba baru dikantor, berkenalan dengan orang-orang baru, mencicipi makanan-makanan yang baru, suatu kehidupan  yang sangat berbeda dengan kehidupan ku sebelumnya…sangat jauh berbeda….yang diminggu-minggu pertama membuatku terserang homesick parah yang membuat asam lambung langsung meroket tajam.  Aku sempat menuliskan kegundahan hatiku dalam suatu tulisan surat imajiner kepada sosok imajiner juga…..Yu Raminten *terinspirasi nama café di Jogja :)

Yu Raminten….
…langit biru yang cantik dengan arak-arakan awan putih yang menarikan tarian salsa ternyata tidak seindah dan seramah langit biru ditempat kita sering berlarian dipematang-pematang sawah milik Romo Hadi.…meski langit disana terdapat awan hitam “pating dlemok” seperti jelaga dipanci-panci putih mu….tapi selalu menyapa kita dengan senyum ramah…kadang hitamnya awan itu menghujani kita dengan gerimis yang mencubiti tubuh kita dengan mesra……yang kemudian jatuh menjadi hujan yang meninggalkan wangi tanah basah yang menjadi candu bagi kita, dan pelangi di sore hari seperti yang ada dimata Kaylla cucu Pak Mantri desa kita itu….awan hitam pun bergeser memberi kesempatan matahari berpamitan pada semesta untuk kembali lagi esok hari dalam senjakala yang merona seperti pipi anak dara yang ketahuan mencuri pandang ksatria pujaan hatinya….dan malam pun menutup keajaiban hari dengan membungkus semesta dalam gulita sarat misteri….. yang memungkinkan kita menjadi apapun tanpa seorang pun tahu kecuali mata waktu.

Yu………..kicauan burung yang cantik-cantik di sini terdengar satu-dua oktaf lebih tinggi dari burung-burung yang tiap pagi membangunkan kita sebelum cahaya *Letto banget J, nyanyiannya kadang menyakitkan di telinga, meski kadang terdengar merdu tetapi tidak enak didengar bahkan kalah dengan suara piring blek mu yang berjatuhan  ‘pating klontang’ karna srudukan simanis yang bergaya laiknya Tom yang perkasa  mengejar Jerry sang pecundang (padahal sesungguhnya Tom lah sang pecundang….) yang sudah menjadi intro dalam lagu pembuka kita tiap pagi ….yang akan diikuti dengan duet lengkingan suara tenor simbok berteriak ‘menggusah’ si manis dengan sapu lidinya yang pasti akan diikuti suara bariton  bapak  yang protes akan kegaduhan yang ditimbulkan oleh perang baratayudha antara si manis dan simbok yang katanya membuat si blorok ngambek tidak mau bertelur……suara simanis mengerang karena terkena sabetan sapu lidi simbok menjadi interlude yang diikuti senyuman simbok dan terdengar suarannyapun 'bermodulasi' karena berhasil membuat si manis kapok mengobrak-abrik dapurnya setidaknya untuk hari itu…..dan kegaduhan pagi ditutup dengan chorus yang menawan dari lembutnya suara simbah putri….”iki dho ngopo tho yooo…hayoo ndang gage selak kedhisikan srengenge….” sungguh suatu harmonisasi pagi yang luar biasa…

Dan hari-haripun berlalu menjadi minggu dan beranjak menjadi bulan, satu hal yang aku sadari aku tidak bisa hidup begini terus, aku harus menemukan cara untuk bisa menikmati hidup di tempat yang sangat berbeda dalam segala hal……agar aku tidak ‘mati gaya’ dalam hari-hari yang kujalani…..dan kurasa kali ini langit mendengar keluhanku…Tuhan mengirimkan seorang kawan yang mengirimkan message di facebook menanyakan kabar dan menuliskan suatu pesan…yang intinya mengatakan…manjing ajur ajer…..ga tau maknanya? Anda tidak sendiri…J aku pun tidak tahu apa makna dari pepatah tersebut…..mengaku dan bangga menjadi orang jawa tapi tidak tahu arti dari pepatah jawa….itulah aku dan mungkin sebagian besar orang yang mengaku jawanis…J Mr. Google yang orang barat itu ternyata tau makna manjing ajur ajer , ketika aku datang padanya dan menanyakan apa maknanya……sekali klik srrrttttt…….keluar aneka jawaban yang menerangkan apa makna dari manjing ajur ajer itu, berikut ini jawaban yang aku copy dari blog sebelah yg direkomendasikan oleh mr. Google

Artinya, manjing (masuk), ajur-ajer (hancur-mencair). Terjemahannya, masuk menyatukan diri dengan lingkungan. Peribahasa ini sering digunakan sebagai nasihat, pandai-pandailah menyesuaikan diri di manapun berada agar selamat dan memiliki banyak kenalan. Karena, tanpa berhasil menyatu dengan lingkungan, keberadaan seseorang di sana tak ubahnya lumut yang tumbuh di atas batu. Di musim hujan, ia akan menghijau. Tetapi di kala kemarau datang, ia pun menjadi kering kerontang. Mati sia-sia, tanpa bisa ditolong lagi.

Secara simbolis, peribahasa ini mengajak manusia agar bercermin pada ikan, ketam, anggang-anggang, serta binatang air lainnya yang hidup di sungai. Meskipun berbeda, tetapi komunitas di sana terasa damai. Mereka seia-sekata, membangun kebersamaan hidup yang sesuai sepanjang masa. Artinya, mengamalkan atau mengupayakan sesuatu secara bersama-sama. Sementara itu, yang berbeda dijadikan semacam karangan bunga guna menyemarakkan kebersamaan mereka. Dengan demikian, keakraban pun terjalin bukan semata-mata dalam hubungan lahir, tetapi terpatri hingga ke hati sanubari. Dalam pandangan orang Jawa, sikap tersebut sama halnya dengan telah mengamalkan nilai manjing ajur-ajer, momor momot, nggendhong nyunggi orang lain, seperti halnya nggendhong nyunggi diri sendiri
 *disunting dari http://bocahe.blog.com/2010/05/12/manjing-ajur-ajer/


Mr. Google pancen oye….tapi sesakti-saktinya dia….ternyata tidak semua pertanyaan bisa dijawab, oleh karena itu tetaplah percaya pada Tuhan  *mengutip status salah seorang teman. :)
Manjing ajur ajer….itu lah rumus untuk tidak ‘mati gaya’ dan bisa menikmati hidup di suatu tempat yang sangat berbeda dengan tempat kita tinggal sebelumnya. Melebur tanpa harus kehilangan jati diri…..dan aku sudah   bisa menikmati hidup di kota yang mulai tertawa ini. :) 
                                                                    

No comments: