Thursday, November 8, 2012

Awal november yang memberi pelajaran....



November, sebagian menyebutnya sweet november, sebagian november rain...apapun itu semua pasti berharap yang terbaik terjadi di bulan ini. Saya mengawali bulan ini dengan bekerja over time, sebuah pameran buku besar yang sangat jarang di kota ini. Ini pertama kalinya saya melihat pameran buku sebesar ini, di kota ini, dulu sewaktu masih tinggal di Jogja, hampir setiap bulan ada EO yang menyelenggarakan pameran buku, baik skala kecil maupun skala besar, dan selalu ramai dikunjungi. Dan saya agak terheran-heran dengan kota ini, entah karena promosi yang kurang atau memang masyarakatnya tidak suka membaca, pameran tidak semeriah seperti yang biasa saya jumpai, kalaupun ramai itu karena pengunjung menonton atau berpartisipasi pada acara di sela-sela pameran bukan untuk melihat-lihat buku. Seorang teman berkata, kalau pameran pakaian atau makanan baru ramai disini. Saya hanya bisa tersenyum mendengarnya.

Ini adalah pengunjung stand yang saya favoritkan, kedua anak ini dengan antusias melihat-lihat buku-buku anak-anak, sayang sekali orang tuanya tidak jadi membeli setelah melihat harga yang tertera di buku tersebut (mungkin karena ada kebutuhan yang lebih penting selain membeli buku...semoga begitu...bukan karena merasa sayang uangnya dibelanjakan buku), sehingga anak-anak tersebut harus kecewa, termasuk saya. bukan karena bukunya tidak laku, tapi karena hilang kesempatan bagi anak tersebut untuk belajar sesuatu yang baru dari buku yang mereka inginkan. Entah bagaimana caranya menanamkan pengertian pada orangtua tentang betapa bermanfaatnya membaca. *sigh
Sedangkan ini adalah pengunjung paling te o pe be ge te...dia datang dua kali dan “belanja” buku, bukan sekedar membeli buku, ketika memasuki stand ibu ini sudah menjinjing belanjaannya dari stand lain. ibu ini pasti memiliki sepasang kaki yang "kuat dan kokoh", seperti kata Rm. Sindhunata "Membaca adalah kaki kita. Makin kita gemar membaca, makin kita memperoleh kaki yang kokoh dan kuat. Makin kita membaca, makin hidup kita berkaki" aahh...seandainya semua orang indonesia seperti ibu ini....

*Lomba cheerleader
Salah satu acara dari pameran itu adalah lomba cheerleader, saya sudah under estimate dulu dengan acara ini, sambil melihat ke anak-anak tersebut saya berkata dalam hati saya...ahh untuk apa itu semua, hidup itu sungguh sangat keras, kalian harus mempersiapkan diri dan memperlengkapi diri dengan baik untuk bisa bertahan hidup kelak, daripada sekedar berolah tubuh dengan mempertontonkan gerakan-gerakan yang membahayakan diri. Beberapa saat setelah itu, sekelompok regu yang akan bertanding berkumpul di depan saya, sebelum berdoa bersama, coach nya memberikan kata-kata pamungkas kepada anak didiknya, kurang lebih yang saya tangkap oleh pendengaran saya demikian, “lawan paling berat itu adalah diri kalian sendiri, apapun yang terjadi jangan libatkan emosi, tetap tenang.” Merekapun berdoa bersama. Penilaian sayapun berubah, mereka ternyata “belajar” juga dari kegiatan yang seperti hanya membuang-buang waktu itu, mereka belajar mengendalikan diri, mereka belajar berkompetisi, menerima kekalahan atau kemenangan dengan menyikapinya secara bijaksana. Ahh...again...jangan terburu-buru menilai sesuatu apalagi dari dengan melihat kulit luarnya saja, penting untuk  melihat segala sesuatu lebih dekat, untuk mengetahui apa sebenarnya yang terjadi dan kemudian bisa memahaminya.

*Talkshow buku sepucuk Angpao Merah @Tere Liye

Acara ini, termasuk acara yang banyak pesertanya, selain talkshow Dahlan Iskan.  Tere liye termasuk salah satu penulis yang sudah saya baca beberapa bukunya. Ia adalah penulis yang kebanyakan menulis cerita tentang keluarga dan anak-anak dan beberapa roman. Satu yang saya suka dari membaca bukunya adalah, ada beberapa perihal yang menginspirasi pembacanya, tidak melulu hanya sebuah cerita. Tidak heran jika beberapa karya penulis produktif ini menjadi best seller nasional dan difilmkan. Dalam acara tersebut, salah seorang peserta bertanya tentang tips menulis. Pada awalnya dia hanya menjawab singkat tips menulis adalah “ditulis”. kemudian dijelaskan, sama dengan jika kamu bertanya pada ibu, apa tips memasak, pasti jawabnya ya dimasak. tips ibu memasak adalah dimasak, dimasak dengan cinta kasih, dia hanya memasak dan memasak, dan kita selalu kangen dengan masakan ibu. Demikian juga dengan menulis, tips nya ya ditulis, terus menerus ditulis, maka lama kelamaan, tulisan kita akan seperti masakan ibu yang ngangenin. Tere Liye menutup talkshownya dengan kalimat, peradaban yang baik bisa dilihat dari banyaknya orang yang menulis, bukan orang yang bicara. Dan saya meringkas tips itu dengan 3 kata saja...practise makes perfect.... mari menulis, berbagi cerita apa saja, karena siapa tahu apa yang kita tulis bisa memberkati orang lain, menginspirasi orang lain. Tapi, satu hal yang pasti, menulis bagi saya penting untuk mengingatkan diri sendiri, untuk kelak dibaca kembali, karena ingatan manusia sangat terbatas.

*Talkshow film 5cm

Ini acara talkshow kedua yang paling heboh selain talkshow dahlan iskan. Donny dirgantoro hadir bersama para pemain film 5cm yang akan tayang premiere di bioskop 12-12-2012 [dan saya menggantungkannya 5cm didahi saya :) sebagai must watch films]. Tentu saja acara heboh, karena ada fedi nuril dan denny sumargo plus raline shah dan pevita pearce disana. Secara keseluruhan mereka menceritakan proses pembuatan film tersebut yang berat, 17 hari harus tinggal di lereng semeru. Mulai dari kejadian lucu yang disampaikan dengan kocak oleh denny sumargo (ternyata orangnya lucu banget) sampai kejadian mistis dan konyol. Satu cerita yang disampaikan oleh fedi nuril saya garis bawahi dan cetak tebal dalam ingatan saya.  cerita tentang igor saykoji yang berperan sebagai ian yang sangat gendut. Untuk bisa sampai ke puncak igor harus ditarik oleh kru dan juga di dorong, tapi igor tidak patah semangat sampai akhirnya ia bisa sampai di puncak....seorang igor....saya juga tidak menyangka dengan tubuh bulat seperti itu dia bisa. Fedi Nuril sangat salut dengan semangat igor, katanya, “untuk meraih sesuatu yang kita inginkan itu yang penting mental, bukan besar atau kecil tubuh (dalam konteks ini tubuh igor), atau yang lain, karena ada pendaki yang sudah jago saja ada yang turun sebelum mencapai puncak karena tidak tahan dengan medan pendakian yang berat, tapi igor dengan miskin pengalaman, tubuh yang tidak mendukung tapi dengan mental yang luar biasa ia bisa sampai di puncak. Mental....okay...pertanyaannya bagaimana agar bisa memiliki mental seperti itu...? let’s find the answer.....:)

*lomba mewarnai


Entah kenapa, saya selalu tersentuh dengan sosok seorang ayah yang dekat dengan anak-anaknya. Seorang ibu dekat dengan anak-anaknya adalah hal yang biasa, tetapi seorang ayah....mungkin hanya sedikit, karena biasanya sosok seorang ayah adalah seorang yang kaku, okay.... mungkin ini sangat subyektif. Dan gambar ini berbicara tentang kasih sayang dan kehangatan seorang ayah pada putrinya, saya memperhatikan mereka berdua yang kebetulan berada tepat didepan saya, dengan sabar sang ayah menuntun anak tersebut mewarnai, bahkan terlihat dia sibuk browsing gambar angry bird di BB nya, untuk mencari contoh warna burung galak ini. Meski pada akhirnya gambar anak ini tidak sempurna selesai dan tidak memenangkan perlombaan, setidaknya anak ini telah belajar berkompetisi sejak dini. Karena beberapa tahun kedepan ia harus siap hidup di dunia yang sangat kompetitif, dunia yang menuntut dia mempunyai kebesaran hati, bahwa ada kalanya dia harus melalui kegagalan-kegagalan, kekecewaan-kekecewaan untuk kemudian berhasil pada akhirnya. Setidaknya engkau telah belajar dek....belajar sejak dini tentang kegagalan dan kekecewaan, karena dengan begitu engkau akan tahu nanti caranya berbesar hati. dan berbahagialah engkau memiliki seorang ayah yang ada disana ketika engkau sedang belajar tentang itu semua.

*dan saya pun kembali tergoda membuka dompet...
sebenarnya saya tahu konsekuensi dari mengelilingi stand-stand pameran ini,saya pasti harus membuka dompet untuk pengeluaran tak terduga bulan ini, dan benar saja, dari sekian banyak buku yang rasanya ingin saya bawa ke kasir semua itu, akhirnya saya membawa dua buku ini kekasir. Novel 5cm-nya Donny Dirgantoro dan ibuk-nya iwan setyawan. sebenarnya novel 5cm entah sudah berapa kali saya baca, dan saya sudah membelinya  di jogja, buku yang sudah berpindah-pindah tangan dan akhirnya saya tinggalkan pada satu teman saya karena dia sedang menulis skripsi dengan topik novel ini. Tapi saya kembali membelinya, karena novel ini benar-benar menginspirasi, selalu dapat hal baru ketika membacanya kembali, tidak heran buku ini sudah memasuki cetakan ke 25 sejak terbit tahun 2005, dalam pengantarnya di cetakan ke 24 yang limited edition ini, donny dirgantoro menyebutkan banyak sekali email yang masuk yang menceritakan bagaimana novel ini telah mengubah hidup pembacanya. Benar kan, sebuah tulisan bisa demikian mempengaruhi jalan hidup orang lain, mari menulis, mari bercerita, mari berbagi...karena hakikat kebahagiaan itu adalah berbagi termasuk apa yang ada dalam pikiran dan hati kita.


Dan terimakasih november, sedini ini engkau telah memberi pelajaran bagiku, semoga ini adalah awal yang baik, beri aku satu saja asa sebagai alasan untuk menghidupi hidupku dan menyadari bahwa hari depan itu masih ada dan masih panjang, karena aku ingin hidupku memiliki arti bagi orang lain.

dan tuhan....terimakasih tiada ujung untuk memakai setiap peristiwa untuk membuatku belajar, dan akhirnya mengerti betapa dalamnya kasihMu.

Tuesday, October 30, 2012

"ojo sok ngemingke..." begitu kira-kira simbah-simbah bertutur....


Tidak selalu yang kepagian itu beruntung, setidaknya itu yang saya alami selama dua hari, mencari tukang bubur ayam yang direkomendasikan oleh kakak sepupu saya. akhirnya baru di hari ketiga saya menemukan bapak itu. ternyata selama dua hari ini saya terlalu pagi sampai ditempat jualannya sehingga tidak menemukan lapak/gerobaknya. dan usaha saya berbayar sih, bubur ayamnya memang enak, padahal saya tidak menyukai bubur ayam, saya mencari tukang bubur itu hanya untuk mengetahui seperti apa bubur ayamnya dan membuktikan cerita kakak sepupu saya. mungkin setelah ini saya akan berubah, mulai bersahabat dengan bubur ayam. ahh siapa bilang tidak ada yang abadi...perubahan itu abadi :p

oiya, kembali ke kenapa saya mencari bapak e tukang bubur itu, karena kakak sepupu saya bercerita tentang bapak itu. ia jualan bubur ayam dari pukul 06.30 sampai 08.00, hanya 1,5 jam sodara...dan berapa uang yang ia hasilkan....? tanya sendiri gih...wkwkwk. kata kakak saya sehari dia bisa mendapat uang minimal....minimal sodara...100.000, jadi kalau 1 bulan 2.800.000 (gak usak protes, kan yang dibuat contoh bulan Februari dan bukan tahun kabisat) hanya dengan berjualan selama 1,5 jam, gooossshhh.....

Tadi dikantor saya mencoba menghitung-hitung, jika 1 hari bisa menjual 50 mangkok (sepertinya bapak itu lebih) dengan harga 5.000 per mangkok, berarti sehari dia membawa uang 250.000, dan saya mencoba merinci bahan-bahan , tidak sampai 100.000 sodara...jadi dengan menjual 50 mangkok dia bisa membawa pulang 150.000 per hari dan 4.500.000 setiap bulan, itu baru bubur ayam, seandainya bapak itu lebih kreatif lagi, dia bisa sekalian jual minuman, dan tambahan lauk lainnya, berapa uang yang bisa dia bawa pulang...? hanya selama 1.5 jam. hanya....dan saya kemudian berpikir saya bekerja berapa jam dan saya mendapat berapa? *ngelus dodo, bukannya tidak bersyukur, cuma ada hal yang harus dibenahi di pola pikir saya juga masyarakat.

pertama, memulai usaha itu ternyata tidak harus dengan sesuatu yang gemebyar, seringkali ketika orang ingin memulai usaha alasannya selalu tidak punya modal, ya mungkin benar, tetapi mungkin karena berpikirnya sudah yang wah dulu. Jualan bubur ayam paling banyak bermodal 3 Juta, 1 bulan sudah BEP, bulan kedua bisa untuk buka di tempat lain, bulan kelima punya lima gerobak di lima tempat berbeda, 1 tahun kemudian apa....? lima tahun kemudian....? 10 tahun kemudian....? mungkin sudah bisa piknik ke Neptunus *kalau cerita pendaratan manusia di bulan benar.

kedua, "Ojo sok ngemingke...." begitu kira-kira simbah-simbah bertutur, masyarakat awam seringkali menilai dari status sosial orang. orang masih melihat seseorang dari apa pekerjaannya. coba saja jika bapak e itu duduk bersama seorang berseragam pns misalnya, apa yang masyarakat lihat...? berani taruhan orang akan lebih melihat ke yang berseragam pns itu daripada bapak e penjual bubur, padahal kalau ditanya berapa yang diterima tiap bulannya? tidak heran ada sinetron berjudul tukang bubur naik haji (saya tidak tahu sih, bercerita tentang apa), karena begitulah realitanya, sayangnya bapak e itu belum berpikir ke pengembangan usaha, pengembangan varian yang dijualnya, mungkin ini tugas pemerintah untuk membina pedagang-pedagang kecil ini supaya bisa lebih maju dan berkembang, jika ingin rakyatnya sejahtera.

aahh...saya teringat teman saya yang juga sedang merintis usaha barunya, kalau dia membaca tulisan ini (semoga) semangat man...ahh sepertinya saya sudah terlalu sering menyemangati, nanti malah "gumoh", selamat berjuang saja...bapak e penjual bubur itu dengan konsep yang sederhana saja bisa sedemikian, pasti njenengan juga bisa bahkan lebih dengan segala nya yang telah terkonsep rapi. tidak usah peduli dengan apa sebutan orang untuk njenengan, tapi buktikan saja dengan usaha yang sedang dirintis dan sukses, njenengan bisa sampai Paris [yang realistis saja, tidak usah sampai Neptunus...:)) ], kalau kripik mak icih bisa tembus angka M tiap bulannya, rasanya mimpi itupun bisa jadi nyata....jangan lupakan saya ya kalau sudah sukses :))
dan sepertinya saya akan mengikuti jejak bapak e itu, semoga bisa....pray for me...#eh :))